Tisu dengan cairan ungu yang menempel berserakan di lantai. Bau obat semerbak di ruangan itu. Kirei sedang menggulung perban di lengan Norvin. Laki-laki itu sedikit kesakitan."Sudah, Apa kau merasa pusing?"
"Sedikit."
"Aku buatkan teh hijau dulu."
Norvin menggangukan kepala. Tak berselang lama Kirei memberikan segelas teh kepada Norvin.
"Minum perlahan."
"Terima kasih."
Laki-laki itu meminum teh hijau dengan perlahan-lahan. Kirei yang berdiri kemudian duduk di sofa dekat Norvin. Tangan Kirei mengarah ke dahi Norvin.
"Masih pusing?" tanya Kirei yang diikuti gelengan Norvin.
"Bagus kalau begitu."
"Apa kau terluka?"
"Tidak tenang saja, maaf jika aku merepotkanmu."
"Kau tidak merepotkan sama sekali, tugas penyihir seperti ku memang melindungi penyihir medis."
"Terima kasih."
Hening sebentar, hanya suara binatang malam yang menemani. Beberapa menit kemudian Kirei kembali berbicara.
"Apa benar kau seorang kapten?"
"Kau tidak percaya?"
"Bu..bukan seperti itu ma.. maksduku-"
"Iya aku kapten pasukan khusus."
"Kau akan bertugas besok?"
"Tidak, aku sedang libur bertugas Kirei."
"Hmmm Bisa kau ke rumah sakit besok siang? Aku harus memeriksa luka mu lagi."
"Kenapa kau begitu mengkhawatirkan aku?" ucap Norvin sambil menahan tawa.
"Aku dokter pribadimu jadi harus merawat pasien dengan sebaik-baiknya."
Norvin menghela nafas sambil tersenyum. Dia melihat wajah Kirei yang memerah. Norvin lalu berdiri.
"Aku pulang dulu."
"Kau sudah baik-baik saja?"
"Iya, berkatmu aku lebih baik. Sampai jumpa dan terima kasih."
Laki-laki itu keluar dari rumah Kirei. Sedangkan, perempuan berambut ungu itu masih tersenyum memandang punggung Norvin.
-
-
Keesokan harinya Norvin terlihat memakai kemeja hitam. Dia duduk di kuris sambil meminum kopi dan biskuit. Hal yang selalu dia inginkan setiap pagi. Namun, pikirannya masih bingung soal panah yang melesat kearahnya tadi malam.
Luka yang ditimbulkan memang tidak terlalu sakit. Apalagi untuk badan keamanan sepertinya. Luka seperti ini hanya hal kecil. Tiba-tiba handphone di depan Norvin berbunyi. Dia kemudian mengangkat telfonnya.
"Hallo ibu"
"Ibu dengar kau diberi libur oleh atasanmu, kenapa kau tidak pulang? Ibu merindukanmu."
"Ah iya maaf ibu, mungkin besok aku lusa aku akan menemui ibu."
"Tidak bisakah sekarang Norvin?"
"Baiklah, aku akan segera menemui ibu."
"Baguss ibu akan menyiapkan masakan yang enak."
"Terima kasih ibu."
Setelah mengatakan itu telfon Norvin terputus. Dia mengambil kunci mobil dan segera pergi ke rumah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heredity: Rebellion Hana City
FantasyPangeran Norvin, putra dari Akito Kagami dan Nura Yamaki. Setelah lulus dari Majiku Academy dia bekerja sebagai penyihir keamanan menjaga kota. Dan di situlah Norvin berada di dunia penyihir yang sebenarnya. Melawan penyihir untuk menyelesaikan mis...