MT. SINDORO #1

46 1 0
                                    

(part 1)

      Sebuah rencana yang gagal bukan berarti gagal yang sebenarnya. Aku percaya Tuhan akan gantikan itu dengan yang sama atau bahkan yang lebih baik. Meskipun aku sadar semua itu memiliki plus dan minus masing-masing.

     Aku telah merencana untuk mendaki bersama kelima sahabatku. Mereka kawan sekelas waktu kelas 11 dan 12. Aku atau sebut saja Alif, Haqi yang banyak fans karena ketampanannya, Rafi yang terkenal sebagai wakil ketua osis, Putri yang glow up, dan Dicko yang terkenal sebagai anak pecinta alam. Itulah mereka keempat sahabatku yang kadang ngeselin tapi aku nyaman dengan mereka. Kita berlima telah merencanakan ingin pergi mendaki kala selesai UN SMA. Namun, pandemi covid-19 seolah makin merajalela, hingga rencana itu terus tertunda bahkan dua diantara kami yaitu Putri dan Rafi tidak mendapatkan izin mendaki. Tiga lainnya memutuskan untuk mencari partner yang baru supaya rencana itu tetap terrealisasikan.

     Waktu berlalu, seolah tak disangka, kami bertiga mendapatkan partner baru. Namanya Rico, Ucup, Mala, dan Resta, kebetulan kami satu sekolah. Kami juga mendapatkan partner dari anak kawan ibuku, namanya Bima. Dia satu angkatan di bawahku, jadi lumayan ribet karena dia punya tanggungan untuk sekolah online. Manusia selalu mimiliki ego masing-masing tetapi manusia itulah yang harus bisa mengkondisikan ego tersebut. Berfikir lumayan lama, akhirnya kita tetapkan tanggal 31 juli sampai 2 agustus 2020 kita mendaki.

     Setiap kainginan terkadang tidak sesuai dengan keputusan orang tua. Rico yang harus mengurus berkas untuk lanjut kuliah dan dicko yang tiba-tiba saja tidak dibolehkan oleh orang tuanya, alhasil mereka menunda ikut mendaki kali ini. Kami lalu sepakat mendaki berenam, bukan karena egois meninggalkan Rico dan Dicko, tetapi mereka yang meminta kami untuk pergi duluan.

     Syarat yang ditetapkan basecamp saat mendaki dimasa new normal ini sedikit ribet. Kami diharuskan membawa surat keterangan sehat, fotokopi KTP, membawa masker, dan handsanitizer. Kami berenam tidak bisa kumpul lengkap sebelum mendaki, tetapi di jaman yang canggih ini kita dipermudah untuk mengakses dan bertegur sapa lewat sosial media. Kami memanfaatkan grup disalah satu media sosial agar lebih mudah berdiskusi. Beberapa keputusan telah dapat disimpulkan. Sudah banyak masalah yang kami perdebatkan untuk mencari solusi. Tetapi, kerena niat dan tekad yang kuat serta rasa ego yang diminimkan, akhirnya terselesaikan.

     Hari ini, kami akan mencari surat keterangan sehat. Aku dan Bima mencari di puskesmas dekat rumah kami. Sedangkan, Resta dan Ucup mencari di puskesmas dekat rumah mereka. Haqi dan Mala mencari ditempat mereka, namun gagal karena puskesmas tidak mau memberikan surat tersebut dan terpaksa harus mencari di puskesmas dekat basecamp sebelum berangkat mendaki.

.
.
.
.
.
Jangan lupa dikasih bintang dan komentar. Terimaksih. Maaf, masih terdapat banyak kesalahan. Ditunggu ya "JEJAK LANGKAH 3"

JEJAK LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang