❝ dua puluh dua - kulminasi

176 26 3
                                    

"oh, oh. jangan minum terlalu banyak, mabukmu akan mengacaukan sisa acara."

aku mengambil alih gelas dari genggaman mitsuri, tersenyum kearahnya. gadis merah muda itu memanyunkan bibir ranumnya dengan wajah memerah. ia berjalan gontai kearah shinobu dan menarik ujung baju gadis berpita ungu itu. aku menghela nafas kecil sembari mendekatkan bibir gelas ke mulutku, dan menyesapnya pelan.

"shinobu-chan! (name)-chan tidak memperbolehkanku minum lagi!" mitsuri mnejamkan kedua kelopak matanya dan merengek di pundak shinobu —gadis bersurai pink dengan ujung hijau itu sudah mulai mabuk. oleh sebab itu, mengetahui acara masih panjang —aku menghentikan tindakan bodohnya.

shinobu tersenyum lebar, senyum palsu. ia menatapku sejenak sebelum mengangkat wajah mitsuri dengan paksa. mitsuri menatap shinobu dengan memelas dan wajah memerah seperti anak kecil. "sudahlah, kamu makan kue di sana saja. sebentar lagi kita tampil."

aku tersentak ketika mendengar kalimat terakhir shinobu, begitu juga dengan mitsuri. gadis itu segera menegakkan tubuh dan memasang pose hormat kepada shinobu dengan wajah berbinar. "siap! aku mau ambil kue dan minum air putih yang banyak!"

shinobu hanya mengangguk-ngangguk dengan closed-eye smile. aku berjalan mendekati shinobu yang sedang menyilangkan tangan di depan dada, bersamaan dengan makomo yang menghampiri kami dengan piring kecil berisi beberapa mochi. "memangnya setelah ini?" tanyaku pelan.

makomo menaikkan kedua alisnya penasaran, melahap satu mochi berwarna hijau muda sebelum membuka bibir. "iya, mungkin sebentar lagi."

aku hanya mengangguk paham dan mengambil satu makanan kenyal itu di piring makomo —yang tidak ditanggapi oleh pemiliknya. aku, shinobu dan makomo terdiam sembari tiga pasang lensa kami tak terlepas dari pengisi acara yang sedang berbicara diatas panggung.

"dan-! kita semua tahu mereka, pastinya! siapa yang tidak kenal shinobu kochou, gadis bak kupu-kupu yang sangat lembut? bagaimana dengan (name) kamishiro yang seperti angin malam yang dingin namun menyejukkan? penggemar mitsuri kanroji si gadis cinta pun mana suaranya? siapa pula yang tidak tau makomo yang manis dan mungil?"

aku menutup setengah wajahku dengan telapak tangan ketika sorakan dari ratusan orang di hall ini terdengar. sang pembawa acara —senior uzui tengen, tersenyum lebar sembari mendekatkan kembali microphone ke bibirnya.

tanpa kusadari, makomo sudah menarik tanganku mengikuti shinobu menuju sisi sebelah panggung. aku menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari mitsuri, namun terhenti sebab seruan dari tengen yang memekakkan telinga —speaker tepat di sebelah kami. pun shinobu tersentak dan segera menutup kedua telinganya dengan wajah muram.

"mari kita sambut dengan meriah, pillars!"

sesaat sebelum melangkah kaki ke tangga menuju panggung, aku mengetuk-ngetuk kecil telapak tangan bagian bawah, serta pertengahan alisku untuk menghilangkan cemas. hall semakin ramai dengan sorakan meriah, beberapa meneriaki namaku dan yang lainnya.

"yah, band cewe kampus kita lebih terkenal dari yang cowo, ternyata?" shinobu bergumam
kecil sembari menaiki panggung dan aku hanya membalas dengan kekehan kecil. ruangan menjadi senyap begitu kami bertiga
—astaga, mitsuri dimana?

"TUNGGU! HEI! AKU BELUM MASUUUKKK!"

aku tertawa canggung ketika melihat gadis bersurai merah muda itu berlari dengan cepat menaiki panggung dan berdiri di hadapan keyboard piano, dengan nafas tersengal. dapat kulihat dari kejauhan, lelaki bermanik belang yang kuketahui bernama iguro obanai itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. makomo mengusap tengkuknya dengan pelan dan berbisik kearah mitsuri. "sudah selesai mabuknya?"

𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐢𝐤𝐚, T. GIYUUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang