Dengan lesu Ian menatap kepergian Vira yang akan menghabiskan beberapa hari di Bali bersama Louis, pria bule dambaan Vira. Bule bodoh, pikirnya. Diapun mengeluarkan handphonenya sambil membuka folder video. Video-video dansanya bersama Mila, wanita yang sangat dia kagumi dan dia cintai, dalam diam.
Angan Ian melayang, dan kembali pada malam terakhir dia berdansa dengan Mila, dua tahun yang lalu. Dia teringat ketika malam itu, dia memasuki ruangan studio sambil menenteng botol air mineral di tangannya. Dia masih menunggu Mila, partner dansanya, yang rencananya akan datang untuk berlatih bersama hari ini. Sambil melakukan peregangan, Ian sesekali melihat ke arah jam dinding. Sudah 20 menit berlalu, tapi Mila masih juga belum terlihat. Tidak biasanya Mila datang terlambat untuk berlatih. Pintu masuk studio tiba-tiba terbuka dan Mila masuk dengan sedikit terengah-engah.
"Maaf Ian, aku telat" ucap Mila sambil merapikan rambut panjangnya yang berantakan, dan mengambil sepatu dansanya dari tas kecil di tangan kirinya.
"Hey, kamu kemana aja? Macet?" tanya Ian menghentikan latihan peregangannya dan berjalan mendekati Mila.
"Iya, sedikit, dan tadi ada sedikit urusan" Mila mengenakan sepatunya dan melakukan peregangan.
"Ayo!" ajak Mila sambil tersenyum dan menarik tangan Ian.
Ian melangkah mendekati laptop di pojok studio, dan memutar lagu Kizomba. Lagu favorit sekaligus lagu wajib Ian dan Mila adalah Loucos dari Matias Damasio. Lagu romantis yang menyatukan mereka di lantai dansa, dan sayangnya, hanya di lantai dansa. Ian selama ini diam-diam memendam kekagumannya pada Mila, perempuan yang selama ini sudah menjadi partner dansanya selama hampir dua tahun. Diam-diam Ian sering menatap Mila, perempuan cantik di hadapannya, dengan rasa kagum. Bagi Ian, berdansa dengan Mila bagaikan mimpi, yang membuatnya seperti berada di dunia lain. Dunia dimana Mila hanya miliknya, dan mimpi itu akan terhenti ketika alunan musikpun terhenti. Ian tahu, Mila hanya akan jadi miliknya di lantai dansa, namun tidak lebih dari itu. Mereka sudah berkomitmen untuk menjalin hubungan pertemanan sejak awal mereka memutuskan untuk menjadi partner dansa. Ian tahu, jika Ian melanggar komitmen ini, kehilangan Mila adalah resikonya. Memiliki Mila di lantai dansa, bagi Ian sudah lebih dari cukup.
Lagu Loucos dari Matias Damasio terhenti dan berlanjut ke beberapa lagu lain, hingga tidak terasa sudah dua jam mereka berlatih. Ian mematikan laptop di pojokan ruangan, sementara Mila melepas sepatu dansa dari kakinya, lalu duduk di lantai sambil meminum air di tangan kanannya. Ian duduk di samping Mila dan meminum dari botol air miliknya.
"Ian, aku mau kasih tahu sesuatu" ucap Mila dengan raut wajah serius.
"Ada apa Mil?" tanya Ian sambil mengelap keringat di wajahnya.
"Sebenernya aku berat ngomong ini sama kamu, tapi,,,, aku harus ngomong" Mila menghela nafas panjang.
"Ngomong aja Mil, ada masalah apa?" tanya Ian penasaran.
"Aku,,, mau lebih serius di dunia dansa" ucap Mila lagi.
"So? Itu bagus kan? Kita bisa lebih sering latihan bareng dong kalo gitu?" Ian tersenyum senang. Semakin sering mereka latihan, semakin sering Ian punya kesempatan bertemu Mila, pikirnya.
"Nooo Ian, maksud aku,,," Mila terlihat bingung.
"Terus apa?" tanya Ian lagi.
Mila berusaha menjelaskan, tapi tiba-tiba pintu studio dibuka oleh seorang pria berbadan besar berwajah seperti campuran Middle East dan kulit hitam.. Ian menatap pria itu, dan dia merasa tidak mengenalnya.
"Hi Rey! I need a couple of minutes! Can you please wait for me outside?" ucap Mila kepada pria itu, dan Ian terlihat terkejut karena Mila ternyata mengenal sosok pria berbadan besar itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/227313871-288-k206511.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINDER
RomansaVira mengenal Louis lewat situs kencan, pria bule yang tidak hanya berpenampilan menarik, namun juga baik hati, perhatian, romantis dan bahkan berpendidikan. Sementara itu Ian, sahabat Vira yang playboy, berpendapat bahwa Louis sama saja dengan pria...