Ini hari pertama setelah kejadian kemarin, tuan muda kita, Jeon Wonwoo, dengan santai meminum kopi hitam hangat di ruang kerjanya.
Dia tersenyum kecil, mengingat bahwa sebentar lagi dia akan mendapatkan bingkisan kecil berupa kepala yang sungguh manis.
Oh, betapa bahagianya hati Wonwoo menunggu hadiah kejutan itu.
'Apakah dia laki laki dengan tampang gahar? Pasti menyenangkan sekali melihat kepala garangnya itu tergeletak di kotak kaca.' Wonwoo terus membayangkan hal hal seperti itu.
'Aah, atau wanita dewasa dengan muka tegas?'
'Ataukah gadis kecil nekat berwajah imut?'
Oke, lupakan opsi yang terakhir. Wonwoo kembali menyeruput kopinya, melanjutkan kegiatan menandatangani dokumen yang sempat tertunda.
Tok tok tok!
Pintu kerjanya diketuk perlahan. Wonwoo menggumam, mempersilahkan orang itu masuk.
"Wow, Mr. Jeon. Maybe you must take a breathe?"
Laki laki tampan berambut hazel tampak masuk ke ruang kerjanya, menyenderkan badannya ke pintu. Menonton kesibukan Wonwoo."Kau benar benar tidak pernah bosan mengganggu waktu kerjaku, dasar blasteran jadi jadian."
Vernon melotot, Menarik kursi asal, lalu duduk di depan meja kerja Wonwoo.
"Asal kau tahu, aku. blasteran. asli." Sungut Vernon, menekankan setiap katanya.
"Terserah. Lalu apa yang membuatmu datang kemari?"
"Seriously? Aku setiap hari datang ke kantormu dan baru sekarang kau menanyakannya? Wah, aku merasa diusir." Vernon meletakkan tangannya di kepala, terkulai mendramatisir.
"Aku tahu, namun hari ini berbeda."
"aku tidak pernah percaya orang sepertimu mempunyai hari yang berbeda. Setiap hari kau hanya berurusan dengan dokumen, saham, dan bisnis sialan."
Wonwoo mengerutkan keningnya.
"Aku serius, Chwe.""Lantas, apa masalahnya?"
"Aku akan menerima bingkisan kecil hari ini."
"Well, memangnya seistimewa apa bingkisan itu sampai kau mengkhususkan harinya?"
"If you know what i mean, Mr. Chwe."
Vernon membelalakkan matanya, bergidik ngeri.
"Kau bahkan masih terus melakukannya?"Wonwoo mengangkat bahu acuh. tidak peduli.
"Woah. Seriously, ma bro. You must stop this bad habit." Vernon menumpuk wajahnya dengan tangan, mulai tertarik.
"bad habit dies old" sahut Wonwoo singkat.
"yeah if you dont have an effort to kill them."
"well, i do."
"so?"
"i just--have to do this."
"Memangnya hal seperti apa yang membuatmu harus melakukan ini?" Vernon memutar bola matanya jengah, tak habis pikir.
"Yah, ada orang menyebalkan."
"Dan kau berencana memenggal kepalanya hanya karena tingkahnya yang menyebalkan?"
"Masalahnya," Wonwoo menjilat bibirnya pelan. "Dia meretas lingkup data perbelanjaan perusahaan."
"Eh?"
"Ck, kau ini tuli atau bagaimana?"
"Enak saja, aku sehat." Vernon tertawa renyah. "Maksudku, bagaimana bisa? Bukannya Seungcheol bisa mengurusnya?"
"Tidak tahu, yang jelas saat aku meneleponnya, dia bilang begitu, dan teleponnya terputus."
"Telepon terputus?"
Wonwoo menganggukkan kepala pelan. Mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja.
"Dan, kenapa dia tidak menghubungimu lagi setelah itu?" tanya Vernon heran.
Wonwoo terpaku, ketukan jarinya berhenti.
-oOo-
DUK DUK DUK DUK
"seungcheol?"
"Ah, ayolah, jangan bercanda! Buka pintunya!"
"use your braincells, man. use your braincells."
Vernon berjalan tenang didepan apartemen Seungcheol dan memasukkan pin empat digitnya .Piip.
Vernon menoleh ke wonwoo, mengangguk. sepakat masuk ke dalam apartemennya.
Kosong. Tidak ada pergerakan disana.
Apartemen Seungcheol rapi, sama seperti sebelumnya. Tidak ada sofa atau perabotan yang bergeser sedikitpun, tidak ada tanda tanda kekacauan sedikitpun.
Psiu!
Sebuah jarum tajam melesat ke arahnya. Wonwoo cepat tanggap--dia menangkap peluru itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
anonym - jeon wonwoo
Fanfictionini cerita tentang tuan muda Jeon Wonwoo, otak dibalik ratusan royalti saham yang ditanam di banyak perusahaan. Ini semua cerita tentangnya, dia selalu mengira bahwa dia akan terus menjadi tokoh utama. sampai akhirnya, ia menemukan gadis jenius, d...