the future is so unclear

99 14 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoonhwa menyeduh teh hangat, meletakkannya pada meja yang ada di ruang tengah saat Seokjin mengekorinya dengan sebuah tab besar di tangan dan kacamata bulat yang membingkai wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoonhwa menyeduh teh hangat, meletakkannya pada meja yang ada di ruang tengah saat Seokjin mengekorinya dengan sebuah tab besar di tangan dan kacamata bulat yang membingkai wajahnya. Keduanya lantas menghempaskan bokong lalu saling duduk berhadapan.

“Kerjaanmu belum selesai?” tanya Yoonhwa yang hanya dibalas gelengan kepala dari Seokjin.

"Ah, arraseo. Omong-omong,” Yoonhwa mengangkat cangkir teh hangatnya, menyeruput sebentar lantas meletakkannya kembali. Matanya sedang berbinar antusias, ingin menceritakan apa yang hari ini ia lakukan. “Tadi aku interview di Namsan Kindergarten. Aku suka suasana di sana. Kuharap kali ini aku berjodoh dengan tempat itu."

"Benar, sayang. Semoga kau berhasil," sahut Seokjin. Matanya masih terus-menerus menatap layar tab besar yang ada di tangannya. Sembari sesekali tangannya yang lain mengganti slide yang sedang dilihat.

"Tapi aku sedikit melakukan kesalahan saat interview, astaga jawabanku sangat tidak lancar tadi." Yoonhwa menepuk dahinya sendiri saat menyadari betapa konyolnya jawabannya tadi. "Kuharap itu tidak mengurangi poinku, ah, Oppa, kalau sampai diterima di sana sepertinya aku akan sangat baha—" Yoonhwa berhenti berbicara saat melihat Seokjin tak kunjung menoleh ke arahnya. Senyum yang semula mengembang di wajahnya kini mulai terganti dengan cemberut.

Dengan sedikit mendengus, perempuan itu meluruhkan tubuhnya hingga bersandar pada bahu sofa.

“Setiap malam pekerjaanmu selalu saja dibawa ke rumah,” ujar Yoonhwa, diliriknya cangkir teh yang masih tergeletak di meja, ada perasaan malas yang seketika membuatnya enggan menyambar cangkir itu.

“Ini untuk masa depan kita, Yoonhwa-yaaa.” Hanya sebaris kalimat itu yang Seokjin lontarkan. Matanya masih sama sibuknya menatap ke layar besar dalam pangkuannya. Besok, slide-slide itu akan ia tampilkan dalam presentasi. Jadi pemuda itu belum sempat untuk banyak bercerita dengan Yoonhwa.

Ini sudah tahun ketiga bagi keduanya untuk tinggal dalam satu atap. Tak ada ikatan yang sakral, hanya keputusan keduanya untuk bersama. Mungkin pembiasaan sebelum melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau mungkin supaya dapat saling melihat satu sama lain setiap harinya.

i wish we had a good breakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang