Pembalasan

14.4K 1.3K 64
                                    

Ketika lo menyulut api ke gue, maka yang gue lakuin lempar bensin ke apinya.

-Reyana Stronghold-

"Gavin, hidung lo." Mata Reya melebar ketika melihat darah segar mengalir dari kedua hidung Gavin.

Emosi Reya semakin menggebu-gebu, ia menatap tajam cewek di depannya. "Ini semua gara-gara lo nenek lampir!" Telunjuknya menunjuk-nunjuk cewek itu.

"Gue? Enak aja, lo yang nonjok. Kenapa jadi gue yang disalahin? Dasar nenek sihir!" Cewek itu menepis tangan Reya.

"Wah kurang ajar ngatain gue nenek sihir, berani lo?!" tantang Reya, menggulung bajunya sampai bahu.

"Berani sama-sama makan nasi, kecuali lo makannya sajen baru gue takut," cibir cewek di depan Reya.

"Fuck!" umpat Reya, tangannya sudah gemas ingin merontokkan rambut cewek itu dan baku hantam kembali terjadi.

Tapi semua itu tak berlangsung lama karena suara lantang menginterupsi semua orang yang ada di kantin, termasuk Reya dan cewek itu yang menghentikan aksi jambak-jambakan dan menoleh secara bersamaan ke sumber suara.

"REYANA STRONGHOLD!!"

"RIKA BRAMANTIYO!!"

Reya meringis ketika matanya melihat ke arah pintu, di mana seorang perempuan berbadan gemuk tengah menatapnya dengan tajam. Setajam silet!

Dia, guru BK super killer. Namanya bu Siwi, badannya gemuk, kepalanya bulat sampai lehernya tak terlihat ditambah kaca mata bulat besar bertengger di hidungnya. Reya selalu menyebutnya mrs. Puff, Yups bu Siwi mirip mrs. Puff yang ada di Spongebob.

Jadi, bisa kalian bayangkan sendiri seperti apa wujud bu Siwi.

"Aaa ... aduh, sakit Bu," cicit Reya ketika bu Siwi menjewer telinganya.

"Sakit Bu, lepasin. Saya gak salah Bu, tapi dia!" Reya mendengus saat Rika menunjuk dirinya.

"Eh, remahan batu akik. Bukannya lo dulu yang mulai, mulut lo udah kaya lambe turah ngomongin orang tapi gak ngaca diri sendiri," tukas Reya, membalas tatapan tajam Rika.

"Apa lo bilang? Remahan batu akik? Lo bubuk micin, lo yang nyiram gue pake jus jeruk duluan peak!" balas Rika tak kalah sengit.

"Lo kutil badak!"

"Lo kutil manak!"

"Lo!"

"Elo!"

"Diaaaam!!" teriak bu Siwi, pusing mendengar perdebatan Reya dan Siwi yang saling menyerang. "Kalian berdua ikut saya ke ruang BK."

Reya hanya bisa pasrah ketika bu Siwi menyeretnya ke BK, ruang pesakitan di mana ia akan diadili dan bu Siwi sebagai algojonya. Sepanjang perjalanan, Reya dan Rika masih saling melototi satu sama lain. Seandainya Reya punya ilmu membunuh tanpa menyentuh, maka sudah Reya pastikan Rika orang pertama yang akan Reya jadikan kelinci percobaan.

Pada akhirnya di sinilah Reya berakhir, berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat ketika matahari sedang panas-panasnya. Terik matahari menyengat kulit putihnya, membuat pipi Reya memerah.

Bu Siwi memang gak tanggung-tanggung memberikan hukuman. Sudah dua jam berlalu Reya berdiri, kakinya mulai pegal dan gemetar ditambah keringat bercucuran dari dahinya.

"Ini semua gara-gara lo!" celetuk Rika yang berdiri di dekatnya.

"Gue? Gak salah? Kalau lo bisa jaga mulut lo yang ember itu mungkin ini semua gak bakal terjadi, makanya punya mulut dizakatin," gerutu Reya.

My Sweet Bodyguard ( TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang