*
"RANNNN! BURUAN ANJIR NANTI KITA TELAT WOI!" Teriak Rey tak tau malu. Padahal Bunda Ran ada dirumah. Tapi namanya juga Rey.
Bunda Ran juga sudah biasa mendengar ribut ribut yang terjadi hampir setiap pagi itu.
"SEBENTAR GUE LAGI NYARI KAUS KAKI YANG WARNA BIRU!" Balas Ran ikut berteriak
"PAKE NYA YANG ADA AJA! JANGAN YANG GAADA LO CARI CARI! BURUAN!" Teriak Rey lagi dengan wajah yang mulai kesal.
"TUNGGUIN SEBENTAR REY YAAMPUN! CEREWET AMAT SIH LO!" Balas Ran dengan nada kesal.
"KELUAR SEKARANG ATAU GUE TINGGAL?!" Lagi, Rey berteriak nyaring.
"IYA IYA! INI GUE KELUAR." Balas Ran tak kalah nyaring, kemudian keluar dengan kaki dihentakkan.
"BURUAN!"
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Ran semakin menekuk wajahnya.
"Lelet amat sih! Kebiasaan banget. Gue ada rapat Osis tau!" Omel Rey dengan kesal, seraya naik ke motor dan memakai helm.
Wajah Ran semakin ditekuk kala ia mendapat omelan dari teman kecilnya itu. Dua kali tekukan, lihat seberapa jeleknya wajahnya sekarang.
"Iya maaf. Gue kan mau kauskaki yang warna biru yang kemaren lo beliin" Ucap Ran dengan bibir yang sedikit mengerucut sebal.
"Ck. Makanya disimpen baik baik. Bukan disimpen sembarangan gitu. Udah tau lo orangnya lupaan!" Nyinyir Rey membuat Wajah Ran semakin ditekuk
Rey menyodorkan helm fullface nya pada Ran. Lalu diterima oleh gadis itu dengan wajah yang masih saja ditekuk.
"Udah buruan pake gausah cemberut lo. Jelek!" Omel Rey lagi
"Sebentar. Gue belum pamit sama Bunda." Ucap Ran kembali masuk ke dalam rumah.
"Bukannya sekalian tadi pamit. Malah masuk lagi" Gerutu Rey, kemudian menghela nafas.
"Udah. Ayo berangkat." Ucap Ran datang dengan Helm yang sudah dipakai.
"Kata Bunda apa?" Tanya Rey.
"Katanya gini, bilangin sama Rey 'Jagain anak Bunda yang cantik ini ya Rey jelek. Maaf Bunda gabisa temuin Rey, Bunda lagi di kamar mandi.' Gituuu" Ucap Ran seraya menaiki motor Ninja warna Hitam milik Rey.
"Hilih. Mana mungkin Bunda nyebut gue jelek. Kan elo yang jelek. Bukan gue." Ejek Rey membuat Ran memukul bahu Rey. Ke kesalannya kembali datang mendengar ucapan dari mulut lemes sahabatnya tersebut.
"Diem. Pegangan. Jangan banyak gerak. Gue mau ngebut!" Ucap Rey lalu menarik gas motornya.
Ran biasa saja. Tidak berteriak atau apa. Sudah biasa diajak ngebut seperti ini oleh Rey.
Malah Ran seringnya sumringah sekali jika Rey sudah mengebut seperti ini. Ia senang. Dirinya seakan terbang. Dengan perasaan yang juga ikut terbang.
**
"Nih." Ucap Ran seraya menyodorkan helm pada Rey
"Belajar yang bener! Kalo ada yg nyinyir biarin aja, gausah didengerin. Yang hidup elo. Bukan mereka." Ucap Rey seraya menggangtungkan Helm di stang motornya.
"Iyaaaa dasar cerewet! Kayak Bunda aja sih." Gerutu Ran sebal.
Ah, sudah berapa kali sebal Ran pagi ini?
"Udah sono. Gue mau rapat. Kalo ada apa-apa telfon gue." Ucap Rey seraya menyisir rambutnya ke belakang.
"Dih sok ganteng lo!" Ucap Ran seraya mengejek.
"Bocah bikin kesel mulu. Sono pergi." Ucap Rey seraya menjitak kepala Ran.
"IH GUE KAN UDAH SMA!!" Ucap Ran kesal.
"Badan lo persis bocah Smp." Ejek Rey.
"Tau ah nyebelin. Gue pergi aja!" Gerutu Ran seraya berbalik melangkah meninggalkan Rey di parkiran.
Rey terkekeh melihat nya. Ah lucu sekali sih Ran nya itu. Setiap hari terlihat lucu. Bahkan bangun tidur pun tetap saja lucu. Apalagi wajah cemberutnya. Ah sudahlah.
Ran berjalan ke kelas sendirian dengan kaki yang agak di hentakkan. Kesal dengan perlakuan Rey yang selalu saja menganggap dirinya anak kecil.
"Gue udah kelas 2 SMA. Yakali disamain sama bocah Smp. Hilih nyebelin emang si cerewet satu itu" Gerutu Ran sepanjang jalan.
Ia mengabaikan tatapan mata sinis orang orang di koridor. Lagipula Rey sudah berpetuah tadi padanya. Agar tidak menghiraukan orang orang yang tidak suka padanya.
Benar.
Semua orang di sekolah tidak menyukai dirinya. Entah apa alasannya ia tidak tahu. Ah tapi mungkin gara gara dirinya dekat dengan Rey.
Rey memang famous sih. Selain karena wajah tampannya, ia juga seorang ketua osis. Apalagi Rey ketua futsal disekolah nya ini. Makin banyak lah orang orang yang menyukai Rey. Terutama kaum hawa. Tentu saja.
Dan untung nya, para kaum hawa yang menatap nya sinis sekarang ini tidak bisa berbuat apa apa selain mengomentari dan menatapanya sinis. Tidak bisa membully dirinya.
Sebab Rey, dia memperingati orang orang yang hendak membully dirinya. Rey mengancam akan melaporkannya kepada kepala sekolah dan membuatnya di keluarkan esok harinya.
Keren? Tidak.
Menurut Ran, Rey terlalu berlebihan.
Ran tidak suka saat Rey membela dirinya hingga seperti itu. Ia terlihat lemah jika seperti itu. Tapi kenyataannya, ia memang lemah. Tapi, jika Rey begitu pada dirinya, Ran kelihatan semakin sangat lemah di mata orang lain.
Dan Ran tidak suka, meski faktanya begitu.
Ran duduk di bangku pojok depan yang dekat dengan jendela. Ia duduk sendirian. Tak punya teman sebangku. Ia tak punya teman. Semua orang membencinya.
Ran tidak tahu apa yang membuat mereka sebegitu membenci dirinya. Kalau pun gara gara ia dekat dengan Rey, tidak mungkin kan semua laki laki di kelas nya juga enggan satu bangku dengannya.
Ran menghela nafas. Mukanya lagi-lagi ditekuk.
Ia memang mempunyai Rey, tapi tetap saja ia kesepian. Ia ingin teman perempuan juga. Ia ingin seperti anak-anak perempuan yang lain. Menonton, karaoke, berbelanja, make up, pokoknya hangout bersama hingga malam lalu dimarahi Bunda nya ketika kembali karena terlambat.
Ia ingin.
Tapi apa daya. Tidak ada satu orangpun yang mau berkenalan dengannya dari awal ia masuk kesekolah ini.
Pikirannya kembali pada kejadian beberapa tahun silam. Saat kejadian serupa menghampirinya. Dijauhi anak anak seusianya. Diabaikan. Dikucilkan.
Sampai sekarang.
Sampai ia sebesar ini.
Hatinya kosong soal rasa sayang terhadap kawan sejawat.
Karena memang tidak ada yang mau berteman dengannya.
Selain Rey.
"Selamat pagi anak anak. Maaf ibu sedikit terlambat. Mari kita berdoa lalu memulai pelajaran." Ucap seorang wanita paruh baya di depan kelas membuat lamunan Ran buyar seketika.
Ia lebih memfokuskan diri pada pelajaran B. Indonesia yang sedang berlangsung.
"Kali ini, ibu akan menjelaskan tentang Teks eksplanasi. Buka buku paket kalian. Silahkan di catat terlebih dahulu. Setelah selesai ibu akan menjelaskan nya." Ucap beliau setelah mengabsen nama anak anak yang ada dikelas nya.
Ran merogoh buku paket, buku tulis juga kotak pensil di dalam tasnya. Lalu mulai mengerjakan tugas yang diperintahkan.
Melupakan lamunan tentang hati nya yang kosong.
*
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet
Teen Fiction*** "Padahal lo yang bilang kalau perasaan gak semain main itu! Tapi akhirnya, malah diri lo sendiri yang mainin perasaan seenak jidat!!" Sentak Rey dengan amarah yang memuncak Ran diam, tak berkutik barang sedetikpun. Kepalanya menunduk, kecewa de...