*
Ran memeluk erat pinggang Rey yang sedang mengendarai motor nya. Ia menempelkan wajah yang terbingkai helm dipunggung Rey yang terhalangi tas sekolahnya.
Rey memelankan laju motornya lalu berhenti di sebuah Kafe remaja yang pelanggannya tidak terlalu ramai.
"Ayo turun." Ucap Rey setelah motornya terparkir.
Ran diam, ia menggelengkan kepalanya membuat Rey menghela nafas
"Ayo turun. Lo belum makan dari istirahat tadi." Ucap Rey lembut.
"Gamau. Malu." Bisik Ran lirih.
"Gapapa. Kafe nya gak terlalu rame. Ayo turun." Ucap Rey lagi.
"Muka gue jelek. Malu. Abis nangis, pasti bengkak." Keluh Ran seraya mendengus.
"Gue udah bilang gapapa. Lagian lo hidup buat diri lo sendiri bukan buat dengerin ocehan orang lain." Omel Rey seraya menghela.
"Yaudah iya, ayo masuk." Ucap Ran seraya turun dari motor Rey membuat Rey tersenyum kecil.
"Mau kemana?" Tanya Rey kala Ran berjalan meninggalkannya.
"Tadi disuruh masuk. Gimana, sih?" Desis Ran kesal.
"Ya itu helm mau dipake terus sampe kedalem? Gamalu apa?" Ucap Rey menahan tawa.
"Eh lupa! Gausah ketawa!" Ucap Ran seraya melepaskan Helm lalu memberikannya pada Rey.
"Ih lipi! Giisih kitiwi!" Cibir Rey.
"Berisik jelek!" Ucap Ran kesal membuat Rey tertawa.
"Udah ih ayo buruan! Ketawa mulu. Mau tebar pesona?!" Tanya Ran sewot.
"Dih sewot! Bilang aja iri karna gue banyak yang liatin. Eh iri apa cemburu sih?" Ucap Rey seraya menyugar rambutnya ke belakang, kemudian memicingkan mata menyelidik.
"Ngapain iri sama orang jelek!" Pekik Ran membuat Rey mengacak rambut Ran gemas.
"Kebiasaan banget sih! Berantakin rambut gue mulu! Muka gue udah jelek, rambut gue berantakan. Sip udah kayak orang stres!" Ucap Ran kesal seraya merapihkan rambutnya.
"Cerewet! Udah ayo masuk." Ucap Rey seraya merangkul pundak Ran lalu berjalan masuk ke arah Kafe. Dengan Ran yang menggerutu sebal sepanjang jalan.
"Berisik pendek!" Bisik Rey dengan ejekan membuat Ran dengan spontan mencubit pinggang Rey.
"Bar-bar banget sih. Sakit tau pinggang gue kena sasaran mulu" Ucap Rey merajuk.
"Siapa suruh ngeselin!" Ucap Ran kesal.
"Yaudah iya, gue yang salah" Ucap Rey mengalah, siapa suruh ia tadi membuat Ran menangis, jadi mengalah pilihannya saat ini untuk menebus kesalahannya.
"Udah sana buruan pesen" Titah Ran.
"He! Giliran lo yang pesen tau. Kemaren kan giliran gue udah." Balas Rey mendelik.
"Gamau ah malu! Lo aja yang pesen. Muka gue lagi jelek. Kalo yang jaga mas ganteng kan tengsin!" Ucap Ran.
"Hih pokonya pergi sesuai jadwal giliran! Enak aja gue mulu yang dibabuin" Ucap Rey kesal.
"Sekali doang ih sana" Pinta Ran.
"Gak! Gamau!" Tolak Rey.
"Rey... please, gue bener-bener malu. Duduk disini aja udah banyak yang liatin. Apalagi kesana." Ucap Ran memohon, memasang wajah dan tatapan mata memelas.
"Ck. Yaudah! Tapi besok harus lo. Mau gamau harus lo. Gaada alesan apapun!" Ucap Rey yang akhirnya mengalah pada Ran.
Ran tersenyum senang. Ia mengangguk dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet
Teen Fiction*** "Padahal lo yang bilang kalau perasaan gak semain main itu! Tapi akhirnya, malah diri lo sendiri yang mainin perasaan seenak jidat!!" Sentak Rey dengan amarah yang memuncak Ran diam, tak berkutik barang sedetikpun. Kepalanya menunduk, kecewa de...