Why? | PROLOG

144 21 6
                                    

Renjun terbangun dari tidurnya saat alarm ponselnya berbunyi. Dengan malas Renjun mengambil ponselnya, mengusap beberapa kali matanya lalu dapat melihat dengan jelas jam berapa sekarang. Renjun terkejut saat melihat jam menunjukkan pukul 07.30, yang artinya 30 menit lagi jam belajar akan dimulai. Renjun segera turun dari kasurnya dan bergegas mandi.

Setelah bersiap-siap, Renjun turun dari kamarnya menuju pintu keluar tanpa sarapan terlebih dahulu. Sambil memakai sepatunya, Renjun terus melirik jam tangannya.

"Astaga 20 menit lagi" Renjun mempercepat pergerakan tangannya.

Renjun tidak ingin terlambat, karena sebenarnya Renjun tidak pernah terlambat sedikitpun. Renjun bukanlah anak yang nakal di sekolahnya, dia rajin dan pintar hingga mendapatkan beasiswa prestasi. Ini pertama kalinya dia bangun terlambat, bahkan mengabaikan alarmnya yang ternyata sudah berbunyi beberapa kali.

Renjun segera berlari ke halte bus setelah memakai sepatunya.

"Ah sial, busnya!"

Sayangnya bus terakhir menuju sekolahnya sudah pergi, artinya Renjun harus berjalan kaki ke sana. Mau tidak mau Renjun berlari ke sekolahnya, dan ternyata menghabiskan waktu 25 menit untuk sampai di sekolahnya. Dengan keringat yang membasahi seragam sekolahnya, Renjun berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya yang sudah tertutup.

"Aku benar-benar terlambat" Renjun bersandar pada gerbang sekolahnya, memejamkan matanya karena lelah setelah berlari.

"Terlambat!"

Renjun membuka matanya saat mendengar seorang gadis berteriak di dekatnya. Gadis itu nampaknya juga terlambat sepertinya, terlihat dari wajah panik dan pakaian yang basah sepertinya.

"Ah bagaimana ini? Bagaimana??" gadis itu semakin panik, tangannya terus bergerak seakan ingin melakukan sesuatu tapi entah apa.

Renjun hanya bisa menatapnya bingung, sedangkan gadis itu seakan tidak menyadari kehadiran Renjun. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga tak menyadari jika ini adalah takdir yang membuat mereka bisa bertemu.

Prolog End

Why? | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang