Enjoy to reading!!!
.
.
.
.
."Tunggu-tunggu ditempat umum, panas-panas sekali...."
"Tunggu-tunggu ditempat umum, gerah-gerah sekali...."
"...kiri-kanan kulihat saja, banyak motor dan mobil...."
"...kiri-kanan kulihat saja, banyak angkot dan becak...."
Ara, seorang gadis dari SMA Merdeka itu tengah bersenandung menggunakan lagu naik-naik ke puncak gunung tapi mengubah liriknya. Laki-laki disampingnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Ara yang ajaib.
"Ra, lo gak malu diliatin orang?" Tanya Aga pada Ara.
"Kenapa harus malu? Mereka liatin Ara karena cantik, jadi gak usah malu" jawabnya enteng dan polos.
Sekali lagi Aga menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan sikap dan tingkah gadis satu ini.
"Woi Saga!" Teriak seseorang dari arah kanan mereka.
Dilihatnya ada dua manusia yang tengah menghampiri mereka. Eh ya iyalah manusia, emang siapa lagi coba yang bisa ngomong selain manusia? Aneh....
Ara yang melihat mereka pun tersenyum cerah sambil melambai-lambaikan tangannya dengan semangat.
"Haloo Rima!! Haloo Rama!!" sapanya pada dua saudara kembar itu.
"Biasa aja kali Ra, gak usah teriak-teriak kayak toa masjid" ujar Rima kepada Ara sesampainya mereka disana.
Ara hanya cengengesan sebagai jawabannya pada Rima.
"Eh Ga, lo langsung pulang?" Tanya Rama.
"Iya. Emang kenapa?"
"Ck gak seru lo mah. Tadinya gue mau ngajak lo nongkrong sama temen-temen gue"
"Yah gue gak bisa Ram. Gue harus nganterin Ara pulang" jawabnya menyesal.
Rama mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "Emang harus dianter tiap hari ya?" Tanyanya lagi.
"Iyalah. Kalo sendiri, takutnya ada yang nyulik. Dia kan kayak....anak kecil" jawab Aga diakhiri bisikan pada dua kata terakhir. Takut sang empunya marah.
Rama melirik Ara.
Yah...mau gimana lagi, memang perawakan Ara itu kecil, bisa dibilang terlalu kecil untuk seukuran gadis pada umurnya sekarang ini. Tapi, Ara tetap terlihat imut dan lucu.
"Aga pulang sama Ara. Kalo Rama mau pinjem Aga sih boleh, tapi ntar aja kalo udah anterin Ara pulang" ujar Ara tiba-tiba pada Rama.
Rama pura-pura terkejut, "Wow-wow...santai aja mbak, saya gak akan rebut pacarnya"
Ara dan Aga yang mendengar ucapan Rama serempak membalas.
"Kita gak pacaran!"
Rama dan Rima hanya bisa kicep melihat mereka berdua yang terlampau kompak. Dengan gerakan slow motion, Rama bertepuk tangan. Sedangkan Rima terus bergumam tidak jelas.
Ara yang melihat reaksi Rama dan Rima langsung panik sendiri.
"Rim, bangun!! Jangan tidur disini!" Ujarnya sambil mengguncang-guncangkan bahu Rima.
Sedangkan Aga, dia sekarang tengah mengambil ancang-ancang untuk memukul Rama agar segera sadar.
Bugh!
"Aww....anjir sakit bego!" Teriak Rama saat dirasa kepalanya sangat sakit dan panas. Dia melirik tajam pada Aga.
"Kalo mau mukul tuh pake perasaan, jangan kenceng-kenceng!"
Aga memutar bola matanya malas, "Dimana-mana kalo mau mukul ya gak pake perasaan tolol!"
Plak!
"Aga mulut kamu itu ya...." geram Ara saat mendengar ucapan Aga, dia tidak suka kalau Aga-nya ini berkata kasar, "...mau Ara jahit tuh mulut biar gak bisa ngomong-ngomong?!" Lanjutnya dengan tatapan tajam.
Aga masih mengusap-ngusap mulutnya yang terasa perih dan panas setelah ditampar Ara. Dia tidak mendengarkan ucapan Ara.
"Aga jawab!" Teriak Ara kesal sambil menghentak-hentakan kakinya.
"E-eh...iya-iya Ara..." jawab Aga apa adanya, biar cepat.
"Iya apa? Mau Ara jahitin mulutnya?!" Ara masih kesal ternyata.
"Eh b-bukan gitu Ra..." ucap Aga serba salah, dia bingung mau jawab apa. Pasalnya tadi dia benar-benar tidak mendengarkan Ara bicara.
"Iya Aga...Aga gak bakal ngomong....gitu lagi...?" Kata Aga tak yakin dengan ucapannya.
Tapi ternyata reaksi Ara sangat melegakan, dia mengangguk-angguk sambil mengacungkan kedua jempolnya pada Aga. Yah...Ara memang tak bisa lama-lama marah pada Aga.
"Coba nunduk" perintah Ara tiba-tiba.
Aga yang tak mau kena marah Ara lagi pun hanya pasrah mematuhi perintah Ara. Setelah Aga menunduk, tiba-tiba Ara mengelus-ngelus kepalanya dengan lembut.
Rama dan Rima kembali di buat speechless. Mereka hanya diam menatap Ara dan Aga tak berkedip. Ada seulas senyum tipis dibibir Rima.
"Majikan dan peliharaannya" ujarnya tanpa melepas senyum dan tatapan kosongnya.
"Adik dan Kakaknya..." timpal Rama ikut-ikutan.
Sedangkan dua manusia yang menjadi bahan perhatian orang lain hanya asik sendiri-sendiri. Ara yang kegirangan dan Aga yang kebingungan.
.
.
.
.
."ARA PULANG!!!!" Teriak Ara menggelegar dirumah dua tingkatnya.
Hening.
"Ish pada kemana sih, masa mereka semua main lagi" rajuk Ara sambil melempar tas sekolahnya ke sofa ruang tamu.
Dia berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya. Lama kelamaan ponsel yang dipegangnya mulai mengendur dan jatuh. Karena hari ini mungkin menjadi hari yang sangat lelah, Ara ketiduran disana.
Beberapa jam kemudian, ada seorang pemuda berkisar 22 tahunan masuk kerumah dan menemukan Ara tengah tidur dengan posisi meringkuk seperti bayi.
"Kebiasaan...." ucapnya sambil menghampiri Ara.
Pemuda itu membopong tubuh Ara yang kecil dengan mudah. Dia menaiki tangga satu persatu menuju kamar Ara.
Setelah sampai, dibaringkannya Ara dikasur lalu mulai melepas sepatu dan kaos kaki Ara. Setelah selesai, dia menarik selimut Ara sampai dadanya. Terakhir, dikecupnya kening Ara penuh kasih sayang olehnya.
"Selamat tidur, Princess...." ucapnya sambil terkekeh ringan lalu pergi meninggalkan kamar Ara, sang adik.
.
.
.
.
.-19 Agustus 2020-
I F Y C A T S
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARA
Teen FictionPelangi itu Ayah Pelangi itu Bunda Pelangi itu Bang Rei Pelangi itu Bang Il Pelangi itu Bang Tri Awalnya hanya ada lima pelangi yang Ara gambar waktu kecil, tapi sekarang nggak lagi. Ada mereka yang menjadi pelengkap pelangi Ara. Aga, pelangi itu ka...