❝ dua satu - gempita

260 29 1
                                    

sedikit permintaan,
bisakah kalian putar lagu di slide kedua media diatas saat masuk ke scene jam 21.28?
terima kasih banyak.

aku menyelipkan poni panjangku ke belakang telinga, selagi memainkan ujung kakiku dan memandangi ruang tamu rumahku. keluargaku sedang pergi untuk acara jamuan akhir tahun bersama perusahaan-perusahaan besar di jepang. aku mendengus kecil ketika tidak kunjung mendengar suara klakson mobil dari depan rumahku, lalu memutar arah kakiku dan berjalan kearah cermin badan di dekat televisi.

aku menatap pantulan diriku sejenak, menulusuri tiap inci penampilanku dan memperbaikinya jika ada yang salah. aku menggunakan turtleneck dress putih yang pas di tubuhku, coat selutut berwarna coklat muda serta ankle boots hitam. lututku mungkin terasa dingin, tapi hall tempat prom itu berjalan disediakan penghangat sehingga kita tidak merasa kedinginan sama sekali.

tanganku terangkat, membawa jemariku lentikku kearah kalung yang melingkari leherku —berada diantara turtleneck dan coat yang kugunakan. suhu dingin yang kontras dengan tanganku memberikan sensasi menyetrum, namun senyum tersipu terukir di bibir tipis yang terpoles lipcream berwarna merah muda kecoklatan milikku.

aku sungguh tidak tahu lagi harus menggunakan pakaian apa untuk acara semi-formal itu. baju musim dinginku hampir semuanya turtleneck, dan baju ini satu-satunya yang menurutku cocok. aku berputar sekali lagi di hadapan cermin, ketika ketukan pelan di pintu rumah terdengar.

wajahku mencerah, aku segera berlari kecil ke arah pintu dan membukanya perlahan. ketika pintu terbuka, aku sontak bersembunyi di balik pintu selagi kedua netraku menelusuri tiap inci sosoknya. sedangkan yang ditatap hanya mengusap canggung tengkuknya sembari mengalihkan pandangan.

"aneh... ya?" ia berbisik pelan dengan rona tipis di pipi. aku menggeleng dengan kuat, masih dengan tatapan yang melekat di tubuhnya.

giyuu sangat tampan malam ini. ia menggunakan turtleneck hitam, celana bahan berwarna coklat muda yang pas dengan kaki jenjangnya, serta jas hitam yang membalut tubuhnya. ditambah, aku melihat gaya rambutnya yang lain. sisi poni kanan nya ia tarik ke belakang, masih dengan ponytail rendah khas nya.

"ngga aneh, bisa masuk sebentar? masih ada yang mau aku lakukan," bisikku pelan, menatap marmer abu-abu yang menjadi tempat kami berpijak. giyuu mengangguk pelan sembari berjalan masuk kedalam rumahku —lalu menutup pintu.

"sepertinya aku terlalu polos. apa rambutku harus aku tata?" aku menatap giyuu dengan tangan yang menyibak sedikit ujung rambut, namun kembali mengalihkan atensiku darinya.

lelaki itu mendekatiku, mengusap pelan puncak kepalaku. "biasa juga bagus. kalau kamu mau yang beda, bikin saja agar mirip denganku."

aku mendongak untuk menatapnya kagum, senyuman merekah di wajah seraya aku meraih tangan besar giyuu yang berada di atas kepalaku, lalu menariknya. aku membawanya ke kamarku, tanpa ada protes atau gumaman keluar dari bibirnya. "bantu aku, ya."

giyuu tersenyum tipis sembari menatapku yang mendekati meja rias, bertumpu pada kedua telapak tangan yang kuletakkan diatas meja. lelaki itu berdiri di belakangku dengan wajah datar, namun tangannya sibuk membelai suraiku.

selagi lelaki itu mengambil sisir hitam dari pojok meja, aku memperhatikan kembali riasan tipis yang aku pasang di wajahku beberapa menit sebelum turun dan menunggu giyuu datang. giyuu menyisir rambut pendekku dengan lembut, sesekali mengecup puncak kepalaku dengan mata terpejam. aku tersenyum kecil menatap pantulan diri kami berdua di cermin.

lelaki itu mulai mengubah belahan poniku, dengan gerakan yang sangat pelan dan halus. ia mengubah belahan poniku yang biasanya di tengah, menjadi sedikit ke kiri —hal simpel itu mampu mengubah kesan diriku menjadi sedikit bold. giyuu tersenyum hangat dengan tangan yang berlabuh di pundakku. "begini saja? mau ditambah?"

𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐝𝐢𝐤𝐚, T. GIYUUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang