XIV. Bad Day

47 2 0
                                    

"Kau kenal dia sebelumnya?"

Wanita yang masih bingung menatap pria di depan keyboard itu hanya tersenyum hambar. "Y-ya, sepertinya begitu."

"Bagus, itu artinya kau bisa lebih nyaman bekerja dan semakin betah di sini." Ujar direktur itu, kemudian menggantungkan kalimatnya.

"Dan kau, Han Suga?"

Dia menghentikan pekerjaannya sementara, "Tolong arahan dan bantuannya pada karyawan baru ini. Dia baru saja melamar dan aku langsung menyuruhnya bekerja hari ini juga. Kalau ingin kenal lebih dekat, silahkan kalian perkenalan sendiri."

"Selamat bekerja, saya permisi." Ujar sang direktur pada akhirnya dan langsung meninggalkan ruangan itu.

Setelahnya, situasi hanya hening. Yewon masih terdiam dan berdiri di sebelah pria itu yang justru sibuk dengan pekerjaannya.

Yewon memberanikan diri untuk bersuara, "kau bekerja di sini juga?"

"Lalu, kau pikir aku di sini hanya menumpang buang air?" jawabnya angkuh.

Sumpah, detik itu juga Yewon langsung terdiam.

Kemudian, ia melirik ke arah wanita itu. Menatapnya tajam. "Terus ngapain lihat aku bekerja? Kerja sana!"

"T-tapi, ini pertama kalinya aku bekerja di bidang ini. Bisa tolong jelaskan, tugas seorang produser itu seperti apa? Sungguh, aku butuh sekali arahan dan bantuanmu." Ujar Yewon.

Suga terlihat memijat keningnya dan menghela napas dengan kasar. "Kau itu sebenarnya niat mencari kerja atau tidak, sih? Kenapa melamar bagian ini kalau tidak tahu apa-apa? Menyusahkan saja."

"Karena aku penasaran, sekaligus aku bosan di rumah dan ingin mencari kesibukan di luar."

"Suamimu tahu jika kau bekerja?"

Wanita itu mengangguk, "dia tahu aku bekerja bagian ini. Tapi, tidak tahu aku bekerja di sini."

"Aku yakin dia akan langsung menyuruhmu berhenti bekerja jika tahu siapa rekan kerjamu." Ujarnya gamblang, membuat Yewon kehabisan kata-kata.

"Kenapa?"

"Karena pekerjaan seorang produser itu tidak mudah. Dua puluh empat jam begadang dan terkadang harus menyelesaikan lagu hingga menginap di sini. Aku belum beristri, tentu saja tidak masalah. Dan kau sudah bersuami, apa tidak bermasalah juga? Kupikir, tidak."

Yewon tersenyum tenang, "suamiku akan mengerti itu. Dan aku juga sudah berjanji padanya jika sudah mengandung bayi, aku akan berhenti bekerja."

"Terserah!"

Dia menyunggingkan senyumnya. Merasa menang kali ini, tentu saja dia bangga. "Jadi, Han Suga ... pekerjaan seperti apa yang harus kulakukan?"

"Oke. Karena ini baru langkah awal, aku akan memberikan pembelajaran mengenai genre dan jenis-jenis musik terlebih dahulu. Di sini, aku sudah banyak membuat genre dan jenis lagu. Kau harus mendengar dan menghafal namanya satu-satu." Jelas pria itu.

"Jika ingin mengecek atau membuka file lagu yang sudah kuselesaikan, kau bisa membuka file ini. Jangan lupa untuk dihafalkan satu-satu ya, semuanya. Ingat itu. Aku beri waktu seharian ini untuk menghafal semuanya, agar besok kau sudah bisa melanjutkan step berikutnya dalam pengerjaan lagu. Sudah jelas?"

Satu hari? Gila, yang benar saja! Well, umur Yewon sudah dua puluh lima tahun dan semakin tua. Jadi, besar kemungkinan memori hafalannya juga ikut menurun. Pantas saja tidak ada yang betah bekerja dengannya.

Setega ini dia memberikan pekerjaan langsung. Lihat saja mukanya, tidak ada rasa bersalah sama sekali. Datar saja, sampai rasanya Yewon ingin sekali mencakar mukanya jika dia berbicara seenaknya begitu, seperti tidak ada beban untuk menyusahkan orang lain.

Sumpah, benar-benar menyebalkan Han Suga itu.

Yewon hanya bisa mengangguk. Wajahnya terlihat serius saat mendengarkan Han Suga tengah menjelaskan pekerjaan padanya.

"Kalau begitu, aku ingin melanjutkan pekerjaan. Aku tinggal dulu, selamat bekerja."

Sudah, begitu saja? Tidak ada pendampingan atau bimbingan lainnya gitu?

Kaku sekali hidupnya. Memang benar saja yang dikatakan Jimin jika dia pantasnya hanya bekerja sendirian. Sibuk sendiri, kalau sudah lelah, ya merasakan lelahnya sendiri pula. Dia sama sekali tidak cocok bekerja dengan orang lain. Sudah gitu kalau bicara mulutnya pedas, merespon kelewat singkat, tidak ada rasa bekas kasihan sama sekali.

Mana ada orang yang betah bersamanya jika seperti itu, coba? Yewon jadi dibuat bingung sendiri.

Ini sih, cueknya melebihi Min Yoongi-nya.

Oh, astaga. Tanpa disadari, tiba-tiba saja ia mengingat masa lalunya lagi. Benar-benar tidak tepat. Yewon segera menggelengkan kepalanya dan berusaha mulai mencari kesibukan.

"Oke Yewon, sekarang waktunya untuk bekerja. Bukan mengingat Yoongi lagi." Ujarnya dan berakhir menarik kursi yang membelakangi Suga.

Mulai duduk di kursi kerjanya, dan menyalakan komputer untuk memulai pekerjaan yang dijelaskan oleh rekan kerjanya itu.

"Ah, sungguh hari pertama bekerja yang sial!" batin Yewon. Rasanya, ingin sekali ia berteriak seperti itu.
.

.

.

.

.

.

.

"Aku tidak mengerti, mengapa kau tetap bersikeras memilih untuk bekerja di bidang ini. Padahal, suamimu melarang. Dasar istri keras kepala!" pria itu berujar, namun pandangannya sama sekali tidak menoleh gadis itu.

Yewon menoleh. "Ah, benar. Kalau aku tidak bekerja di sini, mungkin aku tidak akan bertemu denganmu, ya? Berarti, ini takdir yang bagus, kan?" wanita itu tersenyum.

Sedangkan, Suga menyunggingkan senyum. "Tapi, menurutku biasa saja. Well, ada baiknya juga sih, kau melamar kerja di sini dan bisa bantu-bantu aku."

"Segitu senangnya ada yang bantu?"

"Tidak juga."

Yewon memilih untuk memutar kursinya menghadap pria itu. "Tapi, Jimin bilang tidak ada karyawan yang betah saat di tempatkan di sini. Pasti karenamu."

"Aku? Kenapa jadi aku yang salah? Aku bekerja dengan baik dan tenang-tenang saja. Aku profesional, mereka saja yang susah diajari. Otaknya lamban berpikir, jadi buat apa punya rekan kerja yang tidak bisa diandalkan? Menyusahkan saja!"

"Tapi, kau seharusnya lebih sabar, Han Suga. Mereka mungkin takut karena mulutmu pedas dan sombong. Wajar sih, kalau tidak ada yang betah," sahut wanita itu.

Pria itu mengangguk. "Jadi, bagaimana caranya supaya aku bisa berubah? Bantu kasih solusinya juga, dong!"

"Kenapa tiba-tiba begitu?" Yewon mengerutkan dahinya.

"Ya supaya kau betah di sini."

♡♡♡

Kemudian, situasinya hening sebentar, sebelum akhirnya wanita itu tersenyum. "Kenapa bersikeras sekali buat aku betah bekerja denganmu?"

"Y-ya karena.." ujarnya gugup. "Ya karena cuma kau yang paling mudah diajari. Sebelumnya, mereka tidak ada yang sepintar dirimu."

"Jangan kepedean dulu."

Dengan segera, Suga mengalihkan wajahnya ke sembarang arah. Pura-pura sibuk memainkan keyboard lagi.

Yewon bingung dengan apa yang pria itu tengah lakukan.

"Komputernya belum menyala. Apa yang kau kerjakan?"

Aduh, sial! Pasti Suga malu sekali.

.

[ ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How to be Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang