"Irene! Udah dong nangisnya!"
"Make up kamu bisa rusah nih!"
"Baru mau dilamar udah drama. Gimana kalau mau ijab nanti?"
Kakak sepupu gue teriak, "Bunda! Oma ngomelin Irene terus, ih!"
Jangan kaget. Jangan ikutan heboh cuma karena mendengar suara teriakan di sana-sini, karena emang beginilah orang-orang dari keluarga besar gue. Oma, Mami, dan Tante Langen, adalah para tetua yang kalau ngomong, bisa satu kampung yang dengar!
Omong-omong, malam ini ada acara di rumah Oma. Irene, Kakak sepupu gue mau dilamar orang sebentar lagi. Ya, kira-kira kurang dari setengah jam lagi keluarga calon suaminya datang ke rumah.
Sebenarnya, Kak Irene nggak mau dinikahkan. Dengan berbagai cara udah Kak Irene lakukan untuk membatalkan acara lamaran malam ini. Dari mulai sakit gigi lah, mules lah, nyeri karena PMS lah, padahal belum tanggalnya. Berhubung Tante Langen selalu tahu tanggal berapa anak tertuanya datang bulan, ya nggak percaya dong! Jelas, ketahuan banget kalau Kak Irene cuma bohongan.
Kalau kalian kira Kak Irene dijodohkan, nyatanya nggak! Gimana nyebutnya ya. Jadi kayak gini loh, ada orang yang suka sama Kak Irene, dan orang itu langsung ke rumah buat ketemu Oma, Tante Langen sama Om Lando tanpa sepengetahuan Kak Irene. Siang itu, Kak Irene lagi di tempat kerja. Makanya dia nggak tahu ada orang datang ke rumah buat melamar Kak Irene.
Nggak dijelaskan bagaimana sosok laki-laki yang melamar Kak Irene. Oma Sandra cuma bilang, kalau Kak Irene nggak perlu khawatir soal rupa. Dijamin, laki-laki yang melamarnya bukanlah laki-laki tua berbadan gendut, kumisan, dan perutnya buncit! Nggak, dong! Kak Irene termasuk cucu kesayangan Oma sebelum Taehyung. Jadi bisa dipastikan kalau laki-laki ini masuk dalam kategori almost perfect, versinya Om Sandra.
"Kenapa Oma sama Om Lando setuju nerima lamaran orang itu?" tanya gue, lebih kepada diri sendiri.
Di samping gue, Jisoo mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju atas pertanyaan gue. Ya aneh dong, Oma sama yang lain belum pernah ketemu sama laki-laki ini. Orang itu datang ke rumah dan minta izin pengin menikahi Kak Irene.
"Kata Oma sih, nggak baik nolak lamaran pertama yang dateng." Saudara kembar gue, Taehyung, menyahut di sofa seberang.
"Maksudnya gimana sih?" sahut Jisoo nggak kalah penasaran.
"Iya, gimana?" tambah gue.
"Ya, Oma bilang ke gue. Menurut orang zaman dulu. Kalau ada anak gadis yang dilamar pertama kali sama laki-laki, nggak boleh ditolak!" Taehyung menatap gue sama Jisoo bergantian.
"Kenapa gitu?" tanya Jisoo, memasang tampang polos.
Taehyung menyahut, "Pamali katanya!"
Gue melengos, memandang ke arah lain. Ada-ada ajalah orang zaman dulu. Masa sama begituan percaya sih? Ya kalau orang yang melamar itu orang baik-baik. Kalau ada niatan jahat, gimana?
"Oma nggak mungkin sembarangan setuju." Taehyung melirik gue, seolah tahu apa yang sedang gue pikirin. "Buat cucu kesayangannya, Oma nggak bakalan coba-coba!"
Dih, ngiklan dia!
"Jisoo! Taehyung!" panggil Tante Langen sambil wara-wiri. "Ke sini bentar dong!"
Taehyung beranjak dari tempat duduknya. "Iya, Tante. Bentar."
Jisoo menaruh bantalan sofa. "Iya, Bunda."
Taehyung sama Jisoo udah jalan ke arah Tante Langen. Tinggal gue sendirian di sofa, memandangi orang-orang yang wara-wiri. Heran deh ya, tadi ngapain aja sih, sampai sekarang masih sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX-Teacher (Sehun-Sejeong)
FanfictionVersi asli ada di akun @QoriRahma Kim Sejeong pernah memiliki kenangan buruk di masa sekolah. Entah apa itu, yang jelas, Sejeong nggak mau membahasnya kepada siapa pun kecuali sama Kim Jisoo, sepupunya. Di masa SMA, Sejeong termasuk murid paling b...