The Truth

1.3K 14 0
                                    



Hampir satu bulan Ian tidak mendengar kabar dari Vira sejak terakhir dia menelpon Vira di Bali. Tidak ada satupun pesan dari Vira yang masuk ke handphonenya. Ketidakhadiran Vira membuatnya bosan dan tidak bersemangat, karena biasanya Viralah yang menemani dia di cafe, meskipun hanya untuk minum kopi gratisan. Diapun sudah beberapa hari tidak masuk ke Finder untuk mengecek jumlah match yang dia dapatkan.

"Woy!! tiba-tiba Vira sudah berdiri didepan pintu cafe sambil menjinjing tas laptop ditangan kanannya.

"Woyyyyyy!!!! Kemana aja Vir????!!!!! Pacaran mulu ya??!! Mentang-mentang punya pacar baru, lupa yaaa sama temen" nyinyir Ian sambil melangkah ke mesin kopi untuk membuatkan kopi kesukaan Vira. Dalam hati sebenarnya Ian merasa senang karena Vira akhirnya datang ke cafe, dan dia tahu, Vira pasti berharap Ian membuatkan kopi kesukaannya.

"Kamu baik banget sih Ianku, dateng-dateng langsung dibikinin kopi" ucap Vira sambil senyum-senyum.

"Halah, sok kamu! Bilang aja seneng dapet kopi gratisan, belagu!" balas Ian sambil meletakkan kopi Hazelnut Capuccino dimeja bar tempat Vira duduk.

"Wifi dikosan mati nih, belum bayar kali. Trus yang jaga kos lagi pulang kampung, jadi belum bisa pake wifi, padahal lagi butuh banget buat kontak kedutaan Jerman" ucap Vira sambil mengeluarkan laptop dari tas ditangannya.

"Ciyeee, mau ke Jerman?" ledek Ian.

"Enggak, bosku mau minta ketemu dengan staff kedutaan yang ngurusin sektor wisatanya. Dia mau ke Jerman, semacam minta sponsorship buat cari-cari tempat ekslusif disana. Ya kerjasama gitu lah, kita kan jualan trip wisata" balas Vira sambil menyalakan laptop.

"Ohhh, kirain, ya mau ke Jerman juga gapapa, yang penting jangan lupa oleh-oleh aja" Ian melirik ke Vira sambil cengar-cengir.

"Yeeeee,,,,!!!" sembur Vira sewot.

"Trus udah tau mau kontak siapa?" tanya Ian.

"Departemennya udah tahu, tapi ini perlu ngecek siapa aja yang in charge, mau ngecek juga profil masing-masing staff, gitu" balas Vira.

Vira membuka halaman website dan membaca satu per satu profil staff kedutaan yang nantinya akan dia temui untuk keperluan kantor. Tiba-tiba Vira terpaku pada satu profil yang tidak asing, yaitu pria berambut coklat yang dia temui di bandara sesaat sebelum dia pergi ke Bali. Pria bule yang kasar dan tidak sopan itu. Pria yang menjelek-jelekkan Louis di depannya, pria yang menurut penjelasan Louis, adalah koleganya yang iri dengan kinerjanya di kantor. Dalam hati Vira berpikir, jika pria berambut coklat itu adalah staff kedutaan, apa itu berarti Louis juga bekerja untuk kedutaan? Tapi bukankah dia bilang dia hanya manajer di perusahaan internasional? Vira membuka-buka profil lainnya di website itu, dan pencariannya berhenti pada satu profil pria yang sangat dia kenal, Louis Austin.

Vira membaca profil Louis dengan seksama, dan dia merasa tidak percaya dengan apa yang dia temukan. Louis bukan manajer perusahaan internasional seperti yang dia katakan selama ini. Louis ternyata staff kedutaan dengan posisi tinggi, terbukti dengan satu halaman di website kedutaan yang khusus menulis tentang profil pribadinya. Namun yang lebih mengejutkan Vira adalah, di dalam profil yang dia baca, disebutkan bahwa Louis telah menikah dan mempunyai dua orang anak. 

Vira terdiam cukup lama, berusaha mencerna semua yang dia baca di website, hingga akhirnya dia menyadari, Louis telah berbohong padanya. Tidak, ini lebih dari kebohongan. Vira merasa telah dibodohi, hingga dia sudah tidak tahu lagi, mana kata-kata Louis yang bisa dia percaya, dan mana kata-katanya yang jujur. Vira diam terpaku, wajahnya pucat dan dia bisa merasakan suhu badannya memanas karena emosi yang tertahan. Masih setengah tidak percaya, tangan Vira gemetar menahan rasa marah dan kecewa, sekaligus rasa sakit di dadanya.

THE FINDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang