part 10

12 2 0
                                    

Ruangan bernuansa gold dan putih dengan barang-barang mahal terlihat jelas di sana. Di ruang itu hanya ada 3 orang. Dengan seorang penyihir medis handal yang sedang mengobati Kirei. Gadis itu tampak pucat.

Norvin yang berada di sana berdiri dengan gelisah. Ketika Kao di tangan neneknya itu menghilang, dia menghampiri Difa.

"Bagaimana Difa-sama?"

"Sudah lebih baik, kita hanya tunggu di sadar. Norvin ada yang aneh dengan dia."

"Apa?"

"Dia Bu-"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya tangan Kirei mulai bergerak. Norvin langsung menghampiri Kirei. Tangan gadis itu di genggam Norvin. Mata Kirei mulai terbuka disambut dengan senyuman Norvin.

"Kau sudah sadar."

"Ini?"

"Iya ini istana."

"Kau harus banyak istirahat, agar kaomu kembali normal." ucap Difa tersenyum.

"Difa-sama." Kirei mencoba duduk.

"Sudah jangan seperti itu, lagi pula kau tamu cucu ku. Anggap saja ini rumahmu. Aku permisi dulu ya."

"Terima kasih."

Difa menggangukan kepala dan pergi dari ruangan. Norvin duduk di ranjang sebelah Kirei.

"Aku baik-baik saja."

Sebelum Norvin bertanya Kirei sudah menjawab pertanyaan yang ingin dia katakan.

"Apa kau bodoh? Kau membawaku ke istana?!" ucap Kirei sambil memukul punggung Norvin.

"Kau gila! Kenapa kau memukulku."

"Kau tau? Kau tiba-tiba pingsan, aku mengkhawatirkan mu."

Ucapan Norvin itu mampu membuat Kirei diam. Gadis itu menatap mata Norvin. Dia sungguh luluh dengan ketampanan pangeran ini.

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" ucap Norvin.

"Apa maksudmu?"

"Sihir yang kau gunakan."

"Tidak mungkin sihir biasa bisa membuat kao seperti itu." lanjut Norvin.

Kirei menundukkan kepala sebentar. Dia melihat kearah jendela yang menampilkan halaman istana.

"Jika aku menceritakan ini, apa kau juga akan menceritakan ke mana kau akan pergi?"

Mereka diam dan saling menatap. Norvin tau apa maksud Kirei. Dia harus memberi tahu misi-misi yang akan dia jalankan dan harus jujur kepadanya. Tapi hal itu sangat susah dilakukan. Dia bekerja sebagai pasukan khusus dan kerahasian harus terjaga.

"Kau tidak menjawabnya, lalu kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu pangeran?"

"Kau tidak menyukaiku?"

"Apa kau pikir kita bisa jalani hubungan dengan baik jika kita bersama?"

Norvin diam.

"Kau dan aku tidak bisa saling jujur."

"Kau tidak suka dengan profesiku?" tanya Norvin.

"Jika aku mulai mencintaimu aku harus menerimamu apa adanya."

"Dengan kata lain, kau tidak mencintaiku?"

"Belum."

Kata itu yang mengakhiri perbincangan mereka. Hanya suara burung yang terdengar dan beberapa langkah kaki dari luar. Mungkin itu maid istana yang sedang menjalankan tugasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heredity: Rebellion Hana CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang