Pagi ini, mentari tersenyum kepada Yuka yang duduk seorang diri. Ditemani secangkir kopi dan sajak puisi.
Sekedar mencurahkan isi hati sebelum memulai perjalanannya lagi.Satu hari telah berlalu,
Kini semakin menantangku,
Untuk mendapat pengalaman baru,
Dan menguak misteri dalam kelasku,
Ya,
Mengenalmu,
Mengenalku."Ohayō Yukaaaa!!!!!!!"
(Selamat pagi Yukaaaa!!!!!!)Banjir datang tiba-tiba. Seketika Yuka menutup buku sastranya.
"Ih, Banjir ngagetin aja."
Banjir hanya tersenyum dan penasaran dengan apa yang dilakukan Yuka.
"Heheh..hmm.. Wah lagi apa ini tadi. Kaya rahasia banget. Apaan tuh?"
Yuka menjawab pertanyaan Banjir sembari mendekap buku sastranya.
"Apa sih. Bukan apa-apa kok. Cuma kumpulan sastra."
Banjir masih saja ingin tahu.
"Ah masa sih?? Hayo... Apa tuh..?"
Yuka mulai merasa kesal.
"Dibilangin cuma kumpulan sastra.. Nggak percaya banget sih. Kepo lagii..!"
Seketika Banjir terbungkam. Banjir segera mencari topik pembicaraan lain.
"Eh iya, gimana kemarin di kelas? Udah punya temen?"
Yuka seketika mencair kembali.
"Belum sih. Ya itu si pangeran yang aku baru tau. Itu aja dari kamu."
Banjir segera mengajak Yuka untuk berangkat ke kampus.
"Yaudah.. Ayo berangkat. Terus kamu cari temen baru. Kalau udah kenal asik-asik kok orangnya. Tapi di kelas kamu itu kelas paling favorit. Soalnya ada mahasiswa dan mahasiswi yang dikagumi di kampus itu."
Yuka merasa penasaran.
"Emm siapa??"
"Udah, makanya nanti kamu cari tau. Pesen aku ni ya. Kalau kamu nanti udah tau, jangan terlalu deket sama mereka. Bakalan berat deh. Apalagi kamu mahasiswi pindahan."
Yuka masih saja bertanya.
"Seberat apa? Rindu? Kaya kata Dilan, jangan rindu, berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja."
Banjir malah tertawa.
"Hahahha... Apaan kamu ini. Korban Dilan. Udah. Ayo berangkat."
Mereka berdua berangkat menuju kampus.
Di perjalanan, Yuka hanya terdiam."Kenapa diam aja Yuk? Sok kalem."
Yuka menjawab.
"Apaan sih. Aku kan emang kalem."
"Hmm. Iya kalem cuma penampilannya doang. Aslinya sih beda banget. Hhhh... Eh, kenapa sih diam aja? Ini aku beneran tanya lho. Ciyuss deh."
Yuka yang bengong lalu menjawab Banjir.
"Ee..emm.. Anuu.. Enggak kok, hehe."
Banjir masih penasaran.
"Apaan? Udah bilang aja, nggak kaya biasanya kamu kaya gini. Dari tadi aneh banget deh."
Yuka menjawab lirih.
"Emm. Gimana ya Banjir? Kok aku kaya gimana gitu ya sama Ryuza. Emmm.. Nggak tau juga kenapa."
Banjir pun meledek Yuka.
"Bahh... Cieee.. Sepertinya ada bau-bau jatuh cinta pada pandangan pertama nihh... Ahayy .."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Sakura
Teen FictionGadis cantik bernama Yuka sangat menggeluti bidang sastra. Dia bersajak sampai ke negeri sakura. Perjalanannya tidak mudah. Begitu juga kisah asmaranya. Hmm... Terjebak di hari yang sial, itu sudah biasa. Bagaimana kisah Yuka di negeri sakura? Ikut...