13 | Penyesalan

21 1 0
                                    

~•~

"Kau!... Sangat berisik!"

"Le-lepas.. lepaskan aku ..akh!"

Kekuatan tangan Zura yang meronta tentu tak sebanding dengan kekuatan cengkraman tangan Menma. Tak tahu lagi harus bagaimana, kedua tangan rampingnya lalu lebih memilih untuk berusaha menyentuh wajah Menma. Yah walaupun raut Menma kini begitu dingin dan menakutkan, namun Zura ingin sekali membelai pelan kedua pipi pria itu sama seperti yang biasa Menma lakukan padanya dulu. Bulir bening perlahan keluar dari matanya, dalam suaranya yang tertahan ia berujar, "Gege... sadarlah! Lawanlah iblis ini dengan keras kepala yang selalu kau bawa itu! Ka—akh, kau sama sekali bukanlah iblis!!..."

Hati pencuri kecil ini terasa teriris melihat kondisi pengelana itu sekarang.

Bersamaan suara Zura yang berubah menjadi isakan di dalam lengangnya kuil, sebuah perasaan familiar tiba-tiba melesat masuk ke jiwa Menma seperti panah kuat yang justru membuat Iblis Wushi bergetar hebat dan akhirnya membanting tubuh remaja itu ke...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamaan suara Zura yang berubah menjadi isakan di dalam lengangnya kuil, sebuah perasaan familiar tiba-tiba melesat masuk ke jiwa Menma seperti panah kuat yang justru membuat Iblis Wushi bergetar hebat dan akhirnya membanting tubuh remaja itu ke lantai. Iblis itu merasakan gejolak lain yang menentang kendalinya, kini dua jiwa tengah bergulat batin di dalam satu tubuh.

Iblis Wushi mengerang ketika kepalanya terasa begitu pening seperti diterpa ribuan jarum, ia menjerit, "Kepala ini...kenapa begitu sakit! Arrrgghhhh... Sial! ini semua karenamu anak kecil!"

Kilatan ujung bilah pedang lantas terpantul kala Iblis Wushi di dalam tubuh Menma mengangkat pedangnya yang bersiap untuk menghunuskan pedang itu ke arah Zura, Zura sontak membelalakan matanya lebar-lebar. Pedang itu diayunkan penuh dengan amarah, akan tetapi ayunan itu untungnya mendadak berhenti tatkala Iblis Wushi merasakan sakit di kepalanya lagi.

Sesuatu di dalam tubuh itu memberontak ingin keluar.

"Arrgh! Tidak, tidak, kau harus berada dalam kendaliku!!... Aaaa!"

Tak lama setelah teriakan yang memekakan telinga itu terdengar, kepulan asap hitam kemudian perlahan keluar dari tubuh Menma. Saling mengumpul dan menggumpal hingga membentuk sebuah bayangan hitam, bayangan hitam yang menyerupai wujud Menma! ... Rupanya dengan berhasil menyerap beberapa energi di dalam tubuh pria itu, kini Iblis Wushi mendapatkan bentuk utuhnya sendiri. Bukan dikatakan utuh secara sempurna, melainkan cakra merah pekat itu kini meniru wujud Menma dalam bentuk bayangan hitam dengan sebersit kilatan merah, yang tentunya tetap diselimuti aura gelap yang sangat kuat.

Jiwa Menma kembali, ia akhirnya mendapatkan kesadarannya meskipun tubuhnya sedikit limbung karena adanya penyerapan paksa dari energi itu. Kedua bola mata yang sempat menempel pada mata Menma pun perlahan menghilang dan menyisakan rongga hitam layaknya lubang, pria itu segera menutup matanya. Seperti biasa penglihatan cakranyalah yang dapat ia andalkan, lalu mengalihkan pandangannya kala cakra putih tak asing ada disana.

MAZURA | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang