9.) The Past

10 5 6
                                    

"Mengapa Ia muncul tanpa aba-aba saat hati tak siaga menerima kembali hadirnya."

•••••••••••••••••••••
Happy Reading
•••••••••••••••••••••••••••••

Musik jazz di sebuah cafe bergaya retro itu tengah mengalun membuat suasana di cafe itu menjadi lebih hidup.

Beberapa spot membaca yang ada di cafe telah terisi dengan orang- orang yang sepertinya memang hobi membaca sambil ditemani segelas kopi. Sungguh suasana yang begitu tenang diantara bisingnya suara di mall.

"Iced tea lemon nya satu ya mbak." Ujar Wisnu pada salah satu Waitress di cafe.

"Dih, miskin bat lu jadi cowo, udah mesen es teh doang cuma satu lagi." Gerutu Lala 

"Diem dulu ape lo cerewet banget, gue belom nerusin ngomong, nyesel gue ngajak lo sumpah banyak maunya. Gaya lo di sekolah aja selangit, giliran begini ae lo minta traktir"

"Yaelah masih ae dibahas, gue kan sekarang udah jadi orang baik."

"Baik itu diakui bukan mengakui"

"Emm mas, mbak ini pesan apa lagi ya?." Sela si waitress tiba-tiba, mungkin ia kesal dengan keributan yang dibuat oleh Lala dan Wisnu.

"Oh itu ya chocolate cake-nya satu sama americano-nya juga satu." Ucap Wisnu sambil melirik Nayla yang tengah mengelus-elus boneka babi yang didapatkan Wisnu tadi. Nayla terlihat sangat menyukai boneka berwarna merah muda itu.

"DIH GUE AJA GASUKA COKLAT ANJIR." Teriak Lala yang membuat seisi Cafe menoleh ke arahnya termasuk Nayla.

Yah mungkin cafe ini bukan lagi cafe yang tenang semenjak Lala menginjakkan kakinya disini. Ajaib memang.

"Dih geer banget orang gue beliin Nayla."

"Lah demi apa? anjir malu banget gue, yodah deh mbak kopi item aja."

"Dih norak banget nyebutnya, malu banget gue punya temen kayak lo La."

Jujur Wisnu saat ini ingin menenggelamkan wajahnya di lautan saat ini, sedangkan Nayla hanya menarik senyum akibat tingkah teman barunya itu.

"E-eumm Original coffee maksudnya dia mbak, maaf ya mbak temen saya emang agak gesrek, kecuali yang ini kalo yang ini lucu."

"Pacarnya ya mas?"

"Bukan mbak, itu temen saya digantungin ama mas-mas jamet ini mbak. Doain aja ya mbak biar tobat." Sahut Lala santai dengan wajah yang tak berdosa.

"Si Lala berulah mulu y moms, sabar banget dah jadi gue" batin Wisnu.

"Yah mas kasian digantungin mbaknya, padahal cantik."

Nayla yang mendengar itu hanya tersenyum awkward dan terlihat canggung. Lala yang peka dengan keadaan langsung merasa bersalah dan mencoba mengalihkan topik.

"Em udah deh mbak segitu aja pesenannya, ditunggu ya mbak."

"E-eh iya mbak saya kesana dulu ya." Ucap sang waiters lalu segera pergi meninggalkan meja ketiga anak muda itu.

Nayla kemudian memepuk bahu Wisnu dan menunjukkan sesuatu.

"Emm Wisnu, temen kamu mana kok ga dateng-dateng?"

"Eh iya, mereka lagi di jalan kok bentar lagi juga dateng, udah aku kasih shareloc  juga si."

Nayla kemudian hanya mengangguk.

Tak lama, pintu cafe itu kemudian terbuka menampakkan tiga orang lelaki tampan (tapi boong) layaknya geng-geng hitz yang ada di sinetron, siapa lagi kalo bukan Arya dan kawan-kawan.

"Wahh gila pasukan jamet mana lagi ini." Celetuk Lala tanpa berpikir panjang. Ya sebenernya emang ga pernah mikir si hehe.

"Palalo jamet, temen gue ganteng-ganteng begini dikata jamet anying." Bela Juna.

"Udah jun gosah didengerin ini emang gesrek." Wisnu menengahi Arjuna dan Lala. Bila dilanjutkan bisa-bisa akan selesai besok pagi.

"Oh ini yang lo ceritain waktu itu?." Tanya Arya kepada Wisnu sambil melirik Lala yang duduk di depan Nayla.

"Bukan anjir, ini yang di sebelah gue."

"Nay ini temen-temen gue yang mau gue kenalin." Ucap Wisnu kepada Nayla yang tengah memainkan ponsel pintar.

Nayla pun tersenyum dan menyalami ketiga teman Wisnu itu.

"Lah si jutek satu itu mana?" Wisnu mengedarkan pandangannya bermaksud mencari Karel.

"Oh dia lagi ada urusan, nanti dia nyusul kesini." Juna menjelaskan.

"Oh yaudah deh."

" Udah ah gue belom nyebut nama ni." 

"Kenalin, gue Arjuna. Yang paling ganteng se Jakarta."

"Se-jakarta apa se ragunan itu?" Lala menyaut untuk kedua kalinya.

"Wisnu, lu mungut darimane si ini orang? Ngeselin banget asli."

"Ya gatau gue asal comot aja si."

"Lu kata gue nasi dicomot." Lala menjawab dengan nada kesal.

"Udah apa udah ribut mulu lu pada, saling suka baru tau rasa lo pada" Sahut Armando.

"OGAH" bantah Lala dan Juna bersamaan.

"Kompak bener lu berdua kek anak kembar."

Yah muka Lala saat ini sudah merah padam sedangkan yang satu lagi, hanya menunjukkan muka yang masam.

Nayla yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Please, udah apa udah budeg tau ga kuping gua dengernya." Ketus Arya bermaksud untuk menengahi.

"eh iya, gue Arya. Yang ini Armando." Ucap Arya kepada Nayla seraya menunjuk Armando yang ada di sampingnya

"Hai Nayla, salam kenal ya." sahut Armando, sedangkan yang diajak bicara hanya tersenyum ringan.

Sementara itu di depan pintu cafe, ada seorang lelaki yang sedang berusaha mencerna situasi  yang terjadi saat ini.

"Na- nayla?" Batin Karel.

To be Continued

Wayulo, Kok Karel bisa kenal sama Nayla ya? Ada yang bisa nebak gak? Bisa langsung komen disini ya...

Stay tuned and stay safe semua❣️ jangan lupa tambahkan ke reading list biar kamu dapat notifikasi update chapter selanjutnya.🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dalam Diam - 54 LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang