4

13 3 0
                                    

**

Ran berjalan menyusuri koridor dengan pandangan yang sesekali menunduk. Ucapan orang orang yang keterlaluan sepanjang koridor inilah yang membuat dirinya menunduk menyembunyikan raut sedihnya.

Kadang suatu waktu, Ran merasa lelah. Ia ingin sekali bertanya pada orang-orang kenapa mereka menjauhi dirinya. Salah apa yang ia perbuat sehingga semua orang membencinya.

Tapi, niatnya itu kembali ia telan bulat bulat. Tak mau memeperumit masalah. Ia sudah cukup membuat repot Rey sehari harinya. Tak mau lagi menambah beban pemuda itu.

Rey memang berkata jangan memikirkan kata beban atau repot pada pikirannya. Ran ingin, ingin sekali menuruti perkataan Rey waktu itu. Tapi kembali lagi ke kenyataan. Hati dan pikirannya tidak sekuat itu. Ia boleh saja merasa baik-baik saja dihadapan Rey. Tapi tidak ketika ia sedang sendiri. Tanpa Rey.

Karena semuanya begitu buruk. Tidak ada seorangpun selain Rey dan Bundanya yang mengerti dan paham akan dirinya. Tak ada yang mau menemani dirinya lebih tepatnya.

Ran menghela nafas, lalu mengangkat kedua sudut bibirnya ketika sebentar lagi sampai di kantin.

Ya. Rey memaksanya.

Ran terpaksa menurutinya. Tidak mau kejadian kemarin terulang.

Ran mendekati meja yang Rey tempati dengan senyum mengembang. Wajahnya dibuat seceria mungkin. Menipu semua orang bahwa dirinya sangat baik-baik saja.

"Hai, Danu." Sapa Ran pada lelaki yang duduk berhadapan dengan Rey. Lelaki tinggi berparas tampan yang tempo hari mengantar makanan ke kelas untuknya.

"Hai Ran. Apakabar?" Tanya Danu seraya menyugar rambutnya kebelakang.

"Gausah tebar pesona lu anjir! Punya gue nih!" Desis Rey kesal.

Ran tertawa kecil seraya mendudukan dirinya disamping Rey.

"Possesif amat masnya" Cibir Danu seraya ikut tertawa.

Rey memutar kedua bola matanya malas.

"Bacot jomblo" Ejek Rey.

"Weh songong lu! Sendirinya juga jomblo." Ucap Danu.

"Gue single ya! Lagian ada Ran nih. Sahabat rasa pacar. Asek." Ucap Rey seraya menaik turunkan alisnya.

"Emang si Ran mau sama lo? Udahmah Alay, jelek, narsis lagi." Ejek Danu membuat Rey kesal, bersiap menjitak kepala Danu.

"Ampun pak bos. Becanda." Ucap Danu seraya tertawa.

"Udah ih. Mau makan apa mau berantem sih? Kalo mau berantem gue balik ke kelas aja deh." Ucap Ran membuat Rey dan Danu menghentikan pertengkaran nya.

"Makan dong! Maafin sih. Danu pesenin gih. Gue mager." Titah Rey membuat Danu mendelik. Tapi tak urung ia beranjak.

"Kayak biasa kan?" Tanya Danu.

"Yoi. Thank you babe." Balas Rey seraya me-wink Danu.

"Najis lu!" Desis Danu seraya pergi meninggalkan Rey dan Ran yang tertawa kecil melihat reaksi Danu.

"Rey tumben berdua doang sama Danu? Ragi sama Zara mana?" Tanya Ran.

"Ragi kumpul basket. Kalo Zara emang gak masuk. Sakit katanya tapi gatau sih gak ngurus juga." Balas Rey membuat Ran memukul lengan Rey.

"Apasih?" Tanya Rey seraya mendelik.

"Lagian jawabannya gitu amat! Kalo Zara denger terus nanti dia sakit hati gimana?!" Ucap Ran.

"Ya bodoamat dih. Siapa dia? Temen bukan, ganggu iya. Lagian gue risih ya lama-lama sama dia. Mepet mepet mulu. Dikira lagi boncengan tiga apa?!" Nyinyir Rey, mengeluhkan keberatannya selama ini.

"Tapikan dia satu-satunya cewek yang baik sama gue Rey." Ucap Ran dengan raut sedih.

"Gausah Alay! Ada gue, Danu, sama Ragi. Lagian lo bego banget sih? Udah jelas Zara manfaatin lo doang supaya bisa deket sama gue. Masih aja diladenin." Ucap Rey kesal.

"Dia baik. Gapernah manfaatin gue!" Tegas Ran

"Terserah." Final Rey membuat Ran bungkam, malas memperpanjang, karena Ran tidak akan pernah mendengarkannya.





**

"Ragi! Hai, hello, annyeong!" Pekik Ran genit membuat Rey mendelik mendengarnya. Danu tertawa melihat delikan Rey sedangkan Ragi sendiri tersenyum tipis.

Ragi, teman Rey yang mengikuti eskul Basket. Ran sangat suka menggodanya. Dalam artian menjahilinya.

Sebab Ragi itu irit bicara. Tapi tidak datar, kaku dan dingin. Ia hanya pendiam. Dan Ran suka ketika ia bertemu Ragi. Suka karena saat ia menjahili Ragi, ia melihat Rey kesal. Dan wajah kesal seorang Rey adalah favoritnya.

Sedangkan Danu, tidak perlu dijelaskan lagi. Sudah terlihat dari sikap dan sifatnya yang banyak bicara. Dia gampang akrab dan terlebih humornya receh sekali, membuat orang-orang yang baru kenal dengannya pasti merasa nyaman. Sebab Danu, tidak akan kehabisan bahan untuk membuat obrolan .

"Gausah genit lu anjir!" Ucap Rey kesal seraya menjitak kepala Ran.

"Ih apaansi! Gue gak genit. Nyapa doang. Lagian Ragi juga fine-fine aja. Yakan Ragi ganteng?" Ucap Ran seraya tersenyum lebar dengan tangan yang mengusapi kepalanya yang dijitak Rey.

Ragi menganggukkan kepalanya, Danu masih dengan tawanya sedangkan Rey kembali berdesis kesal.

"Gantengan gue kemana-mana! Apalagi gue Ketua osis." Ucap Rey pongah.

"Bangga gitu?" Tanya Ran mendelik. Sikap songongnya kumat.

"Woiya jelas dong! Belum lagi gue kapten futsal, emang ada yang se-aktif dan seganteng gue?" Ucap Rey semakij menyombongkan dirinya.

"Hilih. Ragi aja yang kapten basket, rangking satu paralel, sabuk hitam taekwondo biasa aja tuh! Gak sombong kayak lo." Cibir Ran.

"Mampus Jaebi skakmat!" Ucap Danu semakin tergelak.

"Berisik lu onta!" Desis Rey kesal.

Ke empatnya sedang berada di parkiran, di samping motor Rey dan Ragi yang memang diparkir bersebelahan.

"Ck. Sini buru ah. Mau pulang enggak?!" Ucap Rey seraya menyodorkan helm pada Ran.

"Pakein" ucap Ran seraya tersenyum kecil membuat Rey berdecak.

"Manja!" Desis Rey.

"Biarin" Balas Ran seraya tertawa kecil

Rey mencibir, tapi tak memungkiri jika dirinya gemas dengan tingkah Ran.

"Berisik danu!" Tegur Ragi membuat Danu yang sedari tadi tertawa perlahan berhenti.

"Yaelah si Ragi ganggu aja." Ucap Danu kesal.

"Eh Fina, mau pulang fin?" Sapa Danu seraya tersenyum manis, menyapa adik kelas yang lewat.

"Ehh i-iya kak. Duluan ya kak" Ucap Fina, salah satu adik kelas yang danu pepet.

"Hati-hati ya fin." Ucap Danu seraya melambaikan tangannya.

Tebar pesona. Memang danu sekali. Tidak heran. Justru jika Danu tidak seperti itulah Rey, Ragi dan Ran akan terheran heran.

"Pulang gak lo?" Tanya Ragi tanpa melihat Danu. Ia sibuk memakaikan helm ke kepalanya

"Kan mau ke rumah si Jaebi! Kok ngajak pulang sih?" Tanya Danu heran.

"Cerewet lu. Buruan si Jaebi udah berangkat!" Ucap Ragi seraya menaiki motor nya.

"Lah?! Kapan berangkatnya!" Pekik Danu seraya melotot melihat tempat disampingnya kosong.

"Naik" titah Ragi.

"Jangan ngebut ya! Awas aja." Peringat Danu.

"Cerewet lu kayak cewek" Desis Ragi seraya memajukan motornya kearah gerbang.

"Bodoamat yang penting ganteng." Balas Danu tidak nyambung membuat Ragi berdecak kesal.

**

Tbc.
Sorry for typo
Lets Vomment guys ☆

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang