bagian 3

248 42 0
                                    

Sebuah Surat

Ini masih Flashback ya gaes! Biar kalian tahu,seperti apa Iqbaal sebelumnya sama (Namakamu)





Tak terasa satu minggu pun berlalu,dengan (Namakamu) yang benar-benar resmi menjadi bagian dari penghuni Universitas Bandung,yang cukup membuatnya tersenyum,mengingat semua penghuninya cukup ramah walau terkadang ada juga yang masih memandangnya rendah dan sebagainya akibat pakaiannya yang terlalu sederhana,yang jelas sekali berbanding terbalik dengan semua penghuni disini yang terlihat cukup bergaya,terlebih semua penghuni disini cenderung dari Jakarta,yang merupakan lebih gaul

Namun,(Namakamu) bersikap biasa saja,total tidak perduli,disini ia hanya ingin mendapatkan ilmu lebih banyak,agar dengan segera ia mendapat gelar Sarjana dan menjadi pengacara sukses untuk keluarganya,disini ia bukan untuk mengumbar kesempurnaan dan sebagainya,untuk apa ia merasa di rendahkan,jika inilah yang menjadi pilihannya,terlebih jika ia memang di didik secara sederhana oleh keluarganya agar ia bisa merasakan kenyamanan dalam hal itu,

“(Namakamu)!”

(Namakamu) menghentikan langkahnya lalu menoleh dan tersenyum tipis kala ia melihat seorang pria berlari ke arahnya dengan satu buah Almamater berwarna Abu bertuliskan kata Fakultas Ekonomi di dada bagian kiri,dan bagian kanannya terdapat nama Iqbaal Ramadhan,terpakai rapih pada tubuh tegap itu

Iya sejak hari itu,(Namakamu) dan Iqbaal pun menjadi dekat,dengan Iqbaal yang senantiasa mendatangi gedung Fakultas Hukum yang berjarak cukup jauh

Satu minggu itu pula (Namakamu) sudah terbiasa akan kehadiran Iqbaal,begitu pula Iqbaal yang memang sedari awal cukup tertarik pada adik tingkat sederhananya itu

(Namakamu) kembali berjalan,dengan Iqbaal yang berada di sampingnya,yang selalu menjadi daya tarik bagi orang yang berlalu-lalang

“Lo nggak ada kelas—dek?”tanya Iqbaal di sela-sela langkah mereka

(Namakamu) menoleh dan menggeleng singkat

“Nggak kak,kelasku baru aja selesai dua menit yang lalu”balasnya lalu kembali menghadap ke depan

“Kakak sendiri?”tanya (Namakamu)

Iqbaal tersenyum tipis “Ada”jawabnya santai dan malah terkesan acuh membuat (Namakamu) menggernyit bingung dan menghentikan langkahnya kembali,dan menoleh cepat pada Iqbaal yang kini sedang memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana jeansnya

“Kalo ada kenapa kakak disini? Bolos kelas? Balik lagi sana ke Fakultas kakak”ujar (Namakamu) dan menggeleng heran melihat Iqbaal sang Senior yang malah menghendikkan bahunya acuh

“Santai aja,Dosennya lagi ada urusan,jadi ya Free,”balasnya

Membuat (Namakamu) mendengus jengkel mendengarnya

“Berarti nggak ada dong namanya!”seru (Namakamu) gemas dan Iqbaal terkekeh lucu

“Ya walaupun gitu,masih bisa di bilang ada,kalau Dosennya nggak ada urusan ya otomatis ada kan?”

(Namakamu) menggerutu kesal mendengar penurutan sang kakak tingkatnya ini

“Terserah kakak deh,nyebelin banget”

A Letter - Iqnam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang