(2) Surga dunia

14 3 0
                                    

Hari kedua masuk sekolah, kegiatan sudah mulai dijalankan seperti biasa.Sekarang kelas XI-IPA 1 sedang sepi karena jam pelajaran pertama yaitu biologi. Mereka sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Bondan.

Di barisan paling belakang pun saling membantu alias kerjasama. Aina, Indy, Rion, Richo, Ray, dan Arga mereka saling kerjasama. Aina kurang satu nomer lagi dan selesai, dia mengamati semua wajah teman-temannya.

Sampai pandangannya tiba di barisan paling belakang tempat dia duduk, Aina mengunci pandangannya pada tempat duduk cogan kelas XI-IPA 1 berada.

Aina yang notabenenya penyuka novel dan cogan, ia sangat senang masuk kelas ini karena banyak cogan di dalamnya. Aina terus menatap kagum ke arah Arganta dan Rion. Arganta yang pendiam dan misterius dan Arion yang blasteran Arab-Indo juga sering tersenyum itu membuat Aina terus menatap mereka.

Tatapan Aina juga mengarah pada Ray dan Richo, tapi Aina tidak terlalu terpusat pada mereka berdua kenapa? Jawabannya jelas karena Richo ganteng tapi tingkahnya kadang bikin Aina geleng-geleng kepala kalau si Ray karena Indy suka sama Ray, kan gak mungkin kalo dia kagum sama Ray juga nanti dikira naksir kan bahaya tuh.

Saat lagi sibuknya berkhayal, dia tak sadar Arganta sudah berada di depannya. "Heii Na" panggil Argan

Aina yang tersadar dari lamunannya langsung gugup seketika melihat Arganta sudah berada di depannya. "Ke.. napa Ta?" tanya Aina

"Punya bolpen lebih gak?" tanya Arganta

"Oh bentar ya mau dicari dulu" sifat Aina yang aslinya gak bisa diem, kadang bicara terus sampe-sampe kayak lagi nge-rap seketika jadi kalem-sekalem kalemnya.

Aina yang sibuk mencari dengan terburu-buru itu menarik perhatian Arganta, dia menunggu dengan sabar dan mengusir Indy dari tempat duduknya yang berhasil membuat Indy kesal.

"Udah nemu belum?" tanya Arganta sambil terus mengamati Aina

"Iya bentar" Aina pun terus mencari di tasnya dan akhirnya ketemu

"Nih Ta bolpennya" ucap Aina sambil menyodorkan bolpennya

"Iya, nanti gue balikin ya" lalu Arganta pergi ke tempat duduknya kembali dan Indy pun juga kembali ke tempat duduknya yang sebelumnya dipinjam Arganta

"Ai Ai itu Arga ngapain?" tanya Indy

"Enggak Cuma minjam bolpen" jawab Aina

"Ooh kirain apa" ujar Indy sambil mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang dari loker mejanya

"Ndy gue mau nanya dong, Anta itu pendiem banget ya?" tanya Aina

"Arganta? Dia orangnya emang pendiem tapi kadang banyak bicara ya tergantung moodnya sih"

Aina hanya mengangguk anggukan kepalanya mendengar penjelasan Indy.

"Eh bentar kenapa nih nanyain Arga?" tanya Indy dengan nada bercanda sambil mengedipkan matanya ke Aina

"Ya gak papa sih nanya aja, oiya Ndy lo suka ya sama Ray?" tanya Aina dengan nada setengah berbisik

"Lo tau darimana?" tanya Indy

"Ya taulah lo kalau diliatin Ray jadi salting kan? Mukanya aja sampe merah" ucap Aina dengan senyuman lebarnya seperti sehabis memecahkan teka-teki sulit.

"Eekhmm.. anu ya Ai jangan kasih tau siapa-siapa okey?"

"Hmm... gimana ya, duh kok gue jadi bingung gini sih" gurau Aina, sorot matanya memancarkan tatapan geli

"Ainaa plis ya ya jangan kasih tau siapa siapa" ucap Indy, tangannya sekarang sedang menggoyang goyangkan lengan Aina

"Iya iya tenang aja, aman kok" ujar Aina dan mengangkat tangan ke mulutnya dan menggerakkannya seperti gerakan mengunci

-

" Ai panas bet sumpah" ucap Indy sambil mengipas-ngipasi muka dengan tangannya.

"Iya panas, kenapa sih olahraga jam segini gila aja yang ngatur jadwal" sahut Aina

Kelas XI-IPA 1 sekarang sedang pelajaran olahraga, di tengah lapangan ditemani teriknya sinar matahari itu mereka melakukan pemanasan dan lari dua kali putaran bagi perempuan dan 3 kali bagi yang laki-laki.

Untungnya sekarang guru olahraga mereka sedang sibuk dan memasrahkan pada ketua kelas kegiatan apa yang akan dilakukan sehabis berlari dan ini juga kesempatan yang bagus bagi yang mageran.

"Gaess gaess, kita mau main apa nih?" tanya Dila sang ketua kelas

"Basket?" sahut salah satu siswa disana
"Gimana setuju gak?" teriak Dila lagi

"Setuju setuju aja sih" ujar yang lain

Dan dua orang siswa segera mengambil bola basket dari ruang olahraga. Yang bermain itu bagian siswa dan kebetulan ada kapten basket juga yang menambah keseruan disana.

Permainan basket akan dimulai dengan dua kelompok yang sudah siap masing-masing. Arganta, Ray. Richo, Rion dan Alvin berada di satu kelompok sedangkan sisanya di kelompok lain. Mereka saling berhadapan dengan satu orang wasit di tengahnya.

Dua kelompok itu sudah mulai berkumpul di lapangan, dengan ketua dari masing-masing tim berhadapan. Adim yang menjadi wasit mulai meniupkan peluit dan melemparkan bola ke atas.

Dan.. HAPP

Arion menangkap bola basketnya, ia mendrible bolanya menuju ring lawan. Sampai di tengah ia di hadang oleh Andre dan Ageng.

"Yon oper ke gue!" teriak Arga

Rion segera mengoper bolanya ke Arga dengan gerakan yang mengecoh lawannya.

Arga menangkap bola itu dan mendriblenya lagi menuju ring lawan. Arga yang melihat Ray di dekatnya langsung mengoper bolanya lagi. Saat bola berada di tangan Ray. Cowok itu berhasil memasukkan bola dan mencetak poin bagi tim.

"YEAYY, BAGUS RAY" sorak Indy dari pinggir lapangan sambil tepuk tangan, semua yang berada di pinggir lapangan melihat itu pun bertepuk tangan.

Yang perempuan juga sangat heboh, kapan lagi melihat Ray seperti itu meskipun berkeringat malah membuat Ray sangat Tampan tak terkecuali Indy yang sedari tadi senyum-senyum sendiri.

Arga, Richo, dan Rion juga tak kalah tampan dari Ray. Aina tersenyum melihat Arga yang bertos ala laki-laki dengan para sahabatnya. "Anta ganteng banget sih, kaya cowok-cowok di novel" batin Aina sambil senyum-senyum. Tatapannya masih mengarah pada Arga yang sedang mengelap keringatnya.

Selang beberapa detik peluit dan bel tanda Istirahat berbunyi bersamaan. Dan saat itu juga mata Arga bertemu dengan mata Aina. Perempuan itu merasa tatapannya terkunci, beberapa detik bertatapan Aina dibuat terkejut.

Arganta menyugar rambutnya dan tersenyum padanya, senyuman yang sangat sangat... ah sudahlah Aina tidak bisa mendeskripsikannya.

Muka Aina sekarang merah, rasanya kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Logikanya mengingatkan Aina agar tidak geer siapa tahu Argan bukan senyum ke Aina, tapi hatinya menolak.  
















HAII...

GIMANA-GIMANA? 

COMMENT YAA, VOTENYA JUGA JANGAN LUPA

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang