4. Kim Seokjin

774 77 2
                                    

.
.
.

New York

Seokjin baru selelsai makan malam di Cupertino, dan di malam-malam saat dia tidak berada di rumah Namjoon, telah menjadi kebiasaan untuk menelepon ibunya saat dia hendak tidur.

"Tebak siapa yang baru saja menyelesaikan transaksi untuk rumah besar di Laurel Glen Drive?" Kim Seohyun membanggakan dengan semangat dalam bahasa Korea Selatan, begitu mengangkat telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tebak siapa yang baru saja menyelesaikan transaksi untuk rumah besar di Laurel Glen Drive?" Kim Seohyun membanggakan dengan semangat dalam bahasa Korea Selatan, begitu mengangkat telepon.

"Wow, Mom, selamat! Bukankah itu penjualanmu yang ketiga bulan ini?" Tanya Seokjin.

"Ya! Aku memecahkan rekor kantor tahun lalu! Benarkan, aku tahu aku mengambil keputusan yang tepat untuk bergabung dengan bibi Jessica-mu di kantor Los Altos," ucap Seohyun puas.

"Kau akan menjadi agen terbaik lagi tahun ini, aku tahu pasti begitu," jawab Seokjin sembari menggembungkan bantal di kepalanya. "Yah, aku juga punya berita menarik... Namjoon mengundangku ikut bersamanya ke Asia musim panas ini."

"Oh ya?" Komentar Seohyun menurunkan suaranya satu oktaf.
"Mom, jangan mulai berpikir macam-macam," Seokjin mengingatkan, mengenal baik nada suara ibunya yang satu ini.

"Aigoo! Berpikir apa? Ketika kau mengajak Namjoon ke sini acara pembukaan restoran Korea---suami bibi Jessica-mu lalu, semua orang yang melihat kalian, dua sejoli bersama, mengatakan bahwa kalian sangat serasi. Sekarang gilirannya untuk mengenalkanmu pada keluarganya. Mom pikir dia akan melamarmu!" Sembur Seohyun tak mampu menahan diri.

"Mom, kami tak pernah satu kali pun membicarakan pernikahan," jawab Seokjin berusaha membuat berita ini tidak sepenting itu. Tak peduli betapa bersemangatnya dia tentang semua kemungkinan yang mungkin terjadi dalam perjalanan itu, dia tidak akan memberi harapan pada ibunya saat ini. Ibunya sudah begitu menaruh harapan akan kebahagiaannya, dan dia tidak ingin membuat harapan beliau melambung... Terlalu tinggi.

Tetapi Seohyun tetap saja penuh harapan. "Nak, aku tahu pria seperti Namjoon. Dia boleh bersikap seperti cendekiawan atau sejenisnya yang tidak terlalu pusing tentang pernikahan, tapi aku tahu jauh dalam lubuk hatinya, dia adalah tipe yang ingin menikah. Dia ingin menetap dan punya anak, jadi tidak bisa lagi menyia-nyiakan waktu."

"Ibu, hentikan!"
"Baik-baik, Mom menyerah. Kau sudah memanggilku ibu, dan itu teguran untukku."
"Momm..."
"Yaps darling, lagipula, sudah berapa malam dalam seminggu kau menginap di rumahnya? Aku kaget kalian belum tinggal bersama."

"Mom, tahu. Jika aku seorang wanita, kau satu-satunya ibu Asia yang menyuruh anak gadisnya untuk tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan pernikahan." Seokjin tertawa.

"Aku satu-satunya ibu Asia dengan anak gadis yang belum menikah, yang umurnya sudah hampir tiga puluh tahun, bila itu terjadi! Apa kau tahu semua pertanyaan yang kuterima hampir setiap hari? Aku mulai capek membelamu. Coba saja, bahkan baru kemarin, aku berpapasan dengan mantanmu---Yugi!"

 Coba saja, bahkan baru kemarin, aku berpapasan dengan mantanmu---Yugi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, ya, ya. Kau bertemu dia dimana, Mom? Hanya dia mantanku yang masih berhubungan denganku sampai sekarang." Beritahu Seokjin.

"Wae? Aku tahu seluruh cerita ini akan berakhir. Alih-alih menikah dengan Namjoon. Kau akan kembali menjalin cinta lamamu yang belum kelar dengan Yugi." Seohyun tertawa.

"Ayolah, Mom." Keluh Seokjin dengan nada bosan.
"Maafkan, aku. Kau tahu, dia masih sama menawannya seperti terakhir kali kau bawa dia ke rumah. Bedanya dia terlihat lebih berpendidikan dan dewasa. Ternyata benar sekolah di Oxford merubah banyak pribadi tiap orang." Seohyun menjelaskan. "Dan heii! Kenapa kau tak pernah bilang, jika kau dan dia berteman baik sekarang?"

"Aku lupa, Mom. Maafkan aku." Bela Seokjin.
"Sejak kapan?" Tanya Seohyun.
"Setelah dia lulus dari pendidikannya di Oxford. Aku mengisi seminar di kantor tempat dia magang, dan kami bertemu---kami bicara. Dan kami sama-sama memaafkan yang lalu." Jelas Seokjin.

"Oh sayang, itu lebih baik. Kau tahu sendiri dia memiliki imipian!" Seru Seohyun prihatin.
"Omong-omong soal ini jangan beritahu adik Momi! Tolong?" Pinta Seokjin.

"Omo! Omo! Kenapa tidak boleh! Oke, oke. Aku tahu kau selalu berhati-hati dan kau tidak ingin kecewa . Tapi, dalam hati aku tau apa yang akan terjadi," ibunya berkata riang.

"Yah, sampai sesuatu terjadi, tidak ada gunanya membesar-besarkan ini," Seokjin bersikeras.

"Jadi, dimana kau akan menginap di Asia, Korea Selatan? China?"
"Di rumah orang tuanya, Korea Selatan, kurasa."
"Kenapa kau terdengar ragu?"
"Ibu tau sendiri, Namjoon belum sama sekali mengenalkan aku dengan keluarganya. Bercerita tentang saudarapun dia jarang."
"Oh darling, kau lebih mengenal Namjoon daripada siapapun."
"Hmm..."
"Apakah mereka tinggal di rumah atau apartment?" Tanya Seohyun.
"Aku tidak tahu."
"Kau harus mencari tahu hal-hal seperti ini!"
"Untuk apa? Apa kau akan mencoba menawarkan rumah pada mereka di New York?" Canda Seokjin.
"Anak ini! Aku beri tahu untuk apa---apa kau tahu bagaimana nanti pembagian kamar tidurnya?"

"Pembagian kamar tidur? Apa maksudmu, Mom?"
"Aigoo, apa kau tahu kau bakal tidur di kamar tamu atau sekamar dengannya?"
"Tidak pernah terpikir olehku---"
"Nak, itu yang paling penting. Kau tidak bisa berasumsi bahwa orangtua Namjoon akan berpikiran seterbuka aku. Kau pergi ke Korea Selatan, dan orang-orang Korea masih terbilang kaku apalagi dengan hubungan sejenis, tahu! Aku tidak ingin orangtuanya berpikir aku tidak membesarkanmu dengan baik."

Seokjin mendesah, dia tahu ibunya bermaksud baik, tetapi seperti biasa beliau berhasil membuatnya stres mengenai detail-detail yang tidak pernah terbayangkan olehnya.

"Sekarang kita harus merencanakan apa yang akan kau bawa sebagai hadiah bagi orangtua Namjoon," Seohyun melanjutkan dengan penuh semangat.

"Jangan khawatir, Mom. Aku akan mengurus soal itu."

.
.
.
.


How is ur day bubs?

CRAZY RICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang