Hari ini adalah minggu ke-tiga tepatnya Vira belajar berdansa. Akhirnya, rasa penasarannya pada dansa Kizomba terobati dan terlampiaskan. Sejak bulan Februari lalu, dia jatuh cinta dengan lagu-lagu Afro yang belum pernah dia dengarkan sebelumnya, yang ternyata adalah lagu-lagu Kizomba. Setelah berusaha mencari studio dansa kesana kemari, akhirnya dia menemukan satu studio yang mengajarkan dansa yang masih jarang penggemarnya ini, dansa Kizomba.
Malam itu, pertama kalinya dia datang ke sebuah latin night bersama beberapa teman dansa dari studio. Beberapa temannya mengatakan, anak baru tidak terlalu "digemari" oleh para senior dalam sebuah komunitas dansa, . Anak baru dinilai masih kaku, minim teknik, ditambah jika anak baru ini tidak cantik atau sexy. Makin sedikit pria atau leader yang akan mengajak mereka berdansa.
"Hai,, mau dansa?" seorang pria berambut gondrong, dengan kaos warna hijau army, dan celana jeans belel tiba-tiba datang mendekati Vira dan mengajaknya berdansa.
"Aku baru belajar dansa, jadi masih pemula banget" ucap Vira tidak percaya diri.
"Nggak papa, aku juga sama kok" jawabnya santai.
"Aku Ian" kata pria itu sambil tersenyum.
"Vira" jawab Vira sambil tersenyum malu.
Ian dan Vira berdansa diiringi lagu I'm Sorry dari Twenty Fingers. Lagu Kizomba yang pertama kali Vira kenal, dan yang membuat Vira jatuh cinta pada Kizomba. Beberapa kali Vira tidak bisa mengikuti Ian, hingga Vira merasa bersalah dan meminta maaf. Tapi Ian hanya tersenyum dan berkata "It's okay, santai,," sehingga Vira tidak merasa kecil hati.
Ian menawarkan minum untuk Vira setelah satu lagu selesai diputar. Vira menolak, tapi Ian memaksa, sebagai tanda pertemanan, katanya. Virapun tidak bisa menolak, dan mereka terlibat dalam sebuah obrolan yang cukup serius tentang dansa. Ian berbagi cerita tentang kecintaannya terhadap Kizomba, dan membagikan pengetahuannya tentang teknik dansa, juga tentang komunitas dansa di Jakarta. Obrolan yang menarik bagi Vira, terutama karena dia masih baru di komunitas ini.
Tanpa sadar latin night sudah hampir berakhir, dan mereka masih ngobrol dan minum. Vira minum segelas cocktail, sementara Ian ternyata cukup kuat minum alkohol. Entah berapa gelas beer yang sudah dia habiskan, tapi Ian masih terlihat segar, tidak mabuk ataupun bicara ngawur.
"Kamu habis berapa gelas, minumnya?" tanya Vira, menyadari Ian sedikit oleng.
"Nggak tahu, nggak pernah ngitung" jawab Ian sambil memanggil waiter untuk meminta bill.
"Ya udah, kalo gitu, aku pulang ya, makasih udah ditraktir minum" ucap Vira sambil berdiri dan mengangkat tas kecilnya yang berisi sepatu dansa.
"Ehhh mau kemana? Aku anterin pulang lah. Ini udah malem, jangan pulang sendirian"
"Nggak usah, aku bisa pesen taksi online kok, nggak usah repot-repot,makasih"
"No no no, aku anterin kamu pulang. Ini pas aku bawa mobil. Kalo aku bawa motor, aku nggak akan berani anterin kamu" jawab Ian mencoba meyakinkan.
"Nggak usah, serius deh, nggak papa!" Vira merasa tidak enak, dan sedikit khawatir Ian dalam keadaan mabuk sebenarnya.
"Sssssttttt,,,, diem,,,sssssttttt" Ian menabrak perkataan Vira dan membayar bill restoran, lalu menarik lengan Vira keluar menuju parkiran mobil.
Akhirnya Vira pun dengan terpaksa mengikuti kata-kata Ian. Ya memang benar sih, waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam, dan cukup berbahaya untuk pulang sendirian di malam hari. Dua gelas cocktail ternyata cukup mebuat Vira tipsy.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINDER
RomanceVira mengenal Louis lewat situs kencan, pria bule yang tidak hanya berpenampilan menarik, namun juga baik hati, perhatian, romantis dan bahkan berpendidikan. Sementara itu Ian, sahabat Vira yang playboy, berpendapat bahwa Louis sama saja dengan pria...