2

21 3 1
                                    

*

"Apa?!" Ucap Ran sewot kala Rey menelfon dirinya saat jam istirahat berlangsung.

"Sewot amat mba nya" Balas Rey mengejek di balik telfon yang tersambung.

"APASI?" Ucap Ran tak santai.

"Ck. Sini ke kantin. Diem mulu dikelas. Buruan! Gue tunggu. Gak pake nolak!" Ucap Rey tegas lalu sambungan telfon nya terputus begitu saja.

"Dasar Rey nyebelin! Huh, bodoamat gue gak bakalan ke kantin." Desis Ran seraya memarahi Handphone nya yang menampilkan format panggilan.

Ran menyimpan Handphone di saku baju, lalu melipat kedua tangannya di meja setelahnya menelungkupkan wajahnya diatas lipatan tangannya itu.

Ting!

Rey 👺

Gue tau lo pasti tidur lagi.
Cepetan ke kantin!
Kalo enggak, nanti lo pulang sendiri.
Gue gamau nebengin lo.
Bye.

Ran mengabaikan pesan terakhir yang Rey kirim.

Masa bodoh -Pikir Ran.

Rey tidak mungkin meninggalkan nya sendirian. Rey tahu betul kalau Ran tidak punya siapa siapa di sekolah ini kecuali dirinya. Maka dari itu, Ran tidak akan percaya jika Rey akan meninggalkannya sendirian saat pulang sekolah nanti.

"Heh, bangun lo." Ucap Seorang wanita seraya menendang bangku yang Ran duduki.

Ran membuka matanya dengan malas, iya menatap satu persatu ke tiga wanita yang berdiri dihadapan nya.

"Kenapa?" Tanya Ran pelan.

"Buku tugas lo siniin!" Ucap salah satu dari ke tiga orang itu.

Ran dengan pasrah memberikan buku tugas nya pada ketiga orang itu.

"Tapi Farah, bedain sedikit ya jawabannya. Nanti ketauan kalo disamain" Ucap Ran dengan enggan menyodorkan bukunya.

"Gausah banyak omong lo! Gue tau apa yang gue lakuin!" Balas Farah, wanita cantik yang memiliki kulit eksotis.

"Udah Far buruan, bentar lagi bel masuk." Ucap Sena, wanita berambut sebahu yang bagian atas rambutnya diikat kecil.

Farah berjalan meninggalkan bangku Ran setelah mendengar ucapan Sena. Diikuti oleh Rumi, yang sebelumnya mengucapkan terimakasih pada Ran dengan perasaan tak enak.

Ran balas tersenyum pada Rumi. Ia memang baik pada dirinya, gadis cantik yang memiliki warna kulit putih dan mata sipit. Wanita anggun yang baik hati. Tapi tetap saja, ia bukan temannya.

Ran menghela nafas setelah dirinya ditinggalkan oleh ke 3 perempuan itu. Merutuk dalam hati, menyalahkan dirinya karena tidak melawan. Niat ingin melawan, tapi takut semakin di kucilkan menjadi alasan ia tetap diam.

Ia beralih membuka Handphone nya melihat apakah ada pesan yang dikirimi Rey lagi atau tidak. Dan ternyata tidak.

Tuk!

"Ran, ini dari Jaebi. Dimakan katanya. Harus lo abisin." Ucap Seorang laki laki yang tiba tiba saja datang lalu menyimpan sebotol air mineral dan 2 bungkus roti di meja Ran.

"Jaebi nya kemana?" Tanya Ran penasaran.

"Ngambek katanya, biasa bocah alay, lagi kumat." Ucapnya seraya terkekeh

Ran ikut tersenyum kecil. Sudah tidak aneh dia berlaku seperti itu. Memang kalau tidak dituruti suka seperti itu.

"Kalau gitu, makasih Danu, maaf ngerepotin." Ucap Ran seraya tersenyum, tidak ada rasa tidak enak, karena ini bukan pertama kalinya.

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang