01. Marriage

272 80 200
                                    

Apa yang bisa dilakukan gadis sepertiku? Mendengar dunia masih menyimpan namaku saja membuatku merasa beruntung. Aku tersenyum hambar melihat kedua kakiku yang penuh akan harapan....

¤¤¤
Trailer.

.

.

.

Hyena meremas kedua tangannya yang sejak tadi berkeringat, hatinya begitu gusar. Perasaan takut dan bimbang yang sejak tadi menganggu pikirannya. Menahan perasaan was-was yang dari tadi menguasai hatinya. Ia terus menatap cermin yang ada di depannya, matanya terlihat memerah karena menahan cairan yang ingin keluar. Takut jika cairan itu bisa merusak riasan wajahnya saat ini. Sayang jika paras secantik ini harus luntur bersama air matanya, sebab beberapa orang tadi sudah rela membuang waktu berjam-jam meriasnya begitu telaten dan sabar. Gagang pintu kamarnya terbuka, membuatnya langsung menoleh ke arah suara tersebut. Bibirnya gemetar melihat seseorang dengan balutan jas hitam yang baru saja membuka pintu ruangannya.

"Oppa..." ucapnya getir.

Suho mendekati Hyena, "Kau baik-baik saja kan?" tanyanya lembut sembari menatap paras cantik saudara perempuannya dari bening cermin didepannya.

Satu saja kedipan, cairan matanya akan tumpah dan membasahi pipinya. Hyena berusaha menahan matanya untuk tetap terbuka, Ia tidak boleh menumpahkan air matanya di depan kakaknya ini. "Aku hanya gu-gugup." bohongnya.

Suho memutar kursi roda Hyena agar menghadap kearahnya. Mencoba medudukkan dirinya agar sejajar dengan Hyena. "Menangislah, hanya oppa yang melihatnya." ucapnya sebelum mencium lembut kening Hyena.

"Oppa bagaimana ini?" tangisnya pecah bersama kalimat yang keluar dari mulutnya. "Kenapa harus menikah dengan orang yang tidak kukenal sama sekali? Aku sangat takut. Aku takut meninggalkan appa, aku takut meninggalkan eomma, aku takut meninggalkan oppa.. hiks... hiks... Apa kalian semua sudah tidak menyayangiku lagi eoh?" ucap Hyena getar bersama air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Ia tidak lagi peduli dengan riasan di wajahnya saat ini. Mengabaikan hari yang seharusnya sangat berharga dalam kehidupannya, sebab ia bimbang akan rasa bahagia yang sesungguhnya.

Suho mengusap pelan air mata adiknya agar tidak merusak dandanan diwajah adiknya saat ini, mencoba menenangkan Hyena. "Hyena-ya jangan berfikir seperti itu, kami sangat menyayangimu." memegang pipi Hyena dengan kedua tangannya, "Percayalah appa melakukan ini untuk kebaikanmu."

Hyena mendongak, mencoba menatap manik Suho. "Aku tidak mengenalinya sama sekali, bagaimana jika Jimin tidak menerima kondisiku yang seperti ini?"

"Maka tidak akan ada pernikahan." Suho menjeda ucapannya, kembali mengusap lembut air mata dipipi adiknya. "Jika Jimin tidak menerimamu mana mungkin ia menyetujui pernikahan ini, hm.. oppa yakin Jimin itu orang yang baik." sebisa mungkin Suho mencoba menenangkan dan meyakinkan Hyena. "Berhenti menangis, sebentar lagi kita akan keluar." mengeluarkan tatapan mata sendunya, memohon kepada Hyena untuk menghentikan tangisannya.

Dengan perasaan yang masih sakit, Hyena berusaha menghentikan air matanya. Memejamkan matanya erat agar bisa menahan lolosnya air mata yang ingin keluar lagi. Mencoba percaya dengan pilihan keluarganya, walapun dirinya sendiri sangat menolaknya. Kursi roda diputar oleh Suho lalu didorongnya menuju pintu keluar, Hyena hanya mendunduk sembari menatap setiap bentuk lantai yang dilewatinya. Barangkali ada air mata yang lolos hingga jatuh kelantai tanpa sepengetahuan Suho yang mendorong kursi rodanya dari belakang.

The Truth MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang