the first cigarette after a long time

66 8 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kalian sudah putus?" tanya Namjoon yang menaikkan sebelah alisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kalian sudah putus?" tanya Namjoon yang menaikkan sebelah alisnya.

Seokjin mengangguk dengan yakin. Setelah melewati satu malam tanpa tidur, ia sudah mencoba menerima kenyataan. Pagi ini Seokjin sudah terlihat biasa saja. Seakan masalah itu bukan masalah besar yang ia alami.

Toh, kalau sudah putus, maka putus saja. Tak perlu ada penyesalan. Tak perlu ada air mata. Selama ini Seokjin menikmati waktunya saat bersama Yoonhwa dan ia tak ingin meminta gadis itu kembali jika memang gadis itu ingin ikatan mereka berakhir sampai di sini.

"Wah, kukira kalian akan sampai ke pelaminan," seru Hoseok. Pemuda itu berdecak tak percaya. Namjoon dan Hoseok jelas terkejut dengan kenyataan itu. Apalagi selama ini hubungan Yoonhwa dan Seokjin sangat menyakinkan. Keduanya tampak serasi dan sangat bahagia. Seperti akan memiliki masa depan cerah yang hanya tinggal dijalani saja hari demi harinya.

"Yang sempat langgeng memang tak selalu menjanjikan akhir yang bahagia ya," timpal Namjoon lagi. 

Ketiganya saat ini berada di atap gedung perusahaan seraya masing-masing memegang gelas plastik berisi kopi yang Namjoon ramu untuk menghilangkan kantuk. Sebagai pekerja kantoran yang duduk di depan komputer hampir seharian, kopi memang penyegar mata terbaik dan merupakan minuman paling wajib dikonsumsi setiap harinya.

Seokjin memandang jalanan yang tampak ramai di bawah sana, tangannya tengah memegang sebatang rokok dan sebuah pemantik yang tadi Namjoon sodorkan padanya. Pemuda itu berpikir lama, tampak menimang-nimang untuk merokok atau tidak. Dirinya sudah terlalu lama absen merusak paru-parunya sendiri.

"Smoking is not a big sin, dude. Sesekali tak ada salahnya, apalagi kalau sedang stres seperti ini," ujar Namjoon yang seakan mampu membaca keraguan yang Seokjin pancarkan di wajahnya.

Tapi kalau Seokjin merokok, Yoonhwa tidak akan suka. 

Yoonhwa yang menjadi alasan Seokjin berhenti merokok beberapa tahun yang lalu. Bukan karena gadis itu melarangnya, tapi karena Yoonhwa tidak sanggup menghirup asap rokok. Gadis itu akan terbatuk-batuk hingga tenggorokannya gatal jika tanpa sengaja mencium asap. Selain tidak baik untuk kesehatan, rokok bisa membuat orang-orang tersayang jadi perokok pasif. Seokjin mungkin tak masalah jika ia saja yang terkena dampak buruk dari merokok. Namun kalau sudah berhubungan dengan orang yang ia sayang, Seokjin akan mengusahakan yang terbaik.

Tapi apa pedulinya pada Yoonhwa? Gadis itu saja sudah tak peduli padanya lagi. Setelah menjeda cukup lama, akhirnya bibir tebal Seokjin mengapit batangan tembakau itu. Pemantik dinyalakan, dan asap keluar dalam hitungan detik. Seokjin merasa lega, benar adanya jika rokok adalah teman sejati ketika kita sedang kepalang banyak pikiran.

"Aku sendirian sekarang." Seokjin tertawa sendiri. Aneh rasanya menjadi sendirian. Namun Seokjin harus terbiasa. Terbiasa untuk bangun tidur sendirian tanpa dibangunkan Yoonhwa dengan kecupan pagi, terbiasa sarapan sendirian tanpa masakan yang selalu Yoonhwa masak untuknya. Mulai sekarang Seokjin harus terbiasa, menyetel alarm dan membuat roti bakar sendirian setiap pagi.

"Santai saja, Hyung. Mati satu tumbuh seribu." Hoseok menepuk pundak Seokjin.

"Cah, karena proyek kita sudah gol, bagaimana kalau kita sedikit bersenang-senang malam ini untuk merayakannya?"

Kalau biasanya Seokjin akan menggeleng dan memutuskan untuk pulang cepat supaya Yoonhwa tidak khawatir, maka kali ini ia mengangguk. Toh sudah berapa lama juga ia tidak bersenang-senang kan? Toh ... tidak ada Yoonhwa yang akan menunggunya pulang.

[]

Ruang karaoke itu berisik sekali. Ada wanita-wanita penghibur yang tengah duduk menempel pada tiga pria yang kini wajahnya sudah semerah tomat. Botol-botol bertebaran di atas meja, demikian juga gelas dan asbak penuh puntung rokok.

"Ayo tebak-tebakan." 

Seokjin berdiri dari duduknya dengan sedikit sempoyongan. Pemuda itu menjadi sorotan dari orang-orang yang masih terduduk ketika tangannya terangkat ke udara. "Bagaimana kalian memanggil seorang Santa yang sedang berhenti bergerak?" tanya Seokjin setelahnya.

Tak ada yang menjawab.

Tentu saja tak ada yang benar-benar paham pada dad jokes garing yang sering Seokjin lontarkan tiba-tiba.

"Eyy," ia meremehkan orang-orang di sekitarnya. "Jawabannya adalah Santa Pause. Wahahaha."

Seokjin tertawa keras-keras, terpingkal-pingkal hingga ia menunduk dan menepuk-nepuk paha atasnya. Konyol, konyol sekali. Botol-botol yang dihabiskannya malam ini menjadi saksi betapa konyol perasaannya sekarang.

"Hahaha," Hoseok tertawa garing. Padahal tak ada yang lucu. Benar-benar tidak lucu. Tapi lelaki itu pun sama saja, sudah setengah mabuk. Namjoon sendiri terlihat mengoceh tak tentu arah dengan orang-orang di sampingnya.

"Oppa, duduklah." Perempuan yang sedari tadi duduk di samping Seokjin segera menarik lelaki itu untuk terduduk. Mata Seokjin menatap ke arah perempuan itu saat akhirnya ia berhasil mendaratkan bokongnya pada sofa empuk di belakangnya.

"Eh?" Seokjin mengucek matanya saat melihat ke arah perempuan penghibur yang menemaninya malam ini. "Yoonhwa-ya, kenapa kau berada di sini?"

Gadis penghibur itu mengernyit. "Namaku bukan Yoonhwa, Oppa."

Seokjin menggeleng lalu kedua tangannya mengapit wajah perempuan itu. "Aigoo, uri Yoonhwa. Kau memang selalu menggemaskan ya." Wajah Seokjin mendekat, semakin mendekat hingga jarak antara dia dan perempuan itu hanya tersisa beberapa senti saja.

Pikiran yang kacau, keinginan untuk lari dari kenyataan, Seokjin lupa arah. Kenyataan yang jelas-jelas tak lagi ia senangi terasa sangat menakutkan, tapi untuk menjadi waras, maka perlu menjadi sinting. Untuk melupakan maka perlu pengalihan, ya kan?

Jarak yang terkikis itu membuat wajah keduanya hampir bersapa. Hingga kemudian, semuanya menggelap di mata Seokjin.

 Hingga kemudian, semuanya menggelap di mata Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai, ini moon lagi.
Kali ini kusapa dengan satu bab pendek. Hehe.

Bagaimana?

Ciao!

i wish we had a good breakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang