Chapter 4

517 22 3
                                    

Pagi harinya, Ozan serta Bella segera membawa Olivia menuju rumah sakit negeri tempat Ozan bekerja. Di samping melakukan absen paginya, Ozan juga bisa mengantarkan putrinya ke dokter spesialis yang sudah dia hubungi tadi malam ketika usai memeriksa putrinya secara pribadi. Syukurlah, dokter spesialis hematologi yang merupakan kenalannya memiliki jam tugas sama seperti dirinya di pagi hari.

Dalam hatinya, Ozan selalu berdoa bahwa pemikirannya tentang penyakit Olivia hanyalah kekhawatirannya sebagai seorang ayah.

“Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang ini, Sayang?” tanya Ozan kepada Olivia di bangku belakang.

“Demam Olivia agak mendingan, Ayah. Tidak selemas tadi malam karena obat yang Ayah berikan pada Oliv,” jawab Olivia masih mengusahakan senyuman pada bibirnya.

Ozan dan Bella tersenyum lembut, Olivia memang murah senyum di banding dengan adiknya.

“Apa Olivia harus berobat segala, padahal Ayah sendiri kan seorang dokter,” cibir Olivia.

“Ayah nanti kena hujat kalau sampai membiarkan anak ayah sakit,” kekeh Ozan mencairkan suasana di dalam mobilnya.

Getaran pada ponsel Olivia membuat gadis itu menundukkan kepalanya, merogoh isi tasnya untuk mencari ponselnya yang terus saja bergetar tidak sabaran.

Nama Rehan tertera di layar ponselnya. Seulas senyum muncul pada bibir Olivia.

“Siapa, Sayang? Nak Rehan ya?” kata Bella menggoda putrinya.

Olivia mengangguk membenarkan. Bukan lagi rahasia, hubungan Olivia dan Rehan telah diketahui oleh kedua belah pihak keluarga mereka. Baik keluarga Olivia, maupun keluarga Rehan tidak pernah menuntut keduanya untuk berhubungan serius karena usia mereka berdua masih sangat muda.

Kedua belah pihak keluarga hanya terus mengingatkan, bahwa masih ada masa depan di depan sana yang masih harus mereka lewati. Tidak boleh menikah muda, dan harus bisa menjaga diri dari kesesatan anak muda yang tengah trend saat ini, marriage by accident.

Tanpa menjawabnya, Olivia justru menggeser tombol merah di sana.

Satu pesan masuk ke dalam ponsel Olivia. Gadis itu mengetikkan balasan dengan cepat kepada kekasihnya yang tengah merindukan dirinya di belahan dunia lain.

“Ayo,” ajak Ozan keluar dari mobil disusul Bella dan Olivia.

Mereka bertiga berjalan menuju ruangan Dokter Vela, selaku dokter spesialis hematologi. Ozan mengetuk pintunya dengan sopan, sahutan di dalam ruangan meminta mereka untuk segera masuk.

“Dokter Ozan,” sapa Dokter Vela tersenyum lembut.

Dokter Vela mempersilahkan Dokter Ozan dan keluarganya untuk segera duduk di ruangannya.

“Terimakasih, Dokter. Sudah menyempatkan waktu Anda untuk memeriksa Olivia,” kata Dokter Ozan kepada Dokter Vela.

“Ini Olivia yang saat itu masih SMP kan ya? Kamu sudah besar, cantik lagi,” ucap Dokter Vela memuji Olivia.

Dokter Ozan menceritakan segala keluh kesah Olivia selama ini kepada Dokter Vela. Berharap Dokter Vela bisa memberikan titik cerah dalam kesehatan putrinya. Benar saja, Dokter Vela langsung meminta Olivia melakukan pengecekan medis, termasuk tes darah untuk mendiagnosanya.

Ditemani oleh kedua orang tuanya, Olivia melakukan tes darah yang akan diuji laboratorium.

“Nanti kalau hasilnya sudah keluar, saya akan menghubungi Dokter Ozan,” ucap Dokter Vela tersenyum lembut.

Selagi menunggu hasil keluar, Dokter Vela memberikan resep obat-obatan untuk Olivia. Dokter Vela tidak bisa memberikan argumentnya sebelum uji laboratoriumnya keluar. Padahal, selama bergelung dalam dunia hematologi. Dokter Vela sudah dikatakan menguasai segala gejala-gejala yang timbul pada tubuh Olivia.

"Menurut Dokter, apa yang terjadi pada Olivia?"

My Lovely OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang