(4) Sedikit demi sedikit

12 3 0
                                    

Malam ini hawanya terasa sangat sejuk, angin berhembus sedikit kencang membuat daun-daun bergerak seirama sepertinya mau turun hujan. Aina sedang berada di kamarnya membaca novel.

Pikirannya tak fokus, dia terus saja berpikir ingin menanyakan sesuatu pada Arganta tapi tidak jadi dan terus seperti itu.

Akhirnya dengan keberaniannya yang tidak terlalu besar dia mencoba me-ngechat Arganta. Aina mulai mengetikkan beberapa kata dan akhirnya mengirimnya pada Arganta.

Arganta

                                                                                 Anta gue mau nanya boleh?

"Dibales gak ya sama Anta?" tanyanya pada diri sendiri, Aina mulai gelisah.

Lima menit berlalu notifikasi ponselnya berbunyi. Aina langsung membuka ponselnya dan ternyata Arganta membalas, ia merasa senang entah kenapa tapi saat melihat balasan dari Arganta mata yang tadinya memancarkan kesenangan sekarang redup diikuti bahunya yang menurun.

Arganta

Arganta : Apa?!

Arganta : Kalo gak penting, gk gue jawab

Aina : Eh...maaf Ta gajadi 

 Read

Lihatkan? Seketus itu balasannya, padahal Aina bertanya baik-baik dasar Anta. Terpaksa Aina membalas seperti itu dan memendam rasa penasarannya.

--

Berhubung tadi malam hujan deras sampai jam 3 pagi, cuacanya jadi sejuk di pagi harinya dan itu semakin membuat siapa saja masih ingin tidur nyaman di kasur tercinta. Termasuk Aina, dan untungnya sekarang weekend jadi Aina tetap tidur di kasur Tercintanya.

Itu berlangsung sampai jam delapan pagi, Aina bangun dari tidur nyenyaknya mengumpulkan kesadarannya, pergi ke kamar mandi hanya untuk sikat gigi dan cuci muka.

Setelah itu dia pergi ke dapur untuk mencari cemilan yang bisa menahan rasa laparnya.

Ketika dapat Aina langsung pergi ke kamarnya lagi dan membuka laptopnya, nonton drakor.

Tak ada orang di rumahnya. Ayah dan bunda mungkin pergi ke cafe milik bundanya, sedangkan abangnya lagi menginap di rumah salah satu sahabatnya.

Saat sedang serius-seriusnya nonton, suara notifikasi aplikasi chat mengalihkan perhatiannya.

Ia segera membuka password ponselnya dan membuka aplikasi berwana hijau yang terpasang di hpnya itu.

Ternyata pesan dari orang yang tadi malam membalas chatnya dengan ketus. Ya, Arganta.

Arganta

Arganta : Na

Arganta :Lo tadi ke toko bunga?

Aina     : Enggak, apasi

Arganta :Tapi tadi gue ngeliat orng mirp sm lo

Aina       : Ah masa?

Arganta : IYA, YAUDAH KALO GAK PERCAYA

Aina     : SANS DONG, JADI IKUTAN NGEGAS NI                              

Arganta : Huh lo Na

Aina      : Lagian kenapa sih

Aina        : Lo beli bunga?

Arganta  : Iya

Aina       : Ooh

Arganta :Knp? Nanya ny biasa aja gk usah gtu

Aina      : gue biasa aja lho Ta

Arganta :Oke makasih

Aina      : Iya

Aina mengernyit heran, dia tidak tau kalau Arganta bisa nge-chat seperti itu. "Lagian siapa si yang mirip sama gue, ada ada aja Anta" katanya dalam hati

Aina tak memperdulikan itu lagi, dia memilih melanjutkan kegiatan nonton drakornya.

--

Hari semakin sore. Ayah dan bundanya sudah pulang, bundanya sekarang sedang menyiapkan makan malam dibantu oleh Aina. Abang Aina juga sudah pulang.

Kemudian satu hidangan terakhir sudah berada di meja makan, lalu bunda dan Aina duduk di tempatnya masing-masing.

Dimas- ayah Aina mulai memimpin doa untuk makan. Suara dentingan sendok dan garpu menghiasi makan malam hari ini, tidak setenang seperti keadaan di atas meja keadaan di bawah meja sedikit mengesalkan.

Gibran mulai melancarkan aksinya untuk menjahili adiknya yang galak jika berada di rumah.

Kaki Gibran dengan sengaja menginjak kaki Aina sedikit keras. "Akh" teriak Aina

Dia menatap tajam pelaku yang sudah menginjak kaki indahnya itu. Gibran hanya memberikan senyum tanpa dosanya. Lalu dia mengerjakan aksinya lagi.

Jari telunjuk Gibran menusuk perut Aina. Adiknya yang memang gelian itu langsung terkejut dengan rasa geli yang datang tiba-tiba. Aina yang sudah kesal dengan abangnya itu langsung saja membalas dua kali lipat.

Dia mencubit pinggang abangnya dengan cubitan mautnya dan menginjak kaki abangnya keras sekali. "AAKH.. Aduh sakit Shai Shai" keluh Gibran

Aina melepaskan cubitan dan kakinya dari abangnya itu, rasakan! Suruh siapa mengganggu Aina makan kenakan jadinya.

"Makanya bang jangan ganggu adiknya, udah tau Aina gak bisa diganggu kalo lagi makan rasain tuh!" ucap Nora- bunda Aina

Sedangkan Dimas hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putranya. "Bundaaa kok gitu sih sama abang Gibran yang unch ini" kata Gibran dengan muka memelasnya

"Unch darimananya, dari hongkong" gumam Aina tapi masih bisa di dengar oleh Gibran yang duduk di sampingnya itu

"Heh.. dasar adek laknat ya, masa abang sendiri digituin" gerutu Gibran

"Sudah sudah, makan dulu saja Gibran jangan tengkar terus sama adiknya" ujar sang kepala keluarga dengan tegas.

Dan mereka pun mengakhiri pertengkaran kecil yang pasti akan selalu diingat ketika dewasa nanti. Makan malam pun berakhir dengan tenang.




















Hohoho double nih ye

Jangan lupa votee dan komennya ya gaess :)

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang