7

3.5K 62 0
                                    

haai~

maaf yah baru update lagi. kemarin abis maraton money heist soalnya :) terus beberapa hari kebelakang aku terlalu obsessed sama salah satu karakternya. jadi gak konsen :(

Enjoooy~~
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Maaf kak gak sengaja. Aku gak liat-liat ta--" orang ini tiba tiba memotong pembicaraanku.

"Tunggu.....tunggu. Elu Theo kan?"

"Eh, Rendy. Kamu sekolah disini?"

"Iya. gue kaka kelas lo ya disini! Baek-baek lo sama gue!" sontak aku langsung mandang dia dengan sinis.

"Becanda egoo! Sans aja ama gue mah."

"Tau ah males!" aku diam sejenak.

"Om Jonas itu siapa si?"

"Dia paman gue, adeknya bokap gue."

"Dia gay?"

"Engga lah anjir! Kenapa emang? Lu demen ya sama dia?" apa Rendy tau apa yang aku lakuin sama Om Jonas?

"Engg--"

"Gausah ngelak lu ah! Iya gue tau dia ganteng dan blablabla... gue juga suka kok sama dia. Bahkan gue pernah 'main' sama dia waktu istri nya lagi belanja bareng ibu gue."

"Oooh gitu." sambil memutar mata.

Aku duduk sebelah Rendy sambil nontonin orang lain lagi main basket, tanpa membicarakan apapun semenjak sepuluh menit lalu. Ya.. ngobrol sih sebenernya, tapi gak terlalu penting gitu topik nya, jadi ku anggap gak ngobrol lah.

"Eh Ren. aku tuh lagi nyari seseorang yang bisa bikin nyaman." aku mencoba untuk membuka obrolan supaya gak canggung

"Buat jadi suami?"

"Yaa... buat jadi suami sekaligus ayah aku."

"Oooh lu nyari gadun ya?"

"Ya engga juga sih. Yang penting menuhin kriteria aku aja. Gak perlu kaya kaya banget, rezeki kan bisa dicari bareng bareng."

"Ganteng? Badannya bagus? Itunya besar terus panjang? Baik juga?" tanya Rendy yang terus-menerus dilontarkan kepada ku.

"Ya, ya, ya, dan ya."

"Saran gue lu carinya jangan di klub atau gay bar gitu. Lu gak bakal nemu yang kayak gitu. Kalo mau carinya di restoran mewah, galeri seni, museum. pokoknya di tempat yang isinya orang orang berkelas dan bisa berpikir jauh lah. Kalo di klub sama gay bar mah lu paling yang didapet cuman ngewe doang." jelas dia yang membuat ku berpikir, mungkin aku salah pilih 'kolam' buat nyari 'ikan'.

"Emang di Jogja ada ya?"

"Menurut lo? Ya gak tau sih. Gue kan gak pernah nyari gitu. Yang penting gue seneng."
"Yah, kamu mah emang nyari kontol doang berarti."
"Ya jelas lah! Terus buat apa lagi gue nyari selain itu?"

"Ya.. kirain." aku bingung harus jawab apa lagi.

Percakapan kami terhenti kembali. Sekarang lebih lama dari sebelumnya karena aku tak tahu apa yang bisa dijadikan topik pembicaraan.

"Berarti lu adek kelas gue ya." Rendy berusaha mencari bahan obrolan lagi, tapi kenapa kesitu lagi?

"Eh iya, ya. Berarti... Kak Rendy... ya?" aku merasa canggung saat memanggilnya dengan tambahan 'Kak' di depan nama nya.

"Agak aneh sih gue juga dengernya. Tapi mau mau gimana lagi, gue OSIS soalnya. Jadi lu harus bisa hormat sama gue, sama yang lain mah sans aja kayak biasa. Tapi inget! Harus tetep sopan sama jaga etika lu ke yang lebih tua dari lu" kayak nya kalo soal etika, dia gak usah ngasih tau aku. Aku udah paham soal itu semua sebenarnya. Tapi aku ingin mencoba hal yang baru nanti, menjadi sedikit rebel seperti nya seru.

"Iya deh, iya. Toh kayaknya aku setahun doang disini." jawaban ku membuatnya sedikit kaget, ku rasa.

"Lah! Baru mau masuk udah ada niatan keluar aja. Kenapa sih?"

"Habis disini nyari nyari gak nemu. Harus nya kan aku yang dicari. Pada jaim semua disini. Mending aku di Amerika atau Inggris. Ya, walaupun mungkin sama aja karena aku belum pernah kesana sih. Tapi aku dateng ke gay bar aja mungkin banyak yang nyamperin aku."
"Hilih khintil! Kepedean lu! Emang lu siape? HAH?! Cantik lu?! HAHAHAHAHA!" teriakannya dan tawanya terdengar kencang ke seluruh sekolah. Dia menakutkan, aku harus jaga jarak dengannya.

"Becanda woy! Lu gak masa gak tau mana becanda mana bentak beneran?" sepertinya dia melihat mimik wajah kaget sekaligus takut karena dia teriak kepadaku.

"Ehm.. engg... engga apa apa." sial dia tahu aku ketakutan.

"Sorry, gue minta maaf lu jadi takut." dia ingin mengelus rambutku tapi aku mengelak dan mundur perlahan-lahan, hingga tersandung tong sampah kosong.
"Woy Ren! Ngapain lo dis--"

"Tuan saya cari keman---"

Teman-teman Rendy dan Victor datang menghampiri kami secara bersamaan.

Keheningan terpecah saat salah satu teman perempuan Rendy yang menyusul teman-temannya yang ada disini

"Woy! Ngapain lu ngelamun disini? Hah?! Bukannya bantuin bangunin anak itu malah bengong. Bego banget sih lu pada!" dia memarahi Rendy dan temannya yang lain karena hanya diam melihat ku jatuh.

"Lu anak baru ya? Lu gapapa kan?" dia menarik tanganku hingga ku berdiri. Mungkin karena badanku kecil, dia cukup kuat untuk menarik ku.

"Iya gapapa. Kok. makasih ya, Kak ehm.."

"Amaya. Lu bisa panggil gue Amaya."

"Ooke K-Kak Amaya."

"Maaf kak aku harus pergi. Makasih ya kak."
"Iya. hati-hati sama Rendy. Dia liar.
"Heh kalo ngomong seenaknya aja lu!"

"Emang bener kok! Lu aja teriak teriak sama anak baru! Dia jatoh karena dia takut trus mundur pelan-pelan jauhin lo!"
"Udah kak, udah. Gapapa kok. Aku duluan ya kak, mau belajar buat tes besok."
"Iya, dek. Tiati sama Rendy ya, HAHAHAHA."

Aku pun meninggalkan mereka dan menuju ke mobil Victor untuk mengantarkan ku pulang ke apartemen.


maaf hanya bisa segini dulu :"(

karna otak ku perlu makanan yang bergizi :"(

bagi kalian yang ingin mengeluarkan sedikit uang untuk memberiku nafkah bisa di bio profil ku yhaaaw~ :3

Ayah SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang