Chapter 2 | First Sight

45 23 1
                                    

Vote sebelum lanjut baca.

cw // kissing, harsh words, ciggaretes, mention of death.

🎶 in play : Daydreamin' - Ariana Grande

OOO

Ashize tiba di pekarangan rumahnya. Hanya suara gesekan dari daun pohon yang terdengar. Membuka pintu rumah yang selalu saja sepi tanpa penghuni. Tidak ada yang menyambut kedatangannya setiap sore. Selalu seperti ini. Dia sudah terbiasa dengan keadaan.

Gadis itu masuk dan naik ke atas menuju kamarnya. Keadaan begitu gelap. Tanpa memedulikan itu dia tetap berjalan menuju tempat ternyamannya.

Ashize merebahkan dirinya ke atas kasur. Rumah yang besar ini begitu banyak membawa kenangan buruk baginya. Tapi di sisi lain, hanya rumah ini yang mampu membawa ketenangan di hati Ashize. Gadis itu berbaring hingga tak sadar netra matanya semakin memudar. Dia tertidur karena lelah.

OOO

Gadis itu menggeliat dan mulai bangun dari tidurnya. Perlahan dia berjalan keluar menuju dapur. Dirasanya perut kecil itu mulau meminta makanan. Di luar lampu sudah dinyalakan. Ada makanan di meja makan. Ashize tahu betul siapa pelakunya.

"Dimakan."

Sebuah notes yang tertempel di atas tutup saji yang di dalamnya sudah tersedia makanan seafood dan juga sayur.

"Papa lupa aku alergi seafood."

Gadis itu berucap sendu. Walau begitu, Ashize tetap saja mengambil piring dan menyendokkan nasi lalu duduk untuk makan. Sendiri. Lagi. Ashize hanya makan nasi dengan sayur saja mengingat dia tidak bisa makan seafood.

Selesai menyantap makanannya, Ashize mengambil sticky notes di atas lemari es dan menuliskan sesuatu di atasnya. Dia kemudian meletakan catatan tersebut di atas meja makan. Setelahnya, kembali ke kamar mengistirahatkan dirinya.

OOO

Jam menunjukan pukul 01.00. Satria baru saja sampai dari kantor. Dia memeriksa makanan yang sudah dia sediakan kepada Ashize. Tatkala dia menemukan sticky notes yang di tulis oleh putrinya.

"Seperti biasa. Makasi makanannya Pa. Tapi Size alergi seafood. Hehe. Papa jaga kesehatan, kapan-kapan pulang cepet ya biar bisa ngobrol. I Love You Papa!"

Satria menatap sendu tulisan Ashize. Putrinya tumbuh menjadi gadis yang begitu dewasa.

OOO

Weekend ini Ashize memutuskan untuk ziarah ke makam Mama. Rindu, namun hanya bisa bicara dengan segunduk tanah. Membawa mawar merah kesukaan mamanya. Selalu dan tak pernah Ashize lupa saat berkunjung ke sana. Gadis itu berpakaian serba hitam dengan kain yang menutup kepalanya.

"Hai, Ma. I'm back. With your favorite flower of course."

Ashize begitu yakin bahwa dari jauh mamanya akan mendengar segala keluh kesahnya. Menemaninya di mana pun dia pergi dan berada.

"Aku baik-baik aja, Ma. Aku udah sebesar ini, ya. Gak kerasa. Mama sih perginya waktu aku masih kecil, gak bisa liat aku deh pas aku udah sebesar gini." Ashize terkekeh kecil.

Garis mulutnya tersenyum, namun matanya bersedih. "Ma, aku kuat ya? Kayak mama."

Matanya mulai memanas dan tanpa diminta air mata keluar begitu saja. Begitulah Ashize setiap kali datang ke sini.

"Ma, papa baik. Sangat baik. Tapi aku rindu papa yang dulu. Aku... aku mau kita seperti dulu. Mustahil ya?" Tidak ada jawaban apa-apa, hanya suara angin dan juga kicauan burung yang menjawab perkataannya.

Two Broken PartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang