❝ dua tujuh - jumawa

414 39 2
                                    

"benarkah? aku kira senior tomioka bersama senior kochou!"

suara bergesekan dari sepatu dan lantai marmer berhenti bergema. tubuhku serasa disiram air dingin, kala sebuah suara melengking memasuki pendengaranku. kolam biru mudaku bergulir ke balik dinding yang memisahkan pemilik suara itu dengan ragaku.

angin dingin di penghujung musim berhembus pelan, memberikan efek merinding di kulit seraya kata berikutnya terlintar dari bibir gadis  asing bersurai coklat itu. jantungku berdetak kencang, rasa gelisah menyelubungi benak.

"mereka lebih cocok bersama, tau. senior kamishiro terlalu kaku dan dingin, persis dengan senior tomioka. mau seperti apa hubungan mereka nanti?"

keningku berkerut kesal, kepalan di tanganku menguat saat melihat ekspresi meremehkan di wajah gadis satunya. aku menyandarkan tubuh di dinding, mengatur nafas sembari menunggu kelanjutannya. hatiku serasa diremat dengan keras, kenapa perkataan mereka begitu berpengaruh padaku?

"benar juga, senior kochou sendiri kan ramah, penyayang, dan banyak bicara! dia bisa menghandle senior tomioka yang dingin pastinya! mereka juga murid terbaik di jurusan mereka, cocok banget."

hentikan. aku memejamkan mataku dan menahan nafas, berusaha menepis perkataan mereka untuk masuk ke dalam hati.

"ara, ara? aku dan tomioka-san kenapa?"

"senior kochou!"

aku melebarkan kelopak mataku kaget saat mendengar suara yang familiar. perlahan, aku kembali mengintip di balik dinding, menemukan sosok sahabatku dengan wajah tidak mengenakkan berdiri di dekat dua junior tadi.

"kalian tau? menggosipkan senior itu tidak sopan."

aku menggigit bibir bawahku saat merasakan nada kesal di kalimat shinobu —yang tidak pernah kudengar sebelumnya. senyum ramah terpatri di wajah lembutnya, namun jelas sekali bahwa ia sedang ditelan rasa kesal saat ini.

"m-maafkan kami, senior—"

"kenapa minta maaf ke aku? aku minta kalian berhenti berbicara konyol dan menyebarkan itu ke orang lain. tidak usah minta maaf segala."

"baik!"

kedua anak itu berlari dengan cepat meninggalkan area itu. kepalan tanganku melemas, tatapanku tidak lepas pada sosok bersurai hitam gradasi ungu itu. "shinobu..."

shinobu menghela nafas gusar sebelum menyibak poninya. ia memutar langkah kakinya kembali ke arah kelas sembari bergumam. "ada-ada saja adik kelas, berbicara sesuatu yang tidak benar. bikin kesal saja."

aku tersenyum samar mendengar gumamannya yang terdengan keras di koridor hampa ini. kedua tanganku jatuh di sisi tubuhku, seraya aku juga melangkahkan kaki menjauh dari tempatku berdiri.

namun, tetap saja. itu tadi sangat mengganggu pikiranku.

21.34

"ngantuknyaa,"

aku meregangkan tubuhku yang tertutup kaus biru tua yang lumayan besar dan celana pendek hitam. manikku bertemu tatap dengan pemilik surai hitam yang sedang memeluk bantal sofa bergambar salmon di sofa, matanya tidak terlepas dari benda datar persegi panjang di hadapannya.

aku tersenyum tipis, berjalan mendekat ke belakang sofa dan memeluk lehernya dari belakang. giyuu mendongak untuk menatapku, mengedipkan matanya sebelum tersenyum kecil. ia kembali memfokuskan atensinya ke televisi, merebahkan kepalanya di dadaku.

tanganku bergerak untuk mengusap rambut halusnya, melilitkan jemariku diantara helaian-helaiannya. sesekali aku mengecup puncak kepalanya, yang dibalas dengan tangan besarnya terangkat untuk mengusap pipiku. iya, aku masih kepikiran dengan ucapan junior bodoh tadi siang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐢𝐤𝐚, T. GIYUUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang