Now Playing : Perfect - Ed Sheeran
Happy Reading!
•••
Elvana menyisir rambutnya yang tergerai, malam ini Elvana ingin pergi dengan Devan tetapi ia tidak tahu Devan mau membawa ia kemana.
Ting!
Sebuah pesan masuk di ponsel Elvana, ia mengambil ponselnya yang berada di meja rias lalu membaca pesan tersebut.
Elvana membaca pesan tersebut lalu tersenyum. Ia tidak menyangka mempunyai teman sebaik Vera. Ya yang mengirim pesan adalah Vera.
Elvana melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Astaga! Udah telat!" Elvana langsung mengambil tas selempang lalu keluar kamar.
"Ma, Bang, Elvana, pergi dulu!" teriak Elvana saat di ruang tamu lalu keluar rumah dan berjalan kaki dengan cepat untuk mencapai taman komplek depan. Elvana terus saja mengoceh tidak jelas karna ketelatan dirinya. Ia berharap Devan tidak marah.
"Hai cewek! Godain aku dong!" goda laki-laki yng berada di belakang Elvana. Ia kenal dengan suara itu.
Elvana pun membalikkan tubuhnya dan mendapati Devan dengan senyuman yang manis.
"Devan!"
"Kok lo ada disini?" tanya Elvana.
"Ini kan jalanan umum, emangnya gue gak boleh jalan disini?"
"Bukan gitu, kan janjiannya gak disini."
"Udah ah bawel."
"Ayo!" Devan menggandeng tangan Elvana menuju mobil Devan yang terpakir di dekat taman.
"Mau kemana sih, Van?" tanya Elvana saat sudah masuk ke dalam mobil Devan.
"Jalan-jalan."
"Kalau jalan-jalan, ngapain kita naik mobil?"
Devan menoleh ke arah Elvana, Devan tidak percaya kalau Elvana sepolos ini.
"Kenapa?"
"Enggak." Devan langsung menyalakan mesin lalu pergi dari kawasan komplek Elvana.
•••
Vera berada di resotaran, ia kesal dengan Geo yang tak datang.
"Kemana aja sih?!" omel Vera saat Geo datang dan langsung duduk di hadapan Vera.
"Macet. Kayak gak tau Jakarta aja."
"Udah tau macet, kenapa berangkatnya gak lebih awal?!"
"Astaga, Vera! Bisa gak usah ngomel dulu gak? Baru juga duduk ini gue."
Geo tak habis pikir dengan Vera yang suka mengomel, mengapa Elvana betah berteman dengan Vera.
Vera menggembuskan nafasnya dengan gusar.
"Kenapa gue gak boleh ikut Elvana pergi?!" tanya Vera.
"Karna, Devan mau nembak Elvana. Kalau ada lo, nanti jadi nyamuk. Mending sama gue aja disini."
Vera menatap Geo dengan tidak percaya.
"Benaran, Ver! Gak lagi bohong gue!" Geo menatap Vera dengan serius. Vera tidak menemukan kebohongan di mata Geo.
"Oke."
Vera merasa tidak tenang Elvana pergi berdua dengan Devan. Tapi, ia juga tidak bisa menghalangkan Devan untuk menyakan cintanya pada Elvana. Vera berharap semoga Elvana senang-senang saja.
•••
Elvana di bawa ke pasar malam oleh Devan, ia tidak menyangka Devan membawanya kesini, ia kira Devan akan membawanya ke mall untuk menonton film atau makan seperti laki-laki di novel yang ia baca, saat seorang laki-laki mengajak pergi perempuan pertama kalinya.
"Kenapa bengong?" tanya Devan.
Elvana menggeleng lalu tersenyum.
"Ayo masuk!" ajak Elvana lalu mengaitakan tangan Devan dan masuk ke dalam pasar malam.
"Van, mau itu!" Elvana menunjuk penjual harum manis.
"Iya." Devan membawa Elvana, ke penjual harum manis.
"Bang, mau dua!" ucap Elvana setelah sampai di penjual harum manis.
"Nana, mau makan dua sekaligus?"
"Enggak. Yang satunya kan buat Devan."
"Gue enggak mau, lo aja."
Elvana mengangguk lalu tersenyum.
"Satu aja bang!"
"Iya neng."
Penjual tersebut pun membuatkan harum manis untuk Elvana lalu di berikan kepada Elvana dan Devan pun yang membayarnya. Tangan mereka masih bertautan, tak ada yang ingin melepasakan.
Elvana menarik Devan untuk duduk di bangku yang berada disana. Elvana fokus memakan harum manis.
"Serius banget sih makannya, sampe yang disini di lupain," cibir Devan, karna merasa terkacangi oleh Elvana.
Tidak ada jawaban dari Elvana, ia masih fokus memakan. Devan pun mengambil sedikit harum manis tersebut lalu memakannya.
"Devan kok di makan sih!"
"Kan emang di makan Na."
"Tuh kan jadi tinggal dikit! Devan sih ikut makan juga!" Elvana memanyunkan bibirnya melihat harum manisnya tinggal sedikit.
"Gue kan ngambil cuma sedikit," ucap Devan.
Elvana menatap Devan dengan sangar.
"Maaf.
"Mau gue beliin lagi?" tanya Devan.
"Enggak usah."
Elvana pun menjaga jarak duduknya dari Devan, alih-alih takut Devan mengambil harum manis miliknya.
Devan menatap Elvana tidak percaya, sebegitunya Elvana dengan harum manis sampai berjauhan duduknya.
"Na, gue ke toilet dulu ya," pamit Devan, tetapi Elvana hanya melirik Devan dengan sinis.
"Dasar gak peka!"
"Cowok ribet!"
"Gak manis perlakuannya kayak cowok di novel atau film!"
Maki Elvana pada Devan setelah Devan pergi ke toilet. Elvana memakan harum manisnya dengan kasar, ia kesal dengan Devan yang tidak romantis.
"Ikut gue yuk!" ajak Devan setelah laki-laki itu kembali.
"Kemana?"
"Udah ikut aja," Devan menarik tangan Elvana dan berjalan ke sebuah jalan yang sepi, jalanan tersebut pun menanjak.
"Van, capek!" keluh Elvana saat mereka masih di jalan.
Devan terus menggandeng tangan Elvana untuk mencapai puncak pada jalan tersebut.
"Hosh! Hosh!"
Elvana terduduk di pinggir jalan yang sepi.
"Nih." Devan memberikan sebuah botoh mineral lalu Elvana mengambil botol tersebut dan meminumnya.
"Na, ayo berdiri!" perintah Devan.
Elvana dengan malas berdiri lalu menatap Devan dengan tajam.
"Lihat itu!" tunjuk Devan di depannya. Elvana menuruti saja dan melihat yang di tunjuk Devan.
Elvana menatap pemandangan di depannya dengan takjub. Kota Jakarta dengan lampu malam yang indah, Elvana tidak akan pernah lupa dengan pemanandangan di depannya ini. Devan berjalan mendekati Elvana.
"Seneng gak?" bisik Devan.
"Seneng banget!"
"Suka?"
"Iya!"
"Sama aku juga suka sama Elvana."
Elvana terkejut dengan ucapan Devan.
"I love you, Na," bisik Devan pelan namun masih terdengar oleh Elvana.
Elvana membalikkan tubuhnya dan menatap Devan dalam-dalam.
"Makasih atas semuanya, Van."
"Tapi gue gak bisa, ini terlalu cepat buat gue," lanjut Elvana.
Devan tersenyum kaku, ternyata Elvana tidak menyukai dirinya.
"Gue gak bisa nerima lo sebagai pacar, tapi kita masih bisa sahabatan kok!"
"Iya Na, maaf ya gue terlalu cepet nembak lo," Devan merasa tidak enak dengan Elvana.
Elvana merain tangan Devan lalu tersenyum.
"Kita sahabatan ya!" pinta Elvana.
Devan mengganguk dan ikut tersenyum.
"Gue cuma mau nyatain perasaan gue, Na, ya walaupun lo nolak gue, itu udah bikin gue lega dengan perasaan gue."
"Iya Devan."
Elvana membalikkan tubuhnya dan menatap pemandangan kota Jakarta.
Seketika lampunya pun mati, Elvana menoleh ke arah Devan yang berada di belakangnya.
"Van, kok mati lampu sih!" ucap Elvana.
Tak lama lampu jalan yang berada di dekat mereka pun ikut mati.
"Mati lampu!"
"Aaaa!" teriak Elvana.
Devan pun langsung membungkam mulut Elvana agar tidak lebih kencang lagi teriaknya.
"Jangan teriak."
"Tapi gue takut," Elvana memgang tangan Devan dengan erat.
"Yaudah ayo turun, nanti kalau lo teriak, orang-orang nyakanya kita lagi usaha."
"Usaha apa?" tanya Elvana polos.
"Udah gak usah di lanjut." Devan membawa Elvana turun dari jalan yang tinggi, Devan tidak menyangka akan mati lampu.
"YaAllah ampuni dosa-dosa Devan, semoga Devan sehat selalu, semoga Devan masih mau sahabatan sama Elvana, semoga Devan gak marah sama Elvana, aku gak mau kehilangan Devan," doa Elvana.
Devan terkekeh dengan Elvana, Devan gemas dengan sikap Elvana. Menurut dirinya, Elvana adalah sosok perempuan yang polos dan lucu. Devan mana mungkin bisa menjauhi Elvana, walaupun dirinya baru saja di tolak oleh Elvana.
•••
Hola?!
Gimana part kali ini?
Kasian ya Devan di tolak :(
Gemes gakk sama keluakan Elvana sama Devan? Hehe.
Semoga suka ya!
Vote and comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
DeVana
HumorSeorang gadis yang suka mengkhayal, Elvana namanya. Ia mendapatkan sahabat di bangku SMA. Dimana saat itu, Elvana bertemu dengan seorang laki-laki tampan bernama Devan dan mereka berdua bersahabat seperti yang Elvana impikan sejak dulu, yakni mempun...