Pagi hari kicauan burung sudah kudengar, membangunkanku dari mimpi indah kelabu. Ah jadi ingat waktu itu tempat dimana pertama kali aku mengenal dunia. Memulai kisah yang sampai kini belum menjadi cerita. Kalau disana masih pagi saja sudah terdengar suara kendaraan yang berlalu-lalang, namanya juga kota ramai penduduk. Sampai kini. Rindu yang belum jadi temu kian mencekik, dipaksa berjarak oleh keadaan yang tidak pernah mengerti. Tapi Itu hanya masa laluku, yang terpenting disini adalah masa depan. Sekarang dimana aku bertemu tempat lebih dari sekedar nyaman, menjadi saksi atas semua yang tuhan rencanakan.
"Semangat zain, gak boleh sedih" zaina menyemangati diri sendiri.
Sekarang zaina sudah rapi memakai seragam sekolah. Dan hendak keluar kamar sarapan bersama ibu.
"Pagi bu" sapa zaina.
"Pagi zain, sarapan dulu yu" ucap ibu.
"Siap bu bos" kata zaina sambil hormat kepada ibu.
Ibu hanya terkekeh melihat tingkah putri kecil nya ini, sampai kapanpun zaina tetap putri kecil ibu.
Sudah selesai sarapan bersama ibu, sekarang zaina sedang memakai sepatu diteras rumah. Tiba-tiba terdengar suara motor berhenti didepan rumah zaina.
"Dia lagi" batin zaina.
"Assalamu'alaikum" ucap rendi.
"Wa'alaikumussalam, pagi-pagi gini cari siapa ya mas?" Tanya zaina meledek.
"Mau jemput seseorang nih" jawab rendi.
"Eh ada nak rendi, mau berangkat bareng zaina ya?" Tanya ibu.
"Iya bu" jawab rendi sambil menyalimi tangan ibu.
"Yasudah gih berangkat nanti telat loh"
"Astaga 15 menit lagi" zaina kaget setelah melihat jam yang ternyata sudah pukul 06:45.
"Zain berangkat ya bu, assalamu'alaikum" zaina dan rendi mencium tangan ibu.
"Hati hati" ucap ibu sedikit teriak.
Rendi mengendarai sepeda motor lebih kencang dari biasanya, agar tidak terlambat ke sekolah begitu katanya.
20 menit rendi dan zaina sampai disekolah, namun naas pintu gerbang sudah ditutup 5 menit yang lalu. Dan sekarang, dua siswa siswi itu benar-benar telat.
"Aduh kita telat nih, gimana dong?" zaina panik.
"Sans" jawab rendi tenang.
Rendi merogoh saku celananya mencari kunci gerbang dan dengan gampang ia langsung membuka pintu gerbang sekolah.
"Ih dari tadi kek, cepet bukain" kata zaina.
Ketika zaina dan rendi berjalan ke arah kelas masing-masing, zaina melihat bu novi guru bahasa indonesia nya sudah masuk kedalam kelas dan sedang memulai pelajaran.
"Duh apes bgt sih gue hari ini"
Rendi yang melihat zaina kebingungan, ia langsung menarik tangan zaina, membawa zaina ke ruang osis. Hanya untuk mencari cara aman, agar tidak ketahuan telat.
"Apaan sih lo, lepas gak!" Tepis zaina.
"Jangan berisik, lo mau kita dihukum?" Ucap rendi.
Sekarang, rendi dan zaina sudah berada didalam ruang osis. Rendi duduk dikursi pojok belakang sambil memeriksa handphonenya. Sedangkan zaina, ia merasa amat sangat tidak tenang, bagaimana kalau ibu novi memberi tugas latihan hari ini? Atau absensi zaina alfa, astaga selama 10tahun sekolah belum ada absensi alfa satu kali pun. Zaina mundar-mandir didepan pintu sesekali melihat ke arah luar, sekolah memang sedang sepi karena semua murid sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ketika zaina melihat ke arah luar, tidak sengaja ia bertemu eye-contact dengan pak indra, guru killer sekaligus guru bpbk disekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard life'enc
Teen FictionCerita ini awal dari kisah 2 remaja SMA. Dengan usia yang terbilang masih begitu belia, namun ia sudah merasakan kerasnya hidup. Sejak saat itu, kegaduhan dirumah yang pernah ia anggap sebagai surga, kini menjelma menjadi jutaan kembang api. Disamp...