Setelah kedatangan Daisy, hubunganku dengan Philip kembali menjadi dingin seperti sebelumnya. Pemuda itu kembali mengunci diri di ruang kerjanya dan tidak keluar hingga makan malam menjelang. Seketika itu juga, aku merindukan kebersamaan kami dan sedikit percakapan singkat dengannya di dapur sebelum kedatangan Daisy. Namun, agaknya momen indah itu tak akan pernah terulang lagi.
Keesokan harinya, saat aku turun dari bilikku, aku mendapati ruangan kerja Philip tidak terkunci. Ruangan itu kosong dan setelah mencari ke sekeliling rumah, aku tak dapat menemukannya di mana pun. Hal terakhir yang aku lakukan adalah mengintip pada kaca yang menembus ruangan kendaraannya terparkir dan tidak mendapati mobil Philip di sana. Detik itu juga aku tahu jika dia tidak ada di rumah.
Hatiku terasa menciut seolah diremas. Aku berharap ke mana pun Philip pergi, kepergiannya bukan untuk menemui Daisy Moreao. Memikirkan kemungkinan seperti itu saja membuat dadaku terasa sesak. Aku berharap Daisy benar-benar pergi dari kehidupan Philip.
Saat aku berusaha menyibukkan diri dengan membersihkan berbagai perabot unik dan antik di rumah itu, suara ketukan terdengar dari pintu depan. Aku tak serta merta menghampiri pintu dan membukanya, tetapi berdiam diri sesaat sembari menerka siapa gerangan yang mendatangi rumah Philip sepagi ini. Aku sama sekali tak berharap jika itu Daisy, meski kemungkinan itu bisa saja terjadi. Bayangan kemurkaan Daisy berkelindan di dalam benakku membuat keraguan menghalangi langkah kakiku menuju pintu.
Namun, saat ketukan itu terdengar lagi dan kali ini jauh lebih menuntut, aku bergegas menuju ruang tamu setelah menyimpan peralatan yang kugunakan untuk membersihkan perabot. Dari balik tirai transparan, aku dapat melihat siluet seseorang bertubuh jangkung membelakangi pintu dan orang itu tidak terlihat seperti Daisy. Aku mengembuskan napas lega karena memastikan bukan Daisy Moreao yang berdiri di sana, melainkan seorang laki-laki.
Dengan cepat kuputar anak kunci, kemudian menarik gagang pintu. Bersamaan dengan daun pintu yang terbuka, sosok itu berbalik ke arahku dan tersenyum lebar. Beaufort Blanc berdiri di sana lengkap dengan kacamata hitamnya dan tersenyum penuh percaya diri padaku.
"Hai, Rose, apa aku mengganggumu?"
Aku membuka mulut, bingung sekaligus tak menyangka dengan kedatangan pemuda itu. Saat kesadaran menamparku, aku melihat ke sekeliling Beaufort, khawatir jika ia membawa serta Daisy bersamanya.
"Kau sendirian?" tanyaku masih dengan kewaspadaan tingkat tinggi.
Beaufort mengedikkan bahu. "Tentu saja. Ah, ya, kau pikir aku datang bersama gadis yang waktu itu, ya?"
Aku menggeleng, tetapi dalam sekejap merasakan kelegaan. "Tidak juga," sahutku. Jujur aku memang tidak peduli dengan gadis pemarah yang ada di rumahnya tempo hari. "Kau ingin bertemu Philip?" tanyaku lagi.
Alis Beaufort mengernyit. "Aku kemari untuk bertemu denganmu, Rose."
Aku mengangguk pelan, sepertinya hubungan Beaufort dan Philip memang tidak sedekat yang kukira. Perkataan Daisy kemarin rupanya bukan omong kosong belaka. "Ada apa? Apa kau menemukan Merryweather?" tanyaku tanpa basa basi dan aku sama sekali tak menyilakan pemuda itu masuk.
Beaufort terkekeh geli. Tawanya membuatku sedikit terganggu. Padahal, menurutku tidak ada yang lucu dari tingkahku atau apapun yang aku kenakan. Setidaknya kupikir begitu. "Oh ayolah, Rose, hidupmu datar sekali. Aku ingin mengajakmu bersenang-senang, jalan-jalan dan makan-makan di luar. Barangkali aku juga bisa mengenalkanmu pada teman-temanku... " Beaufort menggantung kalimatnya sebelum melanjutkan. Dia mendekatkan wajahnya padaku. "Itu pun jika kau tertarik," lanjutnya.
Aku dapat merasakan sesuatu dalam dadaku membuncah. Gagasan mengenai jalan-jalan dan bertemu orang baru membuat minatku tersulut. Setelah semua kekalutan dan keterkurungan bersama Philip yang membuatku patah hati berkali-kali, ide mengenai sesuatu yang baru dan jalan-jalan adalah sumber pelarian yang tidak buruk. Aku memerlukannya. Aku ingin keluar dari situasi ini, meski hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Awakened Beauty (COMPLETE)
RomanceRomance - Fairytale Bagaimana jika Briar Rose, Putri Tidur yang berasal dari dongeng "Sleeping Beauty" itu nyata? Setelah ratusan tahun lamanya tertidur, Briar Rose akhirnya terbangun dalam sebuah kastil di tepi hutan pada abad ke-21. Tidak ada p...