V. Hurt

78 12 0
                                    

Suasana di sepanjang jalan sunyi dan gelap. Jelas, ini sudah hampir tengah malam. Orang-orang telah selesai bekerja seharian dan ini waktunya mereka beristirahat. Semua lampu rumah sudah dimatikan sepenglihatan mereka. Kecuali, lampu jalan yang memancarkan sinar remang-remang berwarna orange.

Yewon dan Jungkook jalan beriringan dengan situasi pikiran mereka masing-masing. Tidak ada percakapan disana, hanya keheningan. Jungkook mengerti jika gadis itu masih sibuk memikirkan mendiang sang kakak. Rindu katanya. Dia juga sering menghubungi Jungkook malam-malam hanya ingin bilang bahwa ia merindukan Yoongi.

Jungkook juga tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Pria itu hanya bisa menenangkan Yewon jika menangis dan berakhir mengadu padanya. Sedari dulu, Jungkook ingin sekali mengerti perasaan gadis itu. Baginya, Yewon sudah dianggap kakaknya sendiri. Menjadi pengganti sang kakak. Jungkook tau mereka sama-sama baik. Karena itu, dia selalu berusaha ada untuk Yewon. Entah apa yang membuat Jungkook mudah dekat dengan gadis itu sejak pertama kali mengenalnya.

Merasa makin canggung, Jungkook berusaha membuka percakapan. "Noona akan mengajakku kemana?"

"Inginnya mengajakmu keluar. Jalan-jalan malam. Pikiranku benar-benar kacau karena selalu ingat Yoongi. Tapi, aku harus mengantarmu ke rumah dulu." Ujar Yewon. Sedetik selanjutnya ia menoleh ke arah Jungkook dan tersenyum.

"Apa noona yakin? Bagaimana jika ibu mengusir lagi? Aku tidak mau noona selalu diperlakukan seperti itu dengan ibu. Lebih baik jangan ke rumah lagi ya?"

Yewon menggeleng pelan, "Aku hanya ingin memberi ini padamu dan ibu. Apa ibu juga akan mengusir ku?"

"Bawa apa?" Jungkook melirik beberapa plastik yang di bawa Yewon.

Gadis itu tersenyum penuh atensi, "Makanan kesukaanmu dan ibu."

Kemudian, plastiknya diberikan Jungkook. Dan melihat reaksinya membuat Yewon terkekeh gemas.

"Wow, ini kan makanan mahal? Sulit sekali ditemukan di Korea. Apa noona yakin memberikannya untukku dan ibu?"

Yewon mengangguk antusias seraya tersenyum dan mengelus pucuk kepala pria itu. "Tentu saja ini untuk kalian. Aku tau kau juga sangat menyukainya 'kan?"

"Suka sekali! Terimakasih ya, noona" Ujar Jungkook penuh gembira. Memperlihatkan dua gigi kelincinya yang menggemaskan.

".. Noona baik sekali, sih? Kalau saja noona sepantaran denganku, sudah ku pacari noona lebih dulu dari Yoongi hyung." Jungkook kembali menambahkan.

Yewon menyeringai menanggapi, "Dasar bocah! Belajar dulu sana yang benar, baru kau boleh bicara begitu padaku."

"Tapi aku serius. Kalau saja aku yang menjadi Yoongi hyung, aku juga akan jatuh cinta pada noona."

Yewon hanya menanggapinya dengan kekehan. Kembali mengusak rambut pria itu yang semakin tersenyum kegirangan, "Makan dulu yang banyak agar cepat besar! Setelah itu kau boleh memikirkannya."

"Siapa pria yang tidak luluh dengan gadis yang baik dan menyenangkan seperti noona? Semua laki-laki berharap memiliki kekasih seperti itu. Apa aku salah?" Ujar Jungkook seraya membuka cemilan yang tadi Yewon belikan untuknya.

Yewon menghela nafasnya pelan, "Ya sudah. Terserah padamu, Kook. Jadi, sekarang mau menemaniku jalan-jalan 'kan?"

"Tentu saja!"

Kemudian mereka sama-sama terkekeh. Yewon yang pikirannya tadi kacau, entah mengapa setelah bertemu Jungkook semuanya benar-benar hilang. Ada hiburan tersendiri baginya saat sudah melihat tingkah pria itu. Menurut Yewon, sikap Jungkook sangatlah mirip seperti kakaknya. Hanya saja, Jungkook agak lebih mudah baginya mengumbar perasaannya secara terang-terangan dan juga mengucap kata-kata manis yang membuat Yewon justru terkekeh.

How to be Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang