The Brown Hair Man

1.3K 15 0
                                    



Vira duduk di kursi coffee shop di dekat pintu masuk bandara sembari menunggu Louis mengambil uang tunai di atm. Sambil menikmati Hazelnut Capuccino kesukaannnya, Vira mengecek handphonenya dan membalas beberapa pesan yang masuk. Vira bermaksud memasangkan earphone di telinganya, ketika seorang laki-laki berbadan besar tiba-tiba mendekatinya dengan tatapan sinis, dan terkesan kasar. Tanpa ijin Vira, dia menarik kursi disamping Vira dan duduk satu meja dengannya.

"Halo" sapanya dengan nada kurang bersahabat.

"Excuse me? Why are you sitting here? This is my table?!" tanya Vira dengan nada kesal.

"I won't sit here for hours, but If I were you, I will stay away from Louis, the guy you are dating now. Because I believe, you know him very little. Am I right?"

Vira terdiam mendengarkan kata-kata pria berbadan besar yang terlihat seperti pria Rusia itu. Dia terkejut kenapa pria itu bisa mengenal Louis.

"Who are you? You know Louis?" tanya Vira penasaran.

"Who am I is not important. But Louis, trust me, you will be surprised if you know who he really is. He is not the type of guy, you wanna date with. I've warned you" pria itu berdiri dan menepuk punggung Vira, sambil melangkah meninggalkan meja Vira.

Seketika Vira merasa kaget, marah, sekaligus penasaran dengan pria berbadan besar itu. Banyak pertanyaan penuh curiga tentang Louis muncul di benak Vira. Bagaimanapun pria itu benar, karena Vira belum begitu mengenal Louis. Tapi siapa Louis? Dan apa yang salah dari Louis? Selama ini Vira tidak pernah menemukan keanehan atau kejanggalan dari Louis. Louis terlalu sempurna! Atau memang Louis punya rahasia yang selama ini tidak diketahui Vira?

"Hei, sayang,," Louis berbisik di telinga Vira dari belakang kursi hingga Vira dibuat terkejut.

"Hei,," jawab Vira lemas.

"Why you look pale? Are you alright?" tanya Louis menatap wajah Vira yang terlihat tegang.

Vira terdiam dan menatap Louis, antara ragu untuk bertanya, tapi otaknya dibanjiri rasa penasaran dan curiga, mengingat perkataan pria badan besar itu.

"There was a big guy came to me and he told me to stay away from you. He said I don't know you at all" Vira memberanikan diri untuk bertanya, meskipun sebenarnya dia khawatir Louis akan marah karena Vira terkesan tidak percaya padanya.

"Do you have any secret, Louis? Please be honest" lanjut Vira

"Big guy bule? Brown hair? With a very white skin?" tanya Louis dengan nada santai.

"Yes, who is he? Why he told me to stay away from you?" tanya Vira penasaran.

"Honey, please trust me ok? He is just one of a jealous collegue in the office. Nothing more!" Louis menjelaskan sambil mendekatkan kursinya ke samping Vira.

"What do you mean? Tell me" tanya Vira masih dengan rasa curiga.

Louis bercerita tentang pria berbadan besar yang dia sebut sebagai Daniel, rekan kerjanya yang selama ini selalu bersaing mendapatkan posisi manajer, dan karena Daniel kalah, dia selalu mencari cara supaya Louis mendapatkan masalah, termasuk dengan menjelek-jelekan Louis di depan banyak orang, supaya dia dijauhi dan dibenci banyak orang. Dengan tenang dan bijak, Louis menenangkan Vira dan perlahan menghilangkan kecurigaan serta keraguan di hati Vira.

"Will you trust me?" tanya Louis sambil menatap Vira dan menggenggam tangan Vira.

"I do, but please tell me more about you, don't let another people tell me first before you do" ucap Vira manja.

"Sure, I will!" jawab Louis sambil mencium bibir Vira lembut.

Meskipun berat, hati Virapun mencair, dan dia merasa malu pada dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa sedikit lebih positif thinking pada Louis. Vira merasa bersalah, karena saat itu kepercayaan dan kedewasaannya sedang diuji. Namun Vira kalah dengan rasa curiganya, dengan tuduhannya yang tanpa bukti. Sekali lagi Louis membuatnya kagum dengan kedewasaan, ketenangan dan kesabarannya dalam menghadapi masalah. Digenggamnya tangan Louis erat, dan dia sadar betapa istimewa pria dihadapannya. Dia sungguh beruntung mengenal sosok seperti Louis.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara announcer bandara yang meminta para penumpang pesawat untuk segera boarding. Louispun menggandeng tangan Vira dan mereka berjalan memasuki pesawat menuju Bali.

****

Sesampainya di Bali, seorang supir telah menunggu di luar pintu kedatangan domestik. Mereka bertiga berjalan menuju sebuah mobil rental yang sudah dipesan oleh Louis. Setelah kurang lebih 30 menit, mobil rental itu sampai di sebuah villa di daerah Sanur. Louis sengaja memilih villa itu karena tempatnya yang tenang dan jauh dari keramaian. Louis menggandeng tangan Vira memasuki Villa kecil dipinggir pantai Sanur. Villa dengan kolam renang pribadi yang tenang, dengan dekorasi etnik khas Bali. Didepan pintu masuk Villa, ada sebuah balai bengong dengan bantal berwarna bata. Villa dengan dua tempat tidur, dilengkapi dengan sofa tamu dan dapur kecil didekat kolam.

"Do you like the villa?" tanya Louis sambil meletakkan koper kecil Vira di samping sofa.

"It's nice, I like it. Peaceful and looks comfortable" jawab Vira sambil melepas topi dan merapikan rambutnya yang lepek.

"You can choose any room you like" Louis mengambil dua gelas air dan membagikannya untuknya dan Vira.

"I'm not sure if you are used to travel with your boyfriend, so I booked 2 bedroom villa, special just for you" lanjut Louis sambil tersenyum.

Vira terdiam, sedikit tidak percaya bahwa Louis bisa menunjukkan sikapnya sebagai gentleman. Awalnya Vira pikir, Louis akan memesan satu kamar untuk mereka berdua, tapi ternyata dugaan Vira salah.

"Awww,,,Louis, thank you so much, thank you for understanding me" ucap Vira terharu.

Louis menghampiri Vira, menggenggam kedua tangannya, dan mencium bibir Vira dengan lembut. Vira menatap mata Louis dan memeluknya erat. Perasaan Vira bercampur aduk, perasaan bahagia, bahagia yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Vira tidak menyangka, dia bisa bertemu pria sesempurna Louis.

"Tonight we're going to have a dinner outside, I've booked a table in a restaurant near by" ucap Louis sambil melepas pelukannya.

"Ok, sure!" jawab Vira bersemangat.

"Go, take a shower!" ucap Louis sambil berjalan ke arah sofa.

Vira bergegas mandi dan berdandan seadanya. Sambil menunggu di pinggiran kolam renang didepan kamar, Vira mendengarkan musik klasik kesukaannya, Lippen Scweighen, yang seolah menjadi musik soundtrack antara dia dan Louis, selama beberapa hari ini. Tak berapa lama, pintu kamar dibuka, dan Louis terlihat mengenakan kemeja biru muda, dengan celana jeans pendek. Dia lalu menggandeng tangan Vira, berjalan menuju restoran yang tidak jauh dari villa tempat mereka menginap.

Restoran yang dipesan Louis, terletak dipinggir pantai, dengan seluruh dekorasi restoran yang dominan berwarna putih. Suasananya sedikit remang, tapi di masing-masing sudut, ada lampu kecil yang dijadikan penghias dan penerang restoran.

Louis menarik kursi untuk Vira, mempersilahkannya duduk, lalu duduk disampingnya. Diapun meminta Vira memesan menu makanan dan minuman dan sedikit demi sedikit Louis mulai bercerita tentang dirinya dan keluarganya di Jerman. Dia mengambil handphone dan memperlihatkan pada Vira foto keluarganya di Jerman. Virapun memberanikan diri untuk berbagi cerita tentang keluarganya. Perlahan, kecurigaan di hati Virapun lenyap.

THE FINDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang