Normal pov
"Ada apa?Kamu kelihatan gelisah Nak?"
Nabilah tersenyum tipis dan menggeleng, dia tidak ingin Bibi tahu masalah yang menimpanya karena dia tidak ingin Bibi terbebani hanya Karena memikirkan dirinya dan Nabilah pun sudah berjanji dihati untuk tidak membuat Bibi kecewa kepadanya
"Hari ini Bibi masakin Semur jengkol kesukaan kamu,buruan makan ya jangan sampai gak makan cuman karena sesuatu yang kamu pikirkan" Nabilah mengangguk dan membuka mulutnya saat satu suap nasi masuk kedalam mulutnya.
tangannya yang terantai tidak mungkin untuk menggapai sendok,mengapa demikian?kenapa dia diperlakukan seperti seorang tahanan?Nabilah pun tidak mengerti,dia tidak ingin mendengar semuanya karena dia tidak pernah sedikit pun benci kepada Mama,Papa juga kakaknya itu
"M-m-malam A-aku m-m-mau ke ru-rumah P-p-Papa"
Ucapan Nabilah membuat Bibi sedikit memudarkan senyumnya.wajah keriput yang sudah tampak itu tampak kebingungan dan tidak setuju,karena hanya dia lah yang tahu segala inti permasalahan di keluarga ini
Nabilah yang paham dengan sikapnya langsung memeluk Bibinya itu dengan satu tangannya yang tidak di rantai dan mengusap punggungnya lembut sambil tersenyum manis meski dia pun sedikit ragu dengan perkataannya.tapi mau bagaimana lagi karena hanya dengan Papa kandungnya dia bisa meminta tolong karena Papanya itu mengenal banyak pengacara atau seseorang yang ahli dalam memanipulasi foto atau pun video seperti foto yang diberikan walas kepadanya
jika dia meminta tolong kepada Mamanya itu tidak mungkin,karena sejak kecil Mamanya sudah membencinya dan saat kematian Papa angkatnya Mamanya itu semakin membencinya sama seperti Papanya yang tidak pernah ingin dia hadir di kehidupan mereka
"B-Bi-Bibi j-jangan Kh-kha-khawatir y-ya" Nabilah tidak ingin orang yang di sayanginya mengalami banyak permasalahan.biarkan dia menyelesaikan semuanya sendiri tanpa membuat kesedihan ada di sekitarnya juga orang yang disayanginya
"Kalo pun Bibi izinkan,Apa Papa kamu mau menerima kamu?" Nabilah tersenyum simpul dan menggenggam tangan Bibi dan mengangguk yakin
"Ak-aku t-te-tetap a-naknya B-bi,A-aku h-ha-harus me-mencoba-nya d-d-dulu" Nabilah berucap dengan yakin lalu membuka mulutnya lagi meminta satu suap lagi nasinya dan dengan telaten Bibi menyuapinya hingga nasi itu habis tak tersisa
"Hati hati dan jangan terlalu lama,okey?" Nabilah tersenyum manis saat Bibi membuka kan borgol dan rantai di kaki juga tangannya,ada raut kesedihan diwajahnya setiap membuka borgol ditangan Nabilah yang sudah seperti putrinya itu
dia bisa saja membuang segala borgol dan rantai rantai itu tapi Nabilah menolaknya karena dia tidak ingin Bibi dipecat dalam pekerjaannya hanya Karena dirinya saja
"A-aku p-p-pergi" Nabilah menyalimi tangan Bibi lalu Berjalan pelan keluar kamarnya dan mengendap-endap menuju pintu belakang rumahnya
"Mau kemana kamu?"
Nabilah terjengit kaget saat suara seseorang dari belakang menggertaknya untuk berhenti melangkah dan menoleh kebelakang menatap takut pada Melody, Mamanya itu menatap tajam dan sengit penuh kebencian padanya.Nabilah tertunduk tak berani untuk menatap wajah Melody,dia benar benar takut sekarang.
"Tapi kalo mau pergi sih silahkan,lagi pula saya tidak perduli mau kamu pergi atau pun tidak" Ucapan Melody membuat Nabilah merasakan sakit dan sesak di hatinya.
Melody berdecak dan bersedekap dada menghampiri Nabilah yang masih tertunduk lalu dengan sengaja dia mendorong bahu Nabilah hingga dia terjatuh ke lantai"Pergi sana,kalo perlu jangan pernah kembali lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
General FictionMerasa diasingkan dengan keluarga sendiri?pernah kah kalian merasakannya?merasakan kesedihan yang kurasakan?