Aku merasakan gerakan pelan di bawah tubuhku, saat selimut tipis yang membungkus tubuh Philip terkuak. Aku yang tertidur dalam posisi duduk dengan lengan berlipat yang menopang kepala di tepi pembaringannya, sontak mengangkat wajah, lalu mengucek mata dalam gerakan cepat, sebelum sepenuhnya menyadari keadaan di sekitarku.
Sepasang netra biru Philip memerangkapku dalam tatapan yang tak dapat aku artikan. Rupanya pemuda itu telah bangun tidur lebih dulu. Rambut pirang gelapnya yang acak-acakan dan kantung mata gelap di bawah mata sama sekali tak mengurangi ketampanan parasnya.
"Bagaimana kabarmu? Kau terlihat lebih baik dari tadi malam? Apa yang sebenarnya terjadi semalam?" Dengan suara serak aku memberondong pertanyaan padanya. Aku tahu jika sangat kecil kemungkinan seorang Philip akan menjawab pertanyaanku. Namun, wajah terpuruknya tadi malam membuatku penasaran setengah mati dan aku sama sekali tak dapat menahannya.
Philip masih bergeming dengan wajah polosnya untuk beberapa saat. Ia menatapku cukup lama seolah sedang mengingat-ingat seuatu. Kepolosan pada wajah tampannya membuat tanganku refleks terulur untuk menyentuhnya. Saat jemariku hanya berjarak tak lebih dari seruas jari, Philip mendadak bergerak menghindar. Wajah malaikatnya sontak berubah, menampilkan ekspresi dingin dan galak yang sangat kukenali.
"Aku baik-baik saja," sahutnya ketus. Ia menyibakkan selimut yang membalut tubuhnya setinggi dada dengan kasar ke arahku.
Aku mendengkus saat tumpukan selimut menutupi lengan dan sebagian wajahku. Dia seolah sengaja melakukan hal itu. Kemudian, dengan gerakan cepat yang tak terduga, ia bangkit dari sofa yang menjadi pembaringan kami semalaman dan melewatiku. Susah payah, aku bangkit dari posisiku dan mengekorinya serupa sikap anak kucing yang membuntuti tuannya.
"Kau mau ke mana?" tanyaku di sela-sela upaya untuk menyejajarkan langkah dengannya. Meskipun demikian, aku tetap tak bisa menyusul langkah panjang dan cepat milik Philip. Aku tertinggal di belakangnya.
Di depan sebuah pintu ruangan kecil di seberang ruang kerjanya, Philip tiba-tiba menghentikan langkah. Aku yang terlambat memelankan jalanku sontak menghantam punggung lurusnya. Aku refleks mengerang lirih sembari terhuyung saat kurasakan keningku yang menghantam punggungnya.
Philip membalik tubuhnya menghadap ke arahku, tepat saat aku menggosok kening dengan salah satu telapak tangan. Pelototannya seolah menambah nyeri yang berdenyut samar pada keningku.
"Kau ingin mandi bersamaku?" hardiknya dengan suara meninggi. Salah satu alisnya terangkat. Wajah galaknya membuatku gemetar seketika.
Aku menggeleng cepat, walaupun sebenarnya ide itu cukup menggodaku. Entah mengapa, aku merasakan pipiku memanas perlahan.
Philip nyaris saja memutar langkah dan memasuki ruangan untuk membersihkan diri, sebelum gerakannya mendadak terhenti. Sementara, aku tak bergerak seinci pun dari tempat itu. Ia menoleh padaku dengan rahang mengeras dan ekspresi dingin yang tak berubah. "Jangan muncul lagi di hadapanku!" ucapnya sebelum berbalik dan membanting pintu di depan wajahku.
🌹
Aku nyaris menuruti kata-kata Philip, andai saja perutku tak bergemuruh dan rasa lapar mulai menggerogotiku. Alih-alih menaiki tangga dan kembali ke kamar, aku malah melangkahkan kaki menuju tempatku menemukan makanan pada hari sebelumnya.
Namun, aku kecewa saat menemukan tak ada apa pun di atas meja yang terletak di tengah-tengah ruangan itu selain peralatan makan kotor bekas makanku tadi malam. Aku menoleh panik ke sekeliling ruangan saat gemuruh di perutku berbunyi kian keras. Tak ada apa pun, selain barang-barang aneh yang tak begitu kukenali.
Pandanganku akhirnya terhenti pada sebuah benda berbentuk kotak setinggi tubuhku dengan pintu yang mirip dengan pintu-pintu lain di seluruh penjuru rumah ini. Warnanya abu-abu terang dengan motif siluet sekuntum bunga berwarna lebih gelap terukir pada permukaan pintu. Aku menggenggam gagangnya ragu untuk beberapa saat, sebelum menariknya hingga terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Awakened Beauty (COMPLETE)
RomanceRomance - Fairytale Bagaimana jika Briar Rose, Putri Tidur yang berasal dari dongeng "Sleeping Beauty" itu nyata? Setelah ratusan tahun lamanya tertidur, Briar Rose akhirnya terbangun dalam sebuah kastil di tepi hutan pada abad ke-21. Tidak ada p...