XI. Life is like a wheel. Happiness is simple to get us

78 8 1
                                    

".. Kau tau, biaya pernikahan itu tidak semurah membeli permen gagang warna warni yang suka dijual di toko permen. Pikiranmu cetek sekali, sih. Makanya aku hanya bisa menertawakan kebodohanmu. Kau itu gadis yang menyedihkan sekali, tahu."

Yewon termangu dibuatnya. Merasa kecewa, Bingung dan sedih semua bercampur menjadi satu. Pikirannya kacau, meskipun Yewon juga tau ini adalah cara yang salah. Ia tak memikirkan bagaimana perasaan kekasihnya disana. Egois, entah sudah berapa kali dia menyakiti Kim Namjoon yang selama ini selalu mengalah dan mencoba bertahan menghadapi sikapnya.

"Lalu, bagaimana dengan calon suamimu?" Tanya pria itu lagi. Yewon menghentikan langkahnya, menemukan sebuah kursi di pinggir jalan. Memutuskan untuk mengajak Han Suga beristirahat, "Mungkin dia kecewa. Tapi pasti dia juga mengerti perasaanku."

Pria itu berdecih. Melonggarkan dasinya yang ketat, "Seberapa lama kalian menjalin hubungan?"

"Lima tahun"

"Dan selama lima tahun itu dia terus mengalah demi mengerti keadaanmu?"

Yewon yang tadi enggan menoleh, kini menatap heran ke arahnya. "Apa maksudmu?"

"Astaga, ku pikir calon suamimu terlalu membucin dirimu. Sebodoh itu dia selalu sabar menghadapi sikapmu yang masih mengingat pria masa lalu itu?"

Tidak ada jawaban dari mulutnya. Yewon hanya melamun, menatap kosong ke depan. Sesekali ia menghela nafas kasar mendengar celoteh dari pria putih pucat itu. Sungguh, semakin Suga terus melontarkan pertanyaannya, semakin gadis itu merasa menyesali dirinya sendiri.

"Cukup! Kenapa sekarang kau yang jadi cerewet menasehatiku?" Ujarnya. Mata Yewon kini memicing tajam ke arah si pria.

"Aku hanya kasihan dengan calon suamimu. Dia bahkan mencintai gadis yang setengah hati mencintainya. Sungguh, pengorbanan yang sia-sia jika seandainya dia tau gadisnya terus akan tenggelam di masa lalu." Ucap Suga. Setelahnya Kim Yewon benar-benar bungkam.

Yewon meraih kedua tangan pria itu. Merengek dengan air muka yang menyebalkan bagi Suga, "Jadi apa yang harus ku lakukan?"

"Malah bertanya sekarang! Ya lanjutkan pernikahanmu, bodoh. Cepat, sebelum calon suamimu berubah pikiran dan parahnya lagi lebih memilih berhenti mencintaimu."

Gadis itu menggeleng, "Tapi kenapa perasaanku berkata lain? Inginnya aku melanjutkan pernikahan dan belajar untuk mulai mencintainya kembali. Tapi, bayangan Min Yoongi selalu saja datang menghantui pikiranku."

"Sekarang kau bayangkan Min Yoongi-mu itu seperti aku. Lelaki yang cerewet dan menyebalkan, bahkan menyuruhmu menikah dengan calon suamimu. Bagaimana?" Tanya pria itu ragu-ragu. Detik selanjutnya Yewon terdiam menatap lekat si pria.

Yewon menggeleng cepat, "Tidak bisa. Kau sangat berbeda dengan Min Yoongi-ku. Dia orang yang tenang dan tidak banyak omong sepertimu. Aku tidak bisa menyamakan dirimu dengan Min Yoongi-ku. Ah, pokoknya kalian sangat jauh berbeda."

"Ayolah, Kim. Ini demi kebaikanmu juga kan? Ku pikir sebentar lagi calon suamimu akan datang menyusul kesini."

Ah, Yewon baru ingat. Kekasihnya itu akan tau betul jika dirinya akan berakhir mengunjungi tempat ini. Lantas, gadis itu justru menggelengkan kepalanya pelan dengan bibirnya yang dimanyunkan, "Tidak mau pulang. Maunya ikut saja denganmu."

"Apa maksudnya? Astaga, aku juga masih punya urusan, Kim. Tidak mungkin aku bisa berlama-lama disini." Ujar pria itu.

Yewon memperhatikan tubuh si pria yang terbalut kemeja hitam, tuxedo putih serta masih menggenggam seikat bunganya itu. Tak lama, dahinya berkerut. "Lalu, kau untuk apa datang kesini? Pakaian mu.."

How to be Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang