7 | Pola Kutukan

38 2 0
                                    

~•~

Lautan kini terdiam tenang kala pusaran air telah menghilang, awan hitam pun pudar bersama angin yang kembali bersemilir lembut memberikan kabar baik bahwa badai telah berlalu. Akan tetapi mengesampingkan hal itu masih ada sesuatu yang mereka tunggu-tunggu. Zura semakin cemas, "Ayolah dimana pengelana keras kepala itu! Tidak lucu jika ia sampai dimakan monster tadikan, bayaranku juga masih ada padanya."

Lima detik, sepuluh detik, ... lima belas detik berselang dan akhirnya seseorang mencuat keluar dari dalam air, suara mencubak lekas terdengar saat pria itu berusaha berenang mendekati kapal. Zura dan anak lainnya bersorak ria, "Wah pengelana buta itu masih hidup, dia pendekar luar biasa!" salah seorang anak bahkan memujinya. Tali panjang kemudian diulurkan guna membantu Menma menaiki kapal, bercak-bercak darah melumuri sebagian bajunya yang basah kuyup, dipenuhi luka napasnya pula tersengal-sengal setelah berhasil kembali ke daratan; ia menahan gigilan, dan mengatur udara yang sekarang bisa masuk keluar paru-parunya dengan bebas.

 Tali panjang kemudian diulurkan guna membantu Menma menaiki kapal, bercak-bercak darah melumuri sebagian bajunya yang basah kuyup, dipenuhi luka napasnya pula tersengal-sengal setelah berhasil kembali ke daratan; ia menahan gigilan, dan mengatur ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat kondisi itu Zura dengan sigap mengobrak-abrik kabin yang ada, mencarikan Menma kain tebal untuk mengeringkan dirinya. Lalu remaja itu berucap lirih, "Terima kasih. Aku sendiri bahkan tidak akan tahu bagaimana nasibku jika kau tak datang kemari... ..."

Entah kenapa Menma menangkap intonasi bersalah dari suara Zura, sepertinya remaja itu berpikiran kalau dirinya hanya merepotkan saja. Menma lekas menggetok pelan kepalanya lagi, dan tersenyum. Senyum yang mengisyaratkan, aku baik-baik saja.

Zen turun dari ruang kemudi dan menghampiri mereka, "Zura, apa dia baik-baik?" Zura mengangguk. Zen lalu berujar pada pengelana buta itu, "A-anda hebat sekali Tuan, sekali lagi terima kasih!" Ada setitik air mata di ujung pelupuk matanya.

Zura tak tahan untuk berkomentar dan menggoda, "Hey.. apa kau menangis? Wah temanku satu ini rupanya sempat ketakutan ya hahaha."

"Dasar cerewet! A-aku tidak takut, aku hanya kaget," elak Zen.

"Tapi tadi mukamu memucat melihat monster laut."

"Sudah diamlah!" hardik Zen, "Sekarang bagaimana, apa kita bisa kembali ke kota?"

Zura melirik Menma sebentar lalu ke segerumbulan anak-anak yang tadinya akan dijual dan diperbudak, "Ya, kita harus memulangkan mereka. Mereka juga pasti punya keluarga."

---

Di dalam salah satu kabin Zura membantu Menma mengobati luka cambukan tadi dan luka lainnya, lalu mencarikan baju pengganti, tapi sialnya sama sekali tidak ada. Terpaksa Menma pun hanya mengenakan jubahnya kembali tanpa pakaian atasan tipisnya. Pria ini pasti menahan perih yang teramat sangat ketika luka basahnya menyentuh dinginnya air yang seakan membekukan, Zura kemudian melepaskan jubahnya untuk membalurkan obat, namun napasnya tercekat dan tangannya terhenti seketika saat melihat punggung Menma itu.

MAZURA | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang