「 𝚜 𝚎 𝚕 𝚌 𝚘 𝚞 𝚝 𝚑 」
Sorakan tim ultras terdengar bersautan di gelanggang olahraga. Pertandingan basket antar kelas terasa seperti kejuaraan nasional--sangat berantakan. Penonton berteriak memberi semangat, atau bahkan memprovokasi hingga menambahkan hawa panas di selisih tanding. Pemain bass dan drum memukul dengan keras seakan ingin memberi bolongan ditengah alat musik itu.
Sedangkan yang sedang disoraki tidak teralih sama sekali. Permainan terus berlanjut dengan tim yang bergantian mencetak poin, meski salah satu dari tim tertinggal banyak. Dan seakan ada yang menaikkan volume, teriakan makin nyaring ketika lagi lagi tim senior lah yang mencetak point. Hingga peluit ditiup, menandakan bahwa babak ketiga baru saja selesai dan masing-masing tim mendapat jeda untuk beristirahat.
Sport weeks sudah berlangsung sejak 3 hari yang lalu, dan hari ini waktunya pertandingan basket. Haneul International School memang menjadikan pekan olahraga salah satu dari kegiatan rutin 3 bulan sekali-dimana setiap kelas mengirimkan 1 tim untuk masing-masing bidang olahraga dan ditandingkan dengan kelas lain. Dan setelah menjatuhkan satu sama lain, kini 2 tim terakhir yang berhasil bertahan tengah merebutkan posisi pertama untuk juara di pekan olahraga sekolah mereka ini.
Tim satu, dari kelas XII-C atau senior dari sekolah ini-yang salah satu anggotanya adalah pemain terbaik sekolah. Dan tim kedua, dari kelas X-A yang merupakan tim terbaik junior dari sekolah. Jelas pertandingan sengit, karena kedua tim sama-sama memiliki pemain andalan.
Peluit terdengar lagi. Seluruh anggota yang semula bertepi kembali ketengah lapangan, siap untuk babak terakhir.
Yang lebih muda menghela nafas detik pertama berjalan ke arena. Melirik kearah papan poin yang terlihat menyedihkan. Selisih yang memprihatinkan. Mereka memang menjadi teratas, namun itu hanya berlaku jika disandingkan dengan angkatannya. Jika dibandingkan dengan lawan mereka saat ini, jelas mereka kalah telak.
Suara yang sempat mereda kembali berkobar ketika peluit tanda permainan dimulai sudah terdengar. Pantulan basket serta decit sepatu ikut meramaikan suasana. Hingga detik terakhir, ditutup dengan three point yang langsung dicetak oleh tim senior, dengan resmi pemenang telah ditentukan.
Kali ini gelanggang olahraga seakan benar-benar akan pecah. Sorak kemenangan terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Benar-benar ramai, seakan para pemain baru saja mendapat hadiah miliaran dolar. Dan tim yang baru saja menang langsung saja selebrasi, bertingkah seperti pemain NBA Internasional.
Sedangkan sang bintang yang mencetak point terakhir-serta mencetak sebagian besar point lainnya kini memilih untuk kembali ke pinggiran. Duduk dibangku panjang adalah hal pertama yang ia lakukan. Kakinya ia luruskan, sedangkan tangannya sibuk meneguk air dari botol yang sudah disiapkan bagi para anggota. Matanya hanya memerhatikan melihat teman sekelasnya yang tengah berpelukan ditengah sana, membentuk lingkaran sambil berputar menyorak lagu yang sering ia dengan di pertandingan-pertandingan olahraga. Dan ia hanya tersenyum ketika salah satu dari mereka menyuruhnya mendekat, sebagai tolakan dengan halus.
"Kau bermain serius sekali, Jim."
Park Jimin, yang merasa terpanggil menoleh. Netranya langsung menangkap sosok Yoongi--salah satu partner basketnya sedang berjalan kearahnya. Tak lama kemudian ia ikut duduk disebelahnya dan menepuk bahu Jimin.
Yoongi menatap Jimin geli, "Bermain santai lah sekali-kali, ini baru antar kelas."
Jimin memutar bola matanya. Yoongi ini sudah menemaninya bermain basket sejak kelas 10, mengapa tidak mengerti bahwa ia tidak bisa santai jika menyangkut olahraga kesukaannya?
"Jimin-Sunbae! Kau keren hari ini!"
Lagi-lagi Jimin dibuat menoleh. Ia tersenyum menatap Bambam, salah satu adik kelasnya yang tadi menjadi lawan tanding kelas mereka. Bambam juga salah satu anggota basket, dan itu membuat mereka berdua cukup dekat karena sering berlatih bersama.
Jimin mendengus, "Sudah kubilang berhenti panggil aku sunbae! Aku tidak akan memakanmu, Bam!"
Bambam hanya menyengir sambil mengusap wajahnya yang penuh keringat, "Omong-omong, pulang nanti ada basket?"
"Huh? Mungkin ada," balas Jimin. "Tapi tidak perlu datang jika kalian lelah. Mungkin hanya beberapa temanku yang akan ikut,"
Bambam mengangguk, "Baiklah kalau begitu. Saya duluan ya." ucapnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari lapangan. Sedangkan Jimin langsung mengalihkan pandangannya lagi kedepan.
Suasana makin ramai karena para penonton sudah diperbolehkan turun ke lapangan, pastinya akan sesak sebentar lagi. Dan Jimin yang lelah dengan hawa sesak bukanlah kombinasi yang bagus. Jadi lelaki itu memilih untuk berdiri dari kursinya, lalu berjalan menuju kelasnya. Meninggalkan Yoongi sedang melamun, tidak sadar jika ia ditinggal.
「 𝚜 𝚎 𝚕 𝚌 𝚘 𝚞 𝚝 𝚑 」
Sedangkan di sekolah lain, seorang laki-laki tengah sibuk dengan bola yang ada ditangannya. Dribble dari ujung ke ujung, beberapa kali juga melewati ring dan mencoba bermacam-macam teknik shoot yang ia ketahui. Kakinya terus bergerak, begitu pula tangannya. Lincah seakan tidak kenal lelah, meski keringat sudah membanjiri tubuhnya hingga seragam yang ia kenakan cukup basah.
Hari sudah semakin sore. Matahari semakin berpepet dengan barat, siap tenggelam dalam beberapa jam kedepan. Semburat jingga menjadi pemanis untuk menutup hari, dan angin sepoi-sepoi terasa menyejukkan di lapangan open door ini.
Sunyinya senja harus terpecah dengan suara bola, juga sepatu yang bersautan. Lelaki itu benar-benar tidak berminat berhenti, mengabaikan fakta bahwa hanya dialah satu-satunya yang masih bertahan disekolah. Toh sekolah tutup ketika malam, kenapa ia harus terburu? Pikirnya.
Sesaat ia berhenti ketika merasakan nafasnya menipis karena terlalu banyak bergerak. Ia memegang bola basketnya dengan sebelah tangan, sementara tangan satunya mengelap keringat diwajah. Tiba-tiba lamunanya memunculkan pikiran sang guru beberapa hari lalu ketika ia ditunjuk oleh Choi ssaem untuk mewakili sekolahnya turnamen basket setelah tidak sengaja melihat ia bermain di lapangan.
Maksudnya, astaga. Ia bahkan baru menghabiskan 3 minggu disini. Apa-apaan dengan ditunjuknya itu.
"Salah satu anggota basket keluar kemarin. Dan saya lihat lihat kau punya bakat untuk itu."
Kalau mengingatnya, Jungkook jadi ingin menghela nafas sepanjang-panjangnya saja. Ia bahkan belum menghapal semua anggota basket disekolahnya, namun sudah ditunjuk untuk menjadi perwakilan? Yang benar saja.
Pikiran itu malah membuat Jungkook frustasi. Seketika mood bermain basketnya hilang begitu saja. Dengan malas ia membawa bola basket tersebut dan menaruhnya digudang. Setelahnya ia mengambil tas yang semula tergeletak ditanah, dan mulai berjalan keluar dari area sekolah.
「 𝚜 𝚎 𝚕 𝚌 𝚘 𝚞 𝚝 𝚑 」
writter notes; gue harap kalian enjoy sih:( masih kepikiran banget nasib akun sebelah:(
| to be continued |
KAMU SEDANG MEMBACA
selcouth • kookmin
Fanfiction:: Pikiran Jungkook tiba-tiba kosong, ketika melihat siapa kapten dari tim lawan yang akan ia tangguhkan hari itu. written in bahasa. © m00nshelf , 2020 . || warning; bxb story. please be smart at choosing books.