Chapter 8 - Tidak Adil! ☕

3.7K 708 122
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Yang namanya penyesalan memang selalu datang di akhir. Kalau di awal namanya pendaftaran.

•Semanis Cokelat•

By JaisiQ

🍫🍫🍫

Luna membuka pintu ruang rawat Reza dengan keadaan lelah sepulang bekerja. Sudah saatnya ia menemui anak itu setelah berhari-hari mendiami. Luna melihat sang adik sedang tidur pulas.

Ditariknya kursi yang ada di sebelah tempat tidur. Luna menatap wajah Reza yang sedang tenang menikmati alam mimpi. Malam ini Luna akan menginap di sini. Tadi Tari sudah mengabari bahwa besok Reza sudah diperbolehkan untuk pulang. Luna berharap setelah ini Reza mau berubah dan berhenti membuat onar. 

Reza adalah amanah terbesarnya. Walaupun dia sering membuat masalah dan membuat dirinya kesal, tetap saja dia adalah adik yang harus Luna jaga. Seburuk apa pun perangainya, dia tetaplah seseorang yang harus Luna sayangi. Meski sering memarahinya,

Luna meletakkan kepala ke permukaan ranjang sebelah Reza. Mengingat kembali apa yang terjadi di restoran tadi. Rasanya campur aduk seperti rujak bebek. Semua rasa ada. Asam, manis, pedas, pahit. Bedanya rujak enak. Ini tidak.

🍫🍫🍫

"Kalian hari ini jangan pulang dulu. Okay?"

"Ada apa, Chef? Mau traktir kita?" tanya Troy penuh semangat, nyaris berjoget ria.

"Bukan, bukan! Traktiran terus! Gini nih, prinsip orang miskin. Mintanya traktiran."

Troy menelan ludah. "Ya elah, Cheef ..."

"Sori, aku hanya bercanda. Tapi kan lebih baik tangan di atas daripada di bawah."

"Lha, kalau bukan taraktiran terus apa, Chef?" tanya Sandi.

"Aku mau kalian membantuku untuk membuat kue ulang tahun."

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Sandi lagi sambil mengernyit.

"Oooh aku tau!" Itu suara Aldo.

"Siapa?" tanya Brian padanya.

"Kabogoh, nya?!"

"Kabogoh?" tanya balik Brian kepada si anak Sunda itu. Apaan tuh.

"Itu, Chef ... apa, ya? Girlfriend ... pacar!" jelas Sandi. "Ke cafe beli tai tea, mau rayain ulang tahun pacarnya, niiii ..."

"Lain kali kalau dengan aku, jangan bicara bahasa daerah. Indonesia! Indonesia! Cintai produk dalam negeri!" ucap Brian kesal kepada Aldo.

"Lah, Chef, bahasa Sunda juga masih dalam negeri, kok," protes Aldo. "Kan bahasa daerah. Chef pasti kurang minum susu."

Brian tertegun. Benar juga. Walau ketahuan keliru, ia tetap memasang wajah so cool-nya. "Ya ... ya, maaf maksudku ... ah! Sudahlah! Nggak penting. Yang penting sekarang kalian nanti bantu aku menyiapkan semuanya. Ingat! Tamu kita malam ini sangat-sangat spesial!"

"Sespesial apa, sih?" tanya Luna dengan nada tinggi, bertopang dagu di atas meja dapur.

"Sespesial cintaku padanya," jawab Brian.

Luna mengangkat sebelah bibir seraya berdecih. "Anda bucin sekali, Chef. Malu sama badan!"

"Kenapa? Kamu cemburu? Memangnya bucin hanya untuk mereka yang berbadan kecil? Aku hanya ingin membahagiakan pasangan. Betapa kerennya aku memperlakukan dia. Hanya perempuan bodoh yang menyia-nyiakan lelaki seperti aku."

Semanis Cokelat √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang