Day96:kenapa...

251 45 13
                                    

Tangan Woojin sama Bangchan gak berhenti saling bertaut. Bahkan di keramaian bandara pun tangan mereka tidak menunjukan tanda-tanda akan terlepas.

Bangchan diam-diam ngelirik Woojin yang melakukan hal yang sama, keduanya langsung senyum.

Bangchan senyum malu dan mengeratkan genggaman tanganya, mengingat tindakan mereka di toilet umum kemarin.

Woojin menghangatkanya dengan luar biasa.

'Lu harus secepetnya kasih tau kak Woojin'

Kata-kata Felix kembali terngiang. Woojin mengeratkan genggaman tanganya. Dia belum mau ngeliat Bangchan pergi ke korea secepat ini.

Pemberitahuan pesawat Chan akan lepas landas beberapa menit lagi. Membuat tautan tangan mereka terlepas.

gak ada Brian, Bangchan minta kakak sepupunya itu buat nyambut dia aja. Karna Woojin yang nganterin Bangchan ke bandara.

"Chan... Are you okay?" Woojin megang pipi Chan agar menghadap kearahnya. "Jujur sama aku Chan, apa yang terjadi?"

Woojin memulai dengan bertanya lembut, dan betapa khawatirnya Woojin waktu liat mata Chan yang mengeluarkan air mata.

Bangchanya nangis? Dan itu pasti bukan perkara mudah yang bisa di katakan.

Tapi apapun itu, Woojin yakin mereka bisa lalui asalkan bersama.

Tangan Bangchan meluk Woojin dengan erat, insakan Bangchan bahkan terdengar pelan dan terkesan di tahan. "Im sorry...."

Woojin mengangguk. Bangchan melepas pelukanya, "Dari dulu! Ayah memang selalu nyuruh aku pulang, bukan untuk ngurusin bisnis seperti yang kamu kira...."

Jeda Bangchan. rasanya berat banget buat ngasih tau Woojin.

Tapi Woojin harus tau.

"Tapi buat perjodohan... he wanted to set me up with a young entrepreneur,"

Woojin merasa jantungnya berhenti berdetak, sesak dan rasa tidak percaya menjadi satu. Hal yang paling Woojin takuti adalah ketika dirinya terlambat.

Terlambat membuat Chan menjadi miliknya.

Pemberitahuan pesawat Bangchan yang akan lepas landas 7 menit lagi pun terdengar. Bangchan menangkup wajah Woojin.

Ia berjinjit sedikit dan menyatukan bibir keduanya. Hanya sebentar, Woojin menatap Chan penuh rasa tak terbaca.

"I'm Sorry, i love you...."

Mata Woojin terus memerhatikan punggung Chan, yang perlahan menghilang di balik pintu pesawat.

Woojin masih tidak percaya dengan apa yang tadi dia dengar.

Apakah Bangchan menyerah pada hubungan mereka.

Apakah Malam panas yang mereka lakukan tidak lah berarti.

Apakah ciuman tadi adalah ciuman perpisahan.

"Kenapa, Chan...."

Tapi Bangchan menangis.

Terus menggenggam tanganya kuat, seakan meminta pertolongan.

Tatapan manik indahnya penuh kekecewaan.

"Kenapa... kau baru mengatakanya sekarang?"

Bangchan mencintainya, kekasihnya itu tidak akan menerima perjodohan dengan mudah.

Tapi....

Apa yang Woojin harus lakukan?

Selain melihat kotak cincin yang sedari tadi ia genggam di dalam saku.








TBC

:""""(

[3]🌷100 Day chap [WooChan] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang