"Gue paling males disuguhi wajah cemberut kayak gini." Seongwoo mengoceh dari atas motor bebeknya.
Cowok itu mengangsurkan sebuah helm ke gue. "Nggak usah bacot," Gue membalasnya sambil memukul bahu Seongwoo. "Lo kalau nggak mau jadi tempe, mending diem!"
Seongwoo menyengir lebar, kemudian membungkam bibirnya menggunakan tangan kanannya.
Gue naik ke atas motor Seongwoo, kembali menepuk bahunya sebagai isyarat bahwa gue udah duduk manis di belakangnya dan nggak lupa memakai helm butut yang warnanya aja udah nggak jelas. Entah item, entah abu-abu.
"Helm lo pengin gue buang, sumpah!" Gue mengoceh di belakang Seongwoo. "Helm lo yang biasa dipake Nayoung mana sih? Kenapa bawa ini?" omel gue sambil mengetuk-ngetuk helm yang gue pakai.
"Itu mah helm khusus buat Nayoung!" sungut Seongwoo, menolehkan kepalanya ke belakang sekilas. "Lo emang definisi temen nggak punya ahlak, Je! Udah maksa minta dijemput, masih aja protes perkara helm!"
Motor Seongwoo berhenti saat lampu berubah menjadi merah. Cuacanya panas, jalanan juga penuh sama kendaraan di kanan di kiri sampai ke belakang. Kebanyakan sih pengendara ojek online.
"Helm-nya bau, tahu!" Gue masih nggak mau berhenti mengoceh.
"Lepas aja anjir," balas Seongwoo kesal. "Tapi kalau sampai kena tilang di jalan, gue kasih lo ke Pak Polisi."
Gue mendengus sebal. Seongwoo ini emang teman yang mulutnya paling kurang ajar! Kecuali sama Nayoung, Seongwoo selalu ngomong ceplas-ceplos sama gue, entah Taehyung mau pun Jisoo.
"Woo, gue laper."
"Ya makan, Je!"
"Makan dulu lah! Mampir warung atau tempat makan di mana gitu. Bakso deh, bakso!"
Seongwoo lagi-lagi menoleh. "Lo yang traktir?"
"Lo lah!"
Seongwoo berdecak, "Lo yang laper, gue yang bayar! Gimana ceritanya?"
Gue menepuk-nepuk bahunya lumayan kencang. "Ya udah! Ya udah buruan! Gue yang traktir hari ini!"
Bersamaan gue mengiakan permintaan Seongwoo supaya gue meneraktir cowok itu, lampu berubah warna menjadi hijau. Gue melirik Seungwoo dari kaca spion, cowok pecinta warna merah muda tersebut cekikikan, merasa menang, karena biasanya dia yang selalu berakhir meneraktir gue.
***
Acara lamaran semalam benar-benar menghantui hidup gue dimulai dari sekarang. Gini loh, gue nggak habis pikir aja kenapa Sehun menganggukkan kepalanya sewaktu diminta pendapatnya soal melamar gue semalam.
Mengingat betapa buruknya kenangan di masa lalu, gue pikir si Sehun bakalan menolak lamaran dadakan mamanya yang ditunjukkan ke gue. Dia menolak gue mati-matian, sampai mengolok gue sebagai orang bodoh. Dia nggak ingat kata-kata nyelekitnya hah? Gue sebagai korban dari mulut jahanamnya, nggak bisa lupa sampai sekarang.
"Saya nggak suka orang bodoh."
Akh! Kalimat itu nggak pernah mau pergi! Percaya nggak percaya, sampai pernah kebawa ke mimpi saking sakit hatinya gue! Berani-beraninya dia mengolok gue sebagai orang bodoh! Mami sama Papi gue aja nggak pernah bilang gue bodoh, biarpun emang fakta. Sebodoh apa pun gue, sejelek apa pun nilai yang pernah gue dapat selama sekolah, Mami sama Papi nggak pernah marahin gue, nggak pernah menekan gue untuk jadi anak yang pintar macam Taehyung! Dan satu lagi, Mami dan Papi gue nggak pernah mengolok gue bodoh!
"Acara lamaran Kak Irene semalam gimana?" tanya Seongwoo, menarik kursi plastik di seberang gue.
Si curut! Malah membahas acara lamaran lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX-Teacher (Sehun-Sejeong)
Fiksi PenggemarVersi asli ada di akun @QoriRahma Kim Sejeong pernah memiliki kenangan buruk di masa sekolah. Entah apa itu, yang jelas, Sejeong nggak mau membahasnya kepada siapa pun kecuali sama Kim Jisoo, sepupunya. Di masa SMA, Sejeong termasuk murid paling b...