2.4

38 10 3
                                    

Sudah terhitung sejak tiga hari lalu kasus hilangnya Renjun dan Angel. Berita ini pun sudah banyak tersebar ke berbagai penjuru sekolah, bahkan guru guru juga banyak yang telah mengetahuinya. Tetapi para teman sekelompok Renjun dan Angel tak tinggal diam. Mereka berusaha mencari asal usul atau clue tentang bagaimana hilangnya kedua teman mereka.

Semenjak tiga hari yang lalu sampai sekarang mereka semua belum menemukan apapun, semuanya seolah olah buntu tak ada jejak. Mereka sebenarnya diam diam melakukan ini tanpa sepengetahuan orang - orang lainnya, dan mereka sengaja melakukannya sendiri tanpa ada niatan melapor kepada pihak yang berwajib. Mereka ingin mengungkapkan semuanya sendiri terlebih dahulu baru setelah itu akan melapor jika pelakunya sudah ketahuan.

Saat ini orang yang benar - benar patut dicurigai hanya Seungcheol dan Mingyu. Mereka sangat yakin berita kehilangan Renjun dan Angel ada kaitannya dengan guru itu.

"Jadi sekarang kita mau gimana lagi?" tanya Nadia dengan nada lemasnya.

Mereka semua sedang berkumpul di kantin untuk berunding. Kebetulan saat ini sedang istirahat setelah ada jadwal UAS jam pertama. Alih - alih menggunakan waktu istirahat untuk belajar, mereka lebih memilih mementingkan temannya yang hilang.

"Lu serius waktu ke ruang kepala sekolah nggak nemuin apa - apa?" tanya Winwin ke Jeno dan Jaemin.

Jeno menggeleng, "Kita berdua udah sampe ngubek - ngubek semuanya tetep aja nggak ada satu pun yang mencurigakan."

Jaemin mengangguk, "Pokoknya sampe ke detail - detailnya kita udah cekkin satu satu."

Iyaa, waktu itu Jeno dan Jaemin di perintahkan Winwin untuk mengendap ke ruang kepala sekolah. Tentu saja saat disana tidak ada orang.

Winwin menggebrak meja, "Arghh gua harus gimana?!"

Semua yang ada disitu tersentak.

"Win, tenang! Lu nggak boleh emosi kayak gitu!" Taeyong mengelus pundak Winwin.

"Renjun itu adik sepupu gua! Dia udah gua anggap seperti adik kandung gua sendiri, ini udah tanggung jawab gua dan gua nggak bisa tenang kalo kayak gini. Gua takut dia kenapa napa Yong!" bentak Winwin.

"Iyaa gua ngerti lu nggak bisa tenang, lu khawatir atau apapun itu. Tapi tolong, sekarang bukan saatnya lu emosi begini. Mereka berdua pasti baik - baik aja." Taeyong berusaha menenangkan, matanya menatap Winwin dan para adik kelasnya bergantian.

Semuanya terlihat menunduk lesu. Perasaan Taeyong sebenarnya juga tak kalah khawatir. Tetapi ia tidak mau terlalu memperlihatkannya. Ia harus mampu bersikap seolah biasa saja agar bisa menenangkan teman dan adik kelasnya itu.

Teeeng Teeeng!


"Ya udah sekarang kalian semua masuk ke kelas masing - masing, bel udah bunyi." suruh Taeyong.

Mereka semua kembali ke kelas masing - masing untuk melanjutkan ulangan dengan mata pelajaran kedua.

Para anggota Menye Squad sedang bersiap - siap memulai ulangan di kelas. Kertas soal mulai dibagikan ke semua murid yang ada di situ. Pengawas mereka sekarang adalah Mingyu.

Guru itu tidak terlalu peduli dengan anak murid yang diawasinya. Terbukti, bukannya duduk mengawasi di dalam kelas ia justru sibuk berdiri di depan pintu kelas sambil menelepon. Di saat yang lain pada sibuk menyempatkan situasi untuk menyontek sana sini, Annisa lebih tertarik memperhatikan pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Woi!"

Annisa mengalihkan pandangannya dari pria itu saat merasakan bahunya ditepuk.

"Mau contekan nggak lu? Gua dapet nih dari Hyunjin." tawar Adinda.

"Hyunjin tau darimana? Dia nggak asal asalan kan?" tanya Annisa ragu.

"Dia beli kunci jawaban bre, mantep kan." sahut Adinda.

"Ya udah mana sini liat." mau bagaimana pun keadaannya, nyontek tetap nomor satu bagi Annisa.

Sedangkan Nadia, anak itu paling anti dalam hal contek mencontek. Ia tidak pernah bertanya kepada orang lain dan begitu pun sebaliknya. Kalau nanya ke dia sih juga percuma, nggak bakalan dijawab. Adil sih. Setiap ulangan ia selalu tampak tenang. Berbeda ceritanya dengan Seonho, salah satu teman mereka di kelas. Ia selalu mencari contekan ke orang lain tetapi giliran dirinya yang ditanya, dia nggak bakalan mau jawab. Bilangnya sih belum belum terus tapi beberapa saat kemudian, ia malah sudah mengumpulkan duluan. Definisi teman terdakjal emang.

"Waktunya sudah habis, silahkan kalian kumpulkan. Tidak ada yang memegang pulpen lagi." ucap Mingyu tegas.

"Sudah mengumpulkan semuanya?" tanya Mingyu sembari merapikan kertasnya.

"Sudah pak!" jawab anak kelasan serempak.

"Ketua kelas tolong taruh ini di meja saya. Saya nggak sempat kesana soalnya buru - buru mau keluar, ada urusan." ujar Mingyu.

"Baik pak." sang ketua kelas mengangguk.

Setelah Mingyu keluar, Annisa buru - buru menghentikan sang ketua kelas yang hendak membawa kertas soal.

"Eh biar gua aja yang bawa. Gua sekalian mau kesana soalnya." ucap Annisa.

Orang itu tampak sedikit terkejut, "Ohh ya udah deh kalo gitu tolong ya Nis, makasih loh."

"Santuy, lu balik aja gihh."

"Okee, gua pamit dulu. Din, Nad, gua duluan yaa."

"Iyaa hati - hati."

"Kita temenin lu Nis." Adinda beralih ke Annisa.

Annisa mengangguk kemudian mereka bertiga langsung berjalan menuju ruang guru dimana meja Mingyu itu berada.

Sesampainya disana, Annisa segera menaruh kertas soal di meja yang tertera tulisan 'Mingyu'. Sedangkan kedua temannya menunggu di depan pintu. Jadi hanya dia yang masuk. Di dalam ruangan sangat sepi karena sudah banyak guru - guru yang pada pulang.

Disaat ia ingin berbalik meninggalkan meja Mingyu, matanya sempat tak sengaja menemukan sebuah handphone yang tergeletak di ujung meja itu. Benda itu sedikit tertutupi oleh buku yang bertumpuk di depannya. Annisa mengerutkan alisnya bingung. Pasalnya, handphone yang dilihat dia itu sangat mirip dengan handphone milik Angel, terlihat dari tipe dan casing nya yang sama persis.

Annisa buru - buru mengeluarkan handphone nya dari saku almameter untuk mencari kontak Angel lalu langsung menekan tombol telepon.

Betapa terkejutnya Annisa saat sambungan teleponnya terhubung ke handphone itu. Meskipun di silent, tetapi layarnya menyala memperlihatkan nama Annisa disana.

Tanpa babibu, Annisa langsung mengambil handphone itu dari tempatnya. Begitu diambil, ternyata masih ada satu handphone lagi di sampingnya. Saat dinyalakan, layarnya menampilkan lockscreen dengan wallpaper foto Renjun dan terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari teman temannya. Sudah bisa ketebak, itu pasti handphone milik Renjun. Annisa membawa kedua handphone itu dengan tergesa - gesa.

Ceklek!

Duuk!

"Ehh kamu kenapa Nis? Ada masalah di dalem?" tanya Nadia begitu melihat Annisa yang membuka pintu dengan kasar.

Annisa menunjukkan barang yang ia temukan tadi kepada kedua temannya.

Adinda melotot tidak percaya, "K--kok bisa?"

"Ceritanya nanti aja. Sekarang lu coba hubungin kak Taeyong, Jeno, Jaemin, sama Haechan. Kita ke rumah kak Winwin sekarang." perintah Annisa sambil berlalu untuk keluar meninggalkan sekolah.

Adinda dan Nadia yang melihatnya segera menyusul mengikuti Annisa.





































TBC.

Bucin bucinannya tar dlu ya sayangkuuhh wkwkwk. Sabaaar, kita lewatkan dulu konflik ini okeii.

Vote + comment nya jangan lupa:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Running 2 U || NCT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang