Pilihan

1.3K 119 30
                                    

The saddest thing is to be a minute to someone, when you've made them your eternity - Sanober Khan


A/N

Cerita ini udah mendekam enam bulan di draft. Lagi mikir mau diterusin apa di delete karena aku tidak suka beberapa opsi endingnya. Tapi setelah re edit puluhan kali, saya akhirnya memutuskan untuk menerbitkan ini.

Cerita ini Saya persembahkan untuk mereka-mereka yang masih ragu untuk keluar dari hubungan toxic mereka. Be brave. There will be someone better waiting for you.

💙💛

Than POV

Aku terbangun ketika aku mendengar suara benda terjatuh. Aku mengerang kesal dan mengusap mataku. Dengan susah payah aku membuka mataku. Jam di dinding kamarku yang menunjukkan pukul 11 malam.

"Maaf, apa aku membangunkanmu?"

Aku memalingkan wajahku dan menatap pria tampan yang kini sedang berjalan ke arahku. Dia duduk di samping tempat tidurku dan mengusap wajahku.

"Tidurlah lagi. Bukankah kamu bilang kamu tidak bisa tidur akhir-akhir ini?" Pintanya.

Aku menutup mataku dan menikmati belaian lembut jemarinya.

"Aku pikir aku tidak akan bisa tidur lagi" Jawabku.

Walau harus aku akui belaiannya membuat tubuhku merasa begitu nyaman, dan aku yakin jika dia melakukannya selama beberapa menit aku akan kembali terlelap, tapi aku tidak ingin tertidur.

Pria di depanku tidak mengatakan apapun untuk beberapa saat, tapi sedetik kemudian aku merasakan kecupan di keningku. Aku terkejut dan membuka mataku.

"Tidurlah. Phi akan disini sampai kamu tertidur" Bisiknya tepat ke telingaku.

Aku merasakan jantungku berdebar hebat dan pipiku memanas. Pria di depanku tersenyum melihat reaksiku dan mengusap kepalaku.

"Atau haruskah Phi pergi? Jika Phi tetap disini bukankah akan lebih berbahaya?" Godanya sambil hendak bangkit meninggalkanku. Aku buru-buru menahan tangannya.

"Te-tetaplah disini" Pintaku pelan.

Pria di depanku tersenyum puas.

"Baiklah. Tapi Phi tidak bisa lama-lama" Ujarnya sambil kembali duduk disampingku. Aku bernafas lega.

Aku menatap pria di depanku. Dia sudah mengenakan pakaiannya dengan sempurna, seakan dia tidak baru saja tidur denganku disini. Aku tahu dia sudah bersiap untuk pergi dan meninggalkanku.

"Terima kasih Phi" Jawabku sambil menggenggam tangannya.

Dia tersenyum dan balas mengenggam jemariku lembut.

"Ehm... Sekarang pejamkan matamu" Perintahnya sambil mengusap kepalaku dengan tangannya yang lain.

Aku tersenyum tipis dan perlahan aku menutup mataku. Jika bisa aku ingin bersamanya lebih lama. Melihatnya terlelap disampingku kala aku terbangun di pagi hari. Tapi aku tahu bahwa itu mustahil. Jadi jika tidak bisa, begini saja sudah cukup bagiku. Bisa memilikinya untuk beberapa jam seperti ini sudah cukup.

💙💛

Aku terbangun ketika cahaya matahari mencapai tempat tidurku. Aku membuka mataku dengan enggan dan menatap sisi tempat tidurku yang kosong. Ada perasaan sakit di hatiku tapi aku menelan rasa sakit tersebut. Luka ini aku sendiri yang menciptakannya jadi aku tidak bisa mengeluh.

L💋VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang