TMOAB 2. Perihal Jodoh
Mulai sekarang, bilang selamat tinggal sama dunia perbucinan, dan selamat datang dunia keseriusan. Yang ngajak pacaran harap balik arah dan pulang. Yang ngajak lamaran ayo ke rumah sekarang.
—Keira Mafaza Albaihaqi🍁🍁🍁
Hari, bulan, dan tahun telah berganti begitu cepat. Keira tak menyangka sudah 5 tahun sejak pembicaraan yang sangat berarti dengan sang bunda di malam wisudanya. Lalu sekarang, Keira sudah sukses meraih cita-cita mulianya. Menjadi seorang dokter.
Tepat setelah menyelesaikan gelar spesialis bedah, Keira kembali ke rumah bunda dan papanya. Menginap di sana untuk beberapa hari. Selain itu, Bunda Aisyah juga dengan sangat baik hati akan mengadakan syukuran kecil-kecilan di rumah atas keberhasilan Keira.
Sebab itu, Keira ingin mengundang Kak Jav beserta keluarga. Rasanya Keira amat sangat berbunga-bunga. Sebab setelah belasan tahun, akhirnya dia akan kembali bertemu dengan Kak Javnya.
Kak Jav pasti sudah pulang, 'kan? Dia ninggalin aku cuma buat kuliah jadi dokter, 'kan? Dia pasti sudah jadi dokter hebat.
Pemikiran itu teralihkan ketika Keira menatap pagar tinggi kokoh kediaman keluarga Dirgantara. Pagarnya bahkan masih sama seperti tiga belas tahun lalu ketika terakhir kali Keira kemari.
Seorang satpam membukakan pintu. Pak Jali, Keira masih ingat betul nama satpam keluarga Dirgantara. "Pak Jali, apa kabar?" sapa Keira dengan senyum merekah. Pak Jali mendongak—menatap Keira seraya mengamati. Mungkin bertanya-tanya siapa dia. "Ara, Pak. Inget nggak?" Keira mengingatkan.
Pak Jali terlihat terkejut. Keira memaklumi. Tetapi, Keira tidak bisa memaklumi lagi ketika Pak Jali terlihat bergetar. Membuat Keira bertanya-tanya ada apa. "S—silakan masuk, N—non A—ara." Bahkan kalimatnya terbata. Keira menjadi bingung apa yang membuat Pak Jali bersikap sampai seperti itu.
Dengan benak bertanya-tanya Keira masuk ke dalam rumah besar milik keluarga Dirgantara. Seperti pagar yang telah menyambutnya tadi, sekilas seluruh bagian di dalam rumah ini tidak ada yang berubah. Semua masih sama. Namun, suasana yang Keira dapat seiring langkah yang membawa masuk terasa berbeda. Rumah besar yang dulu selalu hangat, terasa terlalu sepi ketika Keira berkunjung untuk pertama kali setelah belasan tahun.
Wajah para pelayan dan penjaga nampak berbeda. Tidak ada satu pun yang membalas senyumnya. Wajah mereka seperti menyimpan kesenduan yang telah terpendam bertahun-tahun.
Keira semakin merasa bingung. Merasa berada di tempat asing sekalipun rumah besar ini adalah tempat yang sering sekali ia datangi dulu.
Bik Mina—pelayan yang mengantarkan Keira ke ruang tamu dan memberinya minuman sempat membuat Keira khawatir ketika tiba-tiba wanita itu menangis di depannya.
Keira kewalahan mengatasi rasa bingung yang semakin menggunung. Dia ingin bertanya pada Bik Mina, namum sebuah suara lebih dulu menginterupsi.
"Siapa?"
Bik Mina pergi di detik itu. Membuat Keira merasa kehilangan kesempatan untuk bertanya. Keira menoleh pada seorang wanita paruh baya yang berjalan menghampirinya.
Keira bangkit. Tersenyum lebar untuk melepaskan segala rindu. "Mommy ...," lirih Keira.
Wanita berambut sebahu yang sebagiannya sudah memutih itu mengerutkan kening seraya terus melangkah mendekat. Tampak berpikir sebelum tersenyum teduh dan hangat. "Ara?" tanyanya.
Keira mengangguk cepat. Memeluk wanita yang dia panggil Mommy Almira dengan erat. Menitihkan air mata ketika akhirnya dia bisa kembali bertemu wanita luar biasa ini. "Ara kangen sama Mommy," bisik Keira seraya memejamkan mata. Menikmati pelukan yang Keira rindu kehangatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of a Bond
General FictionTiada lagi harap dalam asa. Tiada lagi kesempatan kedua. Tiada lagi kata maaf dari orang tua. Semua hilang dalam sekejap mata, hanya karena sebuah cita. Bertahun-tahun menjadi putra yang dibanggakan, dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan, seorang...