Kemarin lupa gak update. Hari ini lupa hampir gak update hehe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Winwin hyung! Hancurkan kolam itu!"
"A-apa?"
Winwin, Lucas, dan Hendery terperangah mendengarnya.
Tidak masalah bila kolam tersebut terbuat dari dinding dengan bahan kaca ataupun plastik yang mudah dirobohkan. Namun apa yang tersuguhkan di hadapannya adalah kolam yang tidak jauh beda dengan sumur. Batu bata dan semen adalah bahan bakunya. Sudah pastilah kokoh, kuat, dan tahan lama.
"Hancurkan kolam itu agar airnya sampai di dapur!"
Glek.
Terlihat Hendery menelan liurnya kasar.
Mereka semua saling pandang. Bergelut dengan pikirannya untuk melakukan tindak yang mungkin akan sia-sia itu atau tidak. Mengingat jauhnya bentang jarak antara kolam dengan dapur yang bahkan bisa membuat ngos-ngos an jika berlari. Hal demikian pastilah akan membuat 80%(misal perobohan kolam berhasil)pun tetaplah gagal dalam misi penyelamatan Felix.
"Kumohon. Dicoba saja dulu."
Xiaojun tidak merengek. Ia hanya memohon untuk mencoba apapun agar Felix selamat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak ada satupun dari mereka yang tahu bagaimana hancurnya Ten saat ini. Mau ia menjambaki rambutnya sendiri sampai botakpun, tetap tidak ada yang tahu. Hancurnya ia benar-benar lebur dan semrawut, acak-acakan dan tidak berbentuk. Hati dan pikirannya tidak bisa meneliti apapun lagi selain penyesalan dan kebodohan.
Keputusannya untuk membebaskan teman-temannya justru membawa ia pada situasi yang jauh-jauh di luar dugaan; lebih buruk dan menyakitkan.
Menangkap sosok Felix yang sedang berlarian kesana kemari, berjuang memadamkan api yang hasilnya tidak seberapa namun dengan seluruh tenaga. Ten tidak sanggup melihatnya. Hingga pandangannya menjadi buram sebab asap yang semakin tebal dan air yang terbendung di matanya.
