?!

383 41 1
                                    

Lagunya apa aja yang sedih lah terserah, plis mungkin bakal kerasa sakit nya.

Setelah gua nangis abis-abisan sampe mata gua bengkak, Diva ngajak gua pulang.

Dan sekarang gue mau cari es buat ngilangin mata bengkak gue.

"Pasti gue jelek sekarang."

"Gak usah dipikirin, udah cepet jalan." Diva langsung gandeng gua.

"Dah, kan kalo udah nyebrang en---"

Gua kaget di depan gue, ada Haruto sama Woonyoung lagi ketawa-ketawa dan yang paling bikin gua sakit, Tangan Wonnyoung sama Haruto, gandengan, juga kepalanya Woonyoung nempel di pundaknya Haruto.

Gua langsung jatoh gitu aja, lemes tiba-tiba kaki gue.

"Moon!" Diva ngeliat gue jatoh langsung bantu berdiri.

Woonyoung sama Haruto langsung melotot, dan jauhin jarak mereka.

Gua kecewa, emang bener, sakit hati emang, gua pengen mati aja rasanya.

"Eh Ra, gak gitu." -Haruto.

"Stop, gak usah pegang gua to," Kata gue sambil mungut makeup gue.

"Jangan salah paham," Kata Woonyoung.

"Udah sono jing!" Teriak gue.

"Bukan gitu!" celah si Haruto.

"GUA BILANG PERGI BANGSAT!"

"Udah deh Haruto, mendingan lo pergi, lo gak kasian napa liat Moonlyra yang lagi acak-acakan gini."

"Lo bawa pulang deh, nanti gua nyusul."

"Div, gua bisa pulang sendiri," Kata gue di tengan jalan.

"Beneran?"

"Iya, udah lo pulang."

"Oh, o-ok deh."

Gua liat Diva sambil lambaiin tangan gue.

Sebenarnya, gua gak kuat, tapi gua harus kuat.

Pengen nangis, iya pengen banget, pengen cepet-cepet sampe rumah dan ketemu kasur.

"LO SEMUA ANJING! LO TEGA, SEENAKNYA LO SAMA DIA JALAN! ANJING LO BANGSAT!" teriak gua sambil nabok kasur.

"Kenapa sih jing, gua harus gini!"

"Pen Mati aja bangsat!"

Tok...tok...tok..

"Masuk," Kata gue lemes.

"Ra? kamu gapapa kan?" tanya Haruto.

"Lo kenapa ke sini? gua gak suka liat lo," kata gue.

"Gua— iya tadi Woonyoung nembak gua, dia suka banget sama gue, dia suka gak suka sama lo, gua terima dia, tapi gua cintanya sama lo, Ra." Haruto langsung ngejelasin itu semua.

Gak cukup, ini gak cukup anjing.

"Lo pergi bisa gak? lo tega banget bikin gue kayak gini, lo gak tau napa? gua harus nanggung bullyan dari orang-orang, gua berusaha banget mau ngelindungin lo, gua—gua, lo gak ngerti."

"Gua tau, gua tau itu Ra."

"Kalo lo pergi mungkin bisa bikin gue adem To," ucap gue sambil nunduk.

Haruto langsung pegang dua pundak gua, dia bener-bener berusaha buat diemin gua.

"Hey, gua tau lo lagi kayak gini, lo lagi sakit hati gua tau, itu juga gara-gara gue, gua sayang sama lo Ra, maaf kalo gue gak bisa jadi yang terbaik buat lo."

"Seharusnya lu sadar To, lo punya pacar, gak segampang itu buat nerima cewek, emang lo playboy? Setahu gue lo orang bae-bae aja dari kecil. To plis gua gak ngerti  sama lo yang sekarang," kata gue. "Gue gapapa kok diputusin lo, terserah lo deh mau milih gue atau Wonyoung, gua gapeduli, mau pisah sampe besok atau selamanya gua gapeduli."

"Plis maafin."

"Gak segampang itu maafin orang To, kalo lo udah nyakitin gue, susah hati gue buat nerima lo lagi."

"Terus? Sekarang mau putus?"

"Terserah lo, gua bilang gua gapeduli."

"Yaudah, aku ngikutin semua apa yang kamu mau."

"Kalo lo bahagianya sama dia, yaudah, kita putus."

"Terserah kamu, asal itu keputusan tepat," ucap si uto.

"Kita sampe sini aja."

.......

Story || Haruto {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang